tag:blogger.com,1999:blog-67356554198662922732024-03-13T22:23:14.011+07:00kamudaponti- pendidik, sejarawan, sosiolog, budayawan, postmo -Unknownnoreply@blogger.comBlogger42125tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-57792218735841417932017-10-25T18:26:00.001+07:002017-10-25T18:30:18.777+07:00HUBUNGAN KERAJAAN SINTANG DENGAN BELANDA (PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL DIPANDANG MELALUI TEORI KONSTRUKTIVISME JEROME BRUNER)<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-x_qccKdpyFk/WfB1h4jDGvI/AAAAAAAAAjQ/EG293WJsPAUKVCG6mudk_zD7ir4XH2SuACLcBGAs/s1600/History-Cloud.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="875" data-original-width="1600" height="174" src="https://3.bp.blogspot.com/-x_qccKdpyFk/WfB1h4jDGvI/AAAAAAAAAjQ/EG293WJsPAUKVCG6mudk_zD7ir4XH2SuACLcBGAs/s320/History-Cloud.jpg" width="320" /></a><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;"> A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejarah Lokal</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penggunaan istilah “lokal” pada umumnya berkaitan
dengan istilah “nasional” dan “global”. Lokal menunjukkan wilayah yang paling
kecil dan sempit bagi interaksi sosial masyarakat, sedangkan nasional dibatasi
oleh kedaulatan politik, dan global menandakan wilayah keseluruhan dunia. Hal
ini berakibat pada konsekuensi logis yaitu jika ada sejarah lokal, maka ada
sejarah nasional dan sejarah global (internasional).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejarah lokal menurut Kuntowijoyo (2003) adalah
peristiwa sejarah yang terjadi di lingkup lokal, yang berisi tentang
permasalahan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan politik di kawasan perdesaan.
Menurut Abdullah (1985), sejarah lokal merujuk pada satu komunitas atau unit
adminstrasi tertentu seperti perdesaan atau perkotaan maupun suatu ikatan
sosio-kultural dalam sebuah masyarakat. Dengan demikian sejarah lokal merupakan
sejarah yang berpengaruh pada suatu kawasan tertentu saja, sebuah kota atau
sebuah desa (kampung) . Hal ini membawa pada konsekuensi logis kembali yaitu
sejarah nasional adalah sejarah yang berpengaruh pada sebuah negara, dan
sejarah internasional adalah sejarah yang berpengaruh pada lebih dari satu
negara.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Beberapa contoh sejarah lokal di Kalimantan Barat
adalah sejarah kelompok etnis Dayak, Melayu, dan Tionghoa. Selain itu bisa juga
sejarah kesultanan Pontianak, Sambas, Kubu, Sintang, dan lain-lain. Bisa juga
sejarah pembentukan kabupaten atau kota. Sejarah lokal tidak memiliki peristiwa
sejarah yang secara signifikan berpengaruh langsung terhadap sejarah nasional.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemikiran tentang pembagian jenis sejarah
berdasarkan wilayah yang bersifat administratif mendapat kritikan dari Margana
(2010), “jika prinsip sejarah sebagai sesuatu yang unik diterapkan, maka dapat
dikatakan bahwa semua sejarah sebenarnya adalah sejarah lokal.” Pendapat
Margana sangat menarik mengingat bahwa salah satu sifat sejarah adalah unik,
dalam artian peristiwanya hanya sekali terjadi pada suatu waktu, suatu lokasi,
yang tidak mungkin dapat diulang kembali. Setiap peristiwa sejarah, baik itu
sejarah nasional ataupun internasional selalu terjadi di tingkatan lokal
berdasarkan lokasi dan keterlibatan masyarakat. Jika peristiwa tersebut
berpengaruh pada kepentingan nasional, maka dapat menjadi sejarah nasional.
Jika peristiwa tersebut berpengaruh pada kepentingan internasional, maka dapat
menjadi sejarah internasional. Namun, sedari awal setiap peristiwa sejarah
adalah peristiwa lokal dan atau sejarah lokal. Seringkali penggolongan sejarah
lokal ke dalam sejarah nasional atau sejarah internasional adalah keputusan
politis untuk menghasilkan sejarah resmi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">official
history</i>).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejarah lokal karena ruang lingkup peristiwanya yang
tidak meluas membuat kurang mendapat tempat dalam kajian akademik para
sejarawan, khususnya di Indonesia. Perkembangan sejarah nasional Indonesia
secara sadar atau tidak sadar meminggirkan sejarah lokal. Menurut Abdullah
(1985), “sejarah lokal… seakan-akan tak mendapat tempat dalam panggung sejarah
nasional.” Menurut Margana (2010), “sejarah nasional… mengerdilkan arti sejarah
lokal.” Keadaan tersebut bukanlah sebuah kesalahan yang disengaja dan menjadi
keterpurukan bagi historiografi di Indonesia. Tenggelamnya sejarah lokal adalah
pengaruh yang harus dipilih ketika negara Indonesia masih berumur muda, untuk
mempertahankan integrasi nasional di tengah berbagai ancaman perpecahan di
dalam negeri, dan ancaman dari luar negeri.<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">
</b>Menurut Kartodirdjo (1992), “skala kehidupan nasional tidak memungkinkan
pengungkapan fakta-fakta mikro pada sejarah lokal, kecuali apabila mempunyai
dampak nasional atau representatif bagi perkembangan sejarah nasional.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejarah lokal menyimpan potensi baik untuk
dikembangkan mengingat tema-tema kajian sejarah lokal adalah peristiwa-peristiwa
kecil yang langsung mengena dan melibatkan masyarakat setempat. Kuntowijoyo
(2003) mengatakan demikian, “sejarah lokal di Indonesia harus terus
dikembangkan agar menjadi sebuah historiografi yang dapat melengkapi keberadaan
historiografi nasional.” Abdullah (1985) bahkan menekankan “sejarah lokal harus
mempunyai otonomi dalam sejarah nasional.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejarah sejak zaman klasik sudah dipahami bukan
sebagai ilmu untuk masa lalu, melainkan ilmu pengetahuan untuk masa depan.
Fungsi pendidikan sejarah adalah memupuk akar kesadaran di masa lalu, supaya
kuat untuk menopang pohon kehidupan yang terus menjulang tinggi ke masa depan.
Sejarah lokal merupakan akar-akar yang tampak kecil di antara akar-akar utama,
tetapi juga berfungsi mendukung pohon yang sama, bahkan membawakan nutrisi pada
bagian pohon yang terdekat. Anggaplah pohon itu adalah negara Indonesia,
akar-akar utamanya adalah kesadaran kolektif nasional (sejarah nasional),
akar-akar serabut yang kecil adalah berbagai kisah sejarah lokal di 34
provinsi, pada ribuan dialek bahasa dan sub etnis. Akar-akar tersebut harus
terus tumbuh, karena jika mereka mati, maka akar-akar utama akan mengalami
gangguan dan pohon akan sulit berkembang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">B.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hubungan Sintang – Belanda (berdasarkan
buku “Kerajaan Sintang” oleh Sjamsuddin, 2013)</span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Interaksi Kalimantan – Belanda</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pengaruh bangsa Eropa terhadap Kalimantan sudah ada
sejak tahun 1520-an ketika pedagang-pedagang Portugis dan Spanyol datang dan
menanamkan pengaruh mereka di daerah tersebut. Orang Spanyol berhubungan dengan
Brunei di pantai utara Kalimantan, sedangkan Portugis di Banjarmasin dan
Sukadana. Pada tahun 1600 seorang Belanda, Oliver van Noord, tiba di Brunei.
Kedatangannya berarti munculnya persaingan baru bagi Spanyol dan Portugis di
Kalimantan. Periode pengaruh Belanda di Kalimantan dibagi menjadi dua periode,
yaitu: 1600-1818; dan 1818-1900.</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">a.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Periode pertama (1600-1818)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">VOC menemukan bahwa di pantai barat Kalimantan terdapat
tiga kerajaan yaitu Sukadana, Sambas, dan Landak. Sukadana merupakan “vasal” di
bawah supremasi Surabaya. Kerajaan itu memiliki wilayah yang luas dan ibu
kotanya adalah kota dagang yang besar. Komoditas yang paling laku adalah intan,
yang diperoleh dari kerajaan Landak. Sambas berada di bawah kekuasaan kerajaan
Johor. Pada masa tersebut, pengaruh kerajaan Sambas belum terlalu menonjol.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada tahun 1622 hubungan dagang VOC dengan Sukadana
terputus, karena kerajaan tersebut diserang oleh kerajaan Mataram (Jawa).
Sebelumnya pada tahun 1610, hubungan VOC dengan Sambas juga berakhir karena
adanya kerusuhan di antara mereka. Meskipun demikian, tanah Kalimantan tetap
dianggap potensial karena kekayaan alamnya berupa kamfer (kapus barus), lilim,
dan batu bezoar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dengan hilangnya pengaruh Belanda di pantai Barat
Kalimantan, Inggris mengisi kekosongan tersebut, terutama di Sukadana. Pada
tahun 1699, VOC berusaha menegakkan pengaruhnya kembali di Kalimantan bagian
Barat. Ekspedisi gabungan Belanda-Banten-Landak berhasil menghancurkan
Sukadana. Nanti Sultan Sukadana yang kalah akan kembali menegakkan kekuasaannya
di Sukadana dengan bantuan orang-orang Bugis pimpinan Ompu Daeng Manambon, yang
akan mendirikan Kerajaan Mempawah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Belanda untuk kesekian kalinya meninggalkan bagian
Barat Kalimantan. Kali ini sebabnya adalah pembubaran VOC pada tahun 1799.
Nanti Belanda akan kembali lagi, sekaligus menandai periode kedua hubungan
Belanda-Kalimantan.</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">b.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Periode kedua (1818-1900)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Belanda memiliki kepentingan yang lebih luas pada
periode kedua ini. Mereka mempunyai kepentingan kolonial yaitu menghadapi bajak
laut dari utara dan melawan Tiongkok sebagai musuh Belanda. Di Pontianak,
seperti yang dilaporkan Kapten Elout, Belanda mendengar nama-nama kerajaan yang
semakin banyak yaitu Sanggau, Sukadana, Simpang, Belitang, Sintang, dan Silat.
Daerah-daerah tersebut menghasilkan emas, intan, rotan, lilin, beras, dan
berbagai hasil hutan lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebijakan politik pemerintah Hindia Belanda pada
periode ini dapat dijelaskan dengan beberapa poin yang dimuat dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">memorie</i> H.W. Muntinghe, seperti yang
dikutip Ozinga dalam Sjamsuddin:</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 60.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;"><span style="mso-list: Ignore;">1)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">memancangkan bendera Belanda di
negeri-negeri dari raja-raja, yang telah atau lebih lanjut akan meminta
perlindungan Gubernemen Hindia-Belanda;</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 60.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;"><span style="mso-list: Ignore;">2)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">melawan dan memusnahkan bajak-bajak
laut;</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 60.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;"><span style="mso-list: Ignore;">3)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">memajukan perdagangan;</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 60.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;"><span style="mso-list: Ignore;">4)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">mengembalikan ketenangan dan ketertiban
di mana-mana;</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 60.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;"><span style="mso-list: Ignore;">5)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">perlindungan yang lemah terhadap
perampasan dan pembunuhan oleh pihak yang kuat;</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 60.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;"><span style="mso-list: Ignore;">6)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">meletakkan kepada penduduk yang
bersahabat hanya semacam beban, yang sama sekali tidak dapat disebut menindas,
dan itu, menurut kesadaran mereka [penduduk] sendiri, untuk keamanan, [dan] Belanda
akan memberikan perlindungan kepada orang-orang dan harta benda [mereka].</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 60.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tindakan-tindakan yang dilakukan Belanda pada
periode kedua ini pada dasarnya berkaitan dengan enam poin yang telah
disebutkan tadi. Bendera Belanda telah berkibar di Sambas, Mempawah, Pontianak,
Landak, Tayan, Mandor, dan Monterado. Dalam usaha memberantas bajak laut dari
Mangindanao, Ilano, dan Dayak Laut (Seribas/Iban), Belanda mempersenjatai
angkatan laut Kesultanan Pontianak. Demikian pula poin-poin lain dilakukan
Belanda dengan mempergunakan kekuasaan kerajaan Melayu, menekan melalui
perjanjian, bahkan mengklaim bahwa mereka membawa misi peradaban untuk membela
orang-orang Dayak sebagai pihak yang lemah. Tindakan-tindakan lebih lanjut oleh
Belanda terhadap Kalimantan dapat dibaca di buku Sjamsuddin (2013).</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sintang Penting Bagi Belanda</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada tahun 1858, Dewan Hindia-Belanda membagi tiga
tipe hubungan antara pemerintah Hindia Belanda dengan raja-raja di Nusantara.
Pertama, hubungan bersahabat antara dua pihak yang mempunyai kedudukan yang
sama. Kedua, hubungan persekutuan, yang mana raja-raja lokal mengakui kekuasaan
tertinggi Belanda, tetapi raja-raja tersebut dibiarkan memerintah sendiri.
Ketiga, raja-raja lokal meminjam kekuasaan dari Belanda dan terikat pada raja
Belanda.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kerajaan Sintang mengalami dua tipe terakhir,
terutama dalam kurun waktu 1822-1942. Dari perjanjian-perjanjian yang tidak
setara dengan Sintang, Belanda memperlakukan raja-raja Sintang sebagai raja
pribumi yang mengakui kekuasaan tertinggi Belanda, meskipun terkadang bisa
memerintah kerajaannya sendiri, tetapi dalam kenyataannya campur tangan Belanda
sangat besar. Inilah yang kemudian hari membuat beberapa petinggi kerajaan
merasa tidak puas dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Perjanjian-perjanjian yang semakin mengikat Sintang kepada Belanda dapat
dilihat dalam buku Sjamsuddin (2013).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemerintah kolonial Belanda melihat posisi strategis
Sintang dari tiga hal, yaitu: a) dalam rangka persaingan dengan Inggris di
Kalimantan; b) titik pusat antara kerajaan-kerajaan di Kapuas Hulu, Kapuas
Tengah, dan Kapuas Hilir; c) kedekatan wilayah dengan Kalimantan Selatan dan
Tengah. Pendudukan militer dan administrasi Belanda di Sintang menjadi
keharusan mengingat ketiga hal tersebut.</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dualisme Pemerintahan: Kerajaan
Tradisional vs. Administrasi Kolonial</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dualisme pemerintahan antara kerajaan tradisional
dan pemerintahan kolonial Hindia Belanda menunjukkan kerumitan struktur politik
dan pemerintah, sekaligus cairnya struktur-struktur tersebut. Jurnal Letnan
Kolonel A.J. Andersen, komandan militer meangkap pejabat residen Kalimantan
bagian Barat, memperjelas kompleksitas tersebut. Dalam perjalanannya dia
melewati kerajaan-kerajaan di Sungai Kapuas, berturut-turut adalah Tayan,
Meliau, Sanggau, Sintang, Silat, Suhaid, dan Bunut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam perjalanannya tersebut dia mendapat kabar
tentang adanya konflik, bahkan menjurus ke usaha peperangan antara Kerajaan
Sintang dengan Selimbau. Selimbau bahkan telah meminta bantuan dari orang-orang
Dayak Batang Lupar (Iban) yang terkenal dengan keganasannya. Berdasarkan
pembagian kekuasaan politik dan administrasi yang dibuat Belanda, Selimbau
adalah bawahan Sintang, selain Sanggau, Sekadau, Silat, Suhaid, Selimbau,
Piasa, Jongkong, dan Bunut. Melalui penelusuran Andersen, yang berlayar di
sepanjang Sungai Kapuas, dia mendapati adanya ketidakpuasan kerajaan-kerajaan
di bawah Sintang terhadap Kerajaan Sintang yang dinilai semena-mena menerapkan
monopoli perdagangan. Beberapa kerajaan tersebut bahkan mendesak campur tangan
Belanda dengan segera, untuk mengontrol Sintang. Hal itulah yang kemudian dilakukan
Belanda dengan menempatkan seorang pejabat Belanda di Sintang beserta
sekelompok pasukan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Penempatan
pejabat Belanda yang mengatur Sintang membuat gusar petinggi-petinggi Kerajaan
Sintang yang sedang berkuasa seperti Pangeran Adipati Surya Negara dan Pangeran
Ratu Idris. Posisi mereka memang sebelumnya berada di bawah Belanda, tetapi dengan
penempatan pejabat Belanda secara langsung membuat mereka merasa rustasi dan
deprivasi relatif atas keadaan yang mereka hadapi. Inilah yang kemudian akan
menimbulkan perlawanan terhadap Belanda.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Tahoma","sans-serif";}
</style>
<![endif]-->
</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">C.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penerapan Pembelajaran
Konstruktivisme</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Peserta didik berdasarkan pendekatan konstruktivisme
Bruner bukanlah manusia-manusia pasif yang hanya menunggu dan menangkap
informasi dari para guru mereka. Penggunaan konsep kebudayaan, kurikulum
spiral, dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">discovery learning</i> dalam
pendekatan konstruktivisme Bruner justru mengedepankan pribadi-pribadi yang
bebas, kreatif, dan bertanggung-jawab. Pribadi yang bebas didasarkan pada
pengakuan bahwa peserta didik sudah memiliki konstruksi pengetahuan yang khas,
yang dipegaruhi oleh kebudayaan setempat dan akan selalu berkembang. Pribadi
yang kreatif muncul akibat usaha untuk mencari hubungan-hubungan kausalitas
dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar, materi, konsep, teori, dan metode.
Sedangkan pribadi yang bertanggung-jawab berkembang akibat cara kerja yang
kompleks, yang menuntut kedisiplinan dan motivasi yang tinggi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bagi peserta didik yang berada di daerah Kabupaten
Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, pendekatan konstruktivisme Bruner membuka
peluang untuk mengenal diri mereka masing-masing, lingkungan di sekitar mereka,
dan alasan keberadaan masyarakat dan negara dengan berbagai keunikan dan kekhasan
masing-masing sampai saat ini. Peserta didik dapat mengenal daerahnya melalui
sejarah lokal. Peserta didik dapat menelusuri sejarah lokal secara “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">discovery learning</i>” dengan menggunakan
berbagai sumber, tetapi harus sesuai kaidah keilmuan ilmiah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejarah lokal sendiri tentu saja memberikan pengaruh
yang berbeda bagi peserta didik dibandingkan sejarah nasional atau sejarah
dunia. Struktur-struktur kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, psikis yang
terdapat di dalam sejarah lokal merupakan kondisi nyata terdekat bagi peserta
didik. Sejarah lokal adalah peristiwa masa lalu yang berpengaruh langsung,
setidaknya secara geografis, terhadap peserta didik. Hal ini sesuai dengan
semangat konstruktivisme Bruner yaitu konsep kebudayaan. Peserta didik harus
diakui memiliki pandangan khas yang didasarkan dari lingkungan kebudayaan yang
membesarkannya, dan kebudayaan tersebut masih akan terus berkembang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sumber sejarah Sintang yang ditulis oleh Profesor
Helius Sjamsuddin yaitu buku Kerajaan Sintang (2013) merupakan salah satu
alternatif sumber yang jika ditelusuri, maka di dalamnya mengandung semangat
konstruktivisme. Ada beberapa hal yang menurut penulis memperkuat padangan
tersebut. Pertama, buku Kerajaan Sintang menjadi “sang pemula” atau inovator
dalam penulisan sejarah lokal tentang daerah Sintang. Penulisan tentang Sintang
belum pernah terjadi secara profesional dan berkualitas sebelum buku itu
terbit. Profesor Sjamsuddin dengan kemampuan Heuristiknya mengumpulkan
sumber-sumber dari negeri Belanda yang memperkaya pandangan pembaca tentang
Kerajaan Sintang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedua, buku Kerajaan Sintang ditulis dengan
pendekatan ilmu sosial yang sekali lagi menurut penulis makalah ini, mengandung
unsur konstruktivisme Bruner. Penggunaan ilmu-ilmu sosial dan psikologi oleh
Sjamsuddin menandakan usahanya untuk menjelaskan secara gamblang alasan-alasan
suatu peristiwa bisa terjadi. Dia tidak hanya menggunakan pendekatan Leopold
von Ranke yang melukiskan sejarah sebagaimana peristiwa itu terjadi di masa
lalu, tetapi memberikan analisis yang subyektif di satu sisi secara pemilihan
teori, tetapi di sisi lain jujur dan obyektif dalam pemaparannya. Inilah
menurut istilah Bruner disebut kurikulum spiral, sebuah usaha untuk mencari
hubungan-hubungan pada sebuah permasalahan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketiga, Sjamsuddin dalam Kerajaan Sintang (2013)
memberikan perspektif baru dalam memandang sejarah lokal di Indonesia. Buku
tersebut berbeda dengan buku teks pelajaran pada umumnya yang sangat
Indonesiasentris. Historiogafi yang dia tulis memberikan kesempatan peserta didik
yang membaca untuk berpikir, berargumen, berefleksi tentang hubungan Belanda,
Sintang, dan Indonesia. Pada akhirnya Belanda bukanlah sosok yang selalu jahat
dan hitam. Demikian pula Kerajaan Sintang bukanlah protagonis yang selalu putih
dan bersih. Peserta didik akhirnya dikondisikan untuk meletakkan semua pada
porsinya masing-masing dan memandang Indonesia lebih bijaksana.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">D.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penutup</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendekatan konstruktivisme Bruner, sejarah lokal,
dan buku Kerajaan Sintang (2013) saling menyatu-padu membawa peserta didik di
daerah Sintang untuk memahami diri mereka, lingkungan mereka, keberadaan
masyarakat mereka di dalam negera dan bangsa Indonesia. Masa depan masih
terbuka lebar untuk menjadi apapun bentuknya, tetapi pendekatan konstruktivisme
dalam dunia pendidikan akan mendorong munculnya peluang yang lebih beragam.
Bukankah semakin banyak perbuatan maka peluang untuk yang terbaik juga lebih
mungkin muncul.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">DAFTAR<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>PUSTAKA</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Abdullah, Taufik. (1996). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sejarah Lokal di Indonesia</i>. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Bruner, Jerome S. (1999). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">The Process of Education</i>. Harvard University Press: Massachusetts.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Kartodirdjo, Sartono. (1992). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah</i>. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Kuntowijoyo. (2003). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Metodologi Sejarah</i>. IKAPI: Yogyakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Margana, Sri. (2010). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sejarah Indonesia: Perspektif Lokal dan Global</i>. Ombak: Yogyakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Sjamsuddin, Helius. (2005). Pembelajaran Sejarah
Refleksi dan Prospek. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Historia Vitae</i>,
vol 19 no 2, 303.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">________________. (2013). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kerajaan Sintang 1822-1942</i>. Ombak: Yogyakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Smith, M.K. (2002). Jerome Bruner and the Process of
Education. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">The Encyclopedia of Informal
Education</i>. [Online] Diakses dari <a href="http://www.infed.org/thinkers%20/bruner.htm">http://www.infed.org/thinkers
/bruner.htm</a>, pada 10 Desember 2015</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Takaya, Keiichi. (2008). Jerome Bruner’s Theory of
Education: From Early Bruner to Later Bruner. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Interchange</i>. Vol.39/1, 1-19.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Widja, I Gde. (1989). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah.</i> Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<br /><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Tahoma","sans-serif";}
</style>
<![endif]-->
</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Oleh:
M.S. Mitchel Vinco (1604736)</span></b></div>
<br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Tahoma","sans-serif";}
</style>
<![endif]--><span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-74608481532357573562017-10-19T02:36:00.000+07:002017-10-19T22:06:09.190+07:00MASYARAKAT PEDALAMAN DI KALIMANTAN BAGIAN BARAT HINGGA ABAD KE-19<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/--Qhfy17ofbc/WeetMtNAQuI/AAAAAAAAAjA/0NQwSRldeWgakPxcuQUelDKEhGt3HsPJACLcBGAs/s1600/286091-suku-dayak-1-30.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="833" data-original-width="960" height="277" src="https://4.bp.blogspot.com/--Qhfy17ofbc/WeetMtNAQuI/AAAAAAAAAjA/0NQwSRldeWgakPxcuQUelDKEhGt3HsPJACLcBGAs/s320/286091-suku-dayak-1-30.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">(Sumber: google.com)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendahuluan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sjamsuddin (2005) mengutip ATEEC (</span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Advanced Technology Environmental Education
Committee</span></i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">) mengatakan bahwa para peserta didik akan belajar dengan baik dan
menguasai apa yang mereka telah pelajari ketika: (1) mereka tertarik dengan
mata pelajaran yang diajarkan, dan (2) pembelajaran mengandung konsep-konsep
yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Pengalaman penulis secara
empiris membenarkan apa yang dikatakan Sjamsuddin, bahwa peserta didik belajar
dengan antusias ketika mereka mengalami ketertarikan pada penampilan pendidik
yang menarik (ganteng, cantik, lucu, ramah), materi, media, dan metode
pembelajaran yang menarik. Selain itu, peserta didik juga mengalami
kebermaknaan dengan wacana-wacana, isu-isu, atau konsep-konsep yang dekat
dengan diri mereka seperti kebudayaan populer, permasalahan remaja, sejarah
lokal, dan permasalahan lingkungan di sekitar mereka.</span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan sejarah juga dihadapkan dengan
permasalahan yang sama yaitu terkait dengan ketertarikan dan kebermaknaan
pembelajaran sejarah bagi diri mereka, baik secara individual dan sosial. Dalam
artikel ini penulis tidak membahas persoalan ketertarikan yang identik dengan
kemasan atau bagian luar. Namun, artikel ini ingin membahas salah satu narasi
yang terkait kebermaknaan materi pembelajaran sejarah yaitu sejarah lokal.</span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Provinsi Kalimantan Barat sampai saat ini hanya
memiliki satu orang pahlawan nasional yaitu Abdul Kadir Gelar Raden Temenggung
Setia Pahlawan (1771-1875) melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 114 tahun 1999. Abdul Kadir adalah seorang birokrat kelahiran Sintang
yang memimpin daerah Melawi dengan gelar Raden Temenggung. Dia dengan demikian
berdasarkan identitas politik berada pada kelompok melayu dan Islam. Tentu saja
penggolongan seseorang berdasarkan identitas politik tidak baik terjadi di
Indonesia, tetapi secara empiris masyarakat Indonesia masih terbagi-bagi
berdasarkan identitas politik yaitu berdasarkan suku (kelompok etnis), agama,
ras, dan antar golongan politik (SARA). Permasalahan identitas politik yang
berkaitan dengan SARA masih harus dipertimbangkan selama proses pertumbuhan
kedewasaan berpolitik dan berdemokrasi di Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tiga kelompok etnis mayoritas di Kalimantan Barat
yaitu Dayak, Melayu, dan Tionghoa dalam pergumulan mereka sepanjang sejarah
Indonesia hanya menghasilkan satu pahlawan nasional. Tokoh sejarah paling
terkenal di Kalimantan Barat yaitu Sultan Hamid II, seorang melayu dan Islam, dalam
sejarah nasional Indonesia memperoleh predikat sebagai “pengkhianat”. Tokoh
sejarah paling terkenal bagi kelompok etnis Dayak yaitu Oevaang Oeray, seorang
Katolik, sepanjang masa Orde Baru diidentikkan dengan kedekatannya pada
Soekarno dan Komunisme. Sementara itu kelompok etnis Tionghoa masih
mencari-cari peran bersejarah mereka dalam sejarah Kalimantan Barat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejarah memiliki sifat unik yang artinya
peristiwa-peristiwa sejarah terjadi dalam waktu dan ruang yang khas, peristiwa
sejarah itu sekali terjadi dan tidak mungkin dapat terulang. Seharusnya
pernyataan tersebut membuat pembaca memahami bahwa perbedaan dalam sejarah
adalah keniscayaan, dan sangat sulit sekali membuat generalisasi dalam sejarah.
Sejarah juga berpijak pada fakta-fakta sejarah yang seperti kita ketahui
bersama tidak semuanya bertahan sampai masa sekarang ini. Hal itu menyebabkan
secara apa adanya narasi sejarah juga unik dan perbedaan menjadi keniscayaan
pula.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Artikel ini akan melihat perkembangan dan perubahan
masyarakat-masyarakat pedalaman di Kalimantan Barat yang karena posisi
geografis, struktur sosial, dan kepentingan politik kolonialis akan
menghasilkan narasi yang unik. “Masyarakat-masyarakat” yang ditulis dua kali
bertujuan supaya pembaca memahami bahwa disebabkan oleh keadaan geografis, maka
masyarakat-masyarakat di pedalaman Kalimantan Barat dapat sangat berbeda dan
tidak berhubungan satu dengan lainnya. Dalam artikel ini penulis akan memberikan
interpretasi terhadap pandangan hidup masyarakat pada zaman tersebut (abad
ke-19) dan dikaitkan dengan pandangan hidup sekarang ini (2017). Seperti yang
dikatakan oleh Bruner, seorang tokoh pendidikan konstruktivisme,
“(pembelajaran) <i style="mso-bidi-font-style: normal;">… is the context in which
individual members make sense of and appraise incidents and phenomena</i>”.</span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><br />
</div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">B.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Gelapnya Hutan Tropis Kalimantan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penjelajahan samudera yang dilakukan pelaut-pelaut
Eropa merupakan sebuah perjudian. Bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudera
dengan biaya yang sangat besar dengan harapan terhadap keberuntungan yang
sepanjang jauh dan lama perjalanan mereka semakin menipis. Perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, mitos, dan perhitungan ekonomi mengharuskan para pelaut
memperoleh keuntungan yang sangat besar dari penjelajahannya, karena jika
tidak, maka terancam bangkrut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Afrika mendapat gelar benua hitam bukan saja karena
penduduknya berkulit relatif gelap dibandingkan ras Eropa (Kaukasoid,
Indo-German), tetapi juga karena hamparan padang pasir di sepanjang pantai
Afrika yang membuat para penjelajah merasa tidak tertarik untuk memasuki daerah
tersebut. Seperti itu jugalah yang terjadi dengan Pulau Kalimantan, seperti
yang ditulis P.J. Veth, seorang ilmuwan terkemuka abak ke-19 berdasarkan
pengalaman seorang musafir: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">“Pulau Borneo …
yang dari kejauhan tampak berwarna hijau yang indah … tetapi begitu anda
mendekatinya melihat dan menjumpai gugusan-gugusan pohon akasia, palma, pandan,
dan pohon-pohon lain yang tidak dikenal, yang lebat, yang tidak bisa ditembus
oleh siapapun, baik penduduk asli (mungkin Melayu) maupun orang Eropa, kesan
itu hilang … saya belum pernah mengunjungi pantai-pantai yang semula saya
anggap memberi banyak harapan, tetapi begitu mengecewakan …” (Veth, 2012.a).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pandangan seorang musafir tersebut yang besar
kemungkinannya juga menjadi pendapat umum di kalangan penjelajah Eropa dapat
dibuktikan dengan melihat titik-titik persinggahan orang-orang Eropa di
Kalimantan. Para pelaut Eropa hanya merasa tertarik dengan beberapa daerah di
pesisir pulau Kalimantan yang pada abad ke-16 dan ke-17 sudah terdapat
kekuasaan kerajaan atau kesultanan Melayu-Islam. Menurut Veth (2012.a) dan King
(2013) daerah-daerah pesisir tersebut adalah Kesultanan Brunei (menjadi asal
kata untuk Borneo [Sjamsuddin, 2013]) dan Kesultanan Sulu di Utara; Kesultanan
Kutai dan Kesultanan Berau di Timur; Kesultanan Banjarmasin di Selatan; serta
Kesultanan Sukadana dan Kesultanan Sambas di Barat. Kalimantan bagian pedalaman
sepertinya bukan menjadi tujuan yang menarik bagi para pedagang Eropa yang
menginginkan keuntungan besar dari perdagangan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Komoditas ekonomi dari daerah pedalaman Kalimantan
sebenarnya menjanjikan keuntungan yang relatif besar. Barang-barang dari
pedalaman yang laris di pasaran adalah kamper, madu, lilin, kayu manis, jahe,
mirabolan, tebu, rotan, kayu, damar, getah, kapur, cula badak, gading gajah,
emas, intan, dan juga batu bara (batu bara sedikit di Kalimantan bagian Barat)
(Veth, 2012. a & b; King, 2013; Sjamsuddin, 2013). Pedagang Eropa pada
umumnya membeli barang-barang tersebut dari penguasa-penguasa Melayu yang
berada di pesisir pulau Kalimantan. Pada abad ke-19 dan 20 mulai para pedagang
Eropa masuk ke pedalaman melalui sungai-sungai untuk memperoleh barang-barang
tersebut, tetapi sebagian besar masih membeli dari penguasa-penguasa Melayu
yang berada di pedalaman, di pesisir sungai utama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Informasi-informasi perdana tentang keadaan di
pedalaman Kalimantan memang diperoleh dari para ilmuwan etnologi dan botanikus
asal Eropa, yang menjelajahi pedalaman Kalimantan dengan tim-tim yang relatif
kecil. Hasil-hasil laporan tersebut justru semakin memperkuat dugaan penulis
bahwa pedalaman Kalimantan merupakan daerah yang sulit untuk dijelajahi karena
kondisi medan, tersebar dan kecilnya jumlah peradaban manusia, dan kurangnya
potensi perdagangan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Patrick M Synge, seorang anggota ekspedisi
Universitas Oxford, dalam penjelajahannya sebagai pakar botani di pedalaman
Sarawak 1932 melaporkan demikian:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">“Bukannya
bersiap dengan vaskulum dan pisau, kami bersiap dengan para kuli pengangkut
barang, keranjang besar, dan kapak … jika hutannya amat rimbun … mereka akan
selalu memotong dan membengkokkan ranting-ranting kecil … memang sangat mudah
tersesat meski berjalan hanya beberapa yard dari jalur utama” (King, 2013).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Padahal dalam perjalanan tersebut, Synge dipandu
oleh masyarakat pedalaman yaitu kelompok etnis Dayak dan Melayu, tetapi masih
saja lebatnya dan gelapnya hutan tropis di Kalimantan tidak mudah untuk
dipahami. Kondisi lingkungan di pedalaman Kalimantan tidak hanya menyajikan
tantangan berupa lebatnya hutan, tetapi juga sungai-sungai yang besar maupun
kecil yang arusnya deras. Seperti yang diceritakan Synge, “Kami pikir batang
pohon (besar) itu akan cukup kuat karena terletak beberapa kaki dari air
sungai. Namun, pohon tersebut hilang beberapa hari kemudian dan kamipun sadar
pohon ini telah tersapu oleh aliran sungai” (King, 2013).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Istilah “gelapnya” hutan tropis di pedalaman
Kalimantan merupakan istilah yang menandakan sulitnya daerah ini untuk dijelajahi
secara medan maupun motif ekonomi. Hal ini merupakan keunikan dalam
peristiwa-peristiwa sejarah di daerah pedalaman yang menyebabkan penulisan
sejarah tentang daerah ini relatif kurang dibandingkan daerah-daerah lain yang
lebih muda dijelajahi dan memiliki potensi ekonomi yang lebih besar. Sedikitnya
sisa-sisa (sumber-sumber) dari peristiwa masa lalu menjadi semakin sedikit
ketika masyarakat yang tertua dan terbesar jumlah di pedalaman belum menemukan
atau mengenal sistem tulisan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">C.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelompok yang Dianggap Tertua</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penelitian sejarah, arkeologi, antropologi, dan
bahkan ilmu-ilmu yang relatif pasti seperti kimia dan fisika belum dapat
memastikan siapakah kelompok tertua di dunia ini sampai detik ini.
Perdebatan-perdebatan masih akan terus terjadi, tetapi justru perdebatan dan
permusuhan secara teori, yang berdasarkan pengalaman kita, justru mampu membawa
manusia ke arah kemajuan peradaban. Demikian pula di Pedalaman Kalimantan,
sangat sulit untuk memastikan apakah masyarakat-masyarakat pedalaman di
Kalimantan Barat berasal dari tanah kalimantan sendiri, ataukah berasal dari
daerah lain di luar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis dan pembaca harus bijaksana untuk mengatakan
bahwa apapun teori yang diajukan, kenyataan menunjukkan kelompok yang dianggap
tertua di Kalimantan sekarang ini sudah mengalami percampuran kebudayaan yang
sangat kompleks. Pendapat-pendapat tentang kelompok tertua berasal dari tanah
Kalimantan Barat sendiri berasal dari cerita rakyat (folklore), mitos-mitos,
dan kepercayaan setempat (Veth.a, 2012; Sjamsuddin, 2013). Penemuan fosil Homo
Erectus dan atau Homo Sapiens terjadi di Kalimantan bagian Utara, di daerah
kekuasaan Kesultanan Brunei dan Inggris (Veth, 2012.a; Poesponegoro &
Notosusanto, 1992). Penemuan fosil ini menandakan dua hal: pertama, kelompok
tertua di Kalimantan berasal dari Kalimantan sendiri dan atau Indonesia; kedua,
kelompok tertua itu berasal dari Afrika. Pendapat terakhir mengatakan kelompok
tertua di Kalimantan berasal dari Yunan, Tiongkok bagian Selatan, yaitu
kelompok proto melayu dan deutro melayu (Poesponegoro & Notosusanto, 1992).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis menerima bahwa kelompok yang tertua di
Kalimantan sudah sulit sekali ditelusuri asal-muasalnya terutama sejak abad
ke-19. Veth (2012.a) mengemukakan sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">“… di
tengah-tengah bermacam hubungan dan persatupaduan dan percampuran, atau dari
permusuhan dan penolakan, dan di bawah keadaan alamiah dari udara dan tanah,
produk-produk tanah dan karena itu satu cara hidup, berangsur-angsur, membentuk
masyarakat itu, yang dianggap sebagai yang tertua dan asli, yang pada umumnya
dikenal dengan nama Dayak, …”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelompok
yang dikenal dengan nama Dayak atau kelompok etnis Dayak pada dasarnya bukanlah
identitas yang dibentuk oleh kelompok-kelompok tertua tersebut, melainkan label
yang diberikan para kolonialis dari Eropa untuk membedakan kelompok tersebut
dengan kelompok etnis Melayu dan Tionghoa (Vinco, 2015).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelompok etnis Dayak berdasarkan penelitian terkini memiliki 450
sub etnis (Riwut, 2003) dan 151 sub etnis terdapat di Kal-Bar (Bamba, 2008).
Pengklasifikasian tersebut dilakukan berdasarkan keberagaman bahasa dan dialek
yang juga menggambarkan keberagaman detail kebudayaan di dalam kelompok etnis
dayak. Hal ini menunjukkan </span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pemahaman terhadap kelompok etnis
Dayak memang tidak bisa dilakukan secara sederhana. Veth sebagai sumber yang cukup
tua, masih saja menyatakan bahwa pembahasan identitas Dayak menjadi hal yang
tidak mudah dilakukan, “… sebagai yang tertua dan asli … tetapi memuat satu
perbedaan besar suku-suku yang masih sekarang ini … dalam rupa, bahasa, cara
hidup, konsepsi-konsepsi agama, dan tingkat kebudayaan” (Veth, 2012.a).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelompok etnis Dayak dengan berbagai keragaman
kebudayaan pada titik tertentu masih dapat digeneralisir, terutama dengan
membandingkan mereka dengan kebudayaan-kebudayaan Melayu, Tionghoa, dan
kolonalis Eropa. Beberapa kesamaan antara berbagai kelompok etnis Dayak adalah
sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hidup di bantaran anak sungai</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelompok etnis Dayak yang dianggap sebagai yang
tertua diyakini pada awalnya hidup juga di pesisir-pesisir pantai dan di
pesisir-pesisir sungai utama. Dayak Iban dalam berbagai literatur dari para
kolonialis Eropa disebut sebagai Dayak Laut dan bajak laut (Veth, 2012.a; King,
2013). Namun, dengan kedatangan berbagai bangsa yang diduga sebagai bangsa
Melayu (Sumatera, Jawa, Sulawesi, Indo-China) yang membawa kebudayaan dengan
tingkat yang lebih kompleks seperti kebudayaan logam (perundagian), kebudayaan
perdagangan uang, dan kemampuan bersosialisasi yang multikultural, membuat
kelompok etnis Dayak menggeser pemukimannya menuju ke pedalaman, ke anak-anak
sungai (Veth, 2012.a; King, 2013; Sjamsuddin, 2013). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal ini bukan berarti kelompok etnis Dayak kalah
dalam berperang atau ditaklukkan secara militer, tetapi mereka terdesak dalam
pergaulan ekonomi, teknologi, dan politik. Pola pikir seperti itu dapat juga
digunakan ketika melihat kehidupan orang-orang miskin di perkotaan yang menggeser
diri ke tepian sungai, ke bawah kolong jembatan, atau ke rumah susun. Pola
demikian juga dapat digunakan untuk melihat pemukiman kelompok etnis Dayak saat
ini (2017) yang semakin mengecil, terpusat, dan tidak lagi menguasai hutan yang
luas. Semua itu bukan kekalahan di bidang militer, melainkan kekalahan secara
ekonomi, teknologi, dan politik.</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Rumah Panjang</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelompok etnis dayak dengan berbagai keragaman
bahasa, dialek, dan kebudayaan, hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang
terisolasi dan relatif berjauhan dengan kelompok etnis Dayak yang lain. Satu
sub kelompok etnis Dayak bisa berjumlah 1.000 jiwa hingga 10.000 jiwa (Veth,
2012.a). Salah satu sub kelompok etnis Dayak yang memiliki anggota besar adalah
Dayak Iban atau Dayak Laut atau Dayak Batang Lupar (Veth, 2012.a; Sjamsuddin;
2013). Kelompok-kelompok yang terisolasi dan seringkali saling bermusuhan
diantara mereka membuat masing-masing kelompok mendirikan pertahanan
masing-masing.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pertahanan utama kelompok-kelompok etnis Dayak
adalah sebuah rumah yang tinggi (rumah panggung) dan memanjang. Rumah tersebut
menurut Malcolm MacDonald, “… tidak seperti rumah dalam pemikiran kita, tetapi
lebih seperti perkampungan. Setiap penghuni komunitas tersebut tinggal dalam
satu atap bersama yang menyambung” (King, 2013). Rumah panjang pada umumnya
dihuni oleh 20-30 keluarga yang memiliki bilik (kamar) masing-masing sekitar
4x4 meter dan di luar bilik-bilik tersebut terdapat ruang besar (aula) sebagai
tempat bersosialisasi, bahkan seperti jalan perkampungan. Pada bagian luar yang
tidak beratap di sepanjang rumah itu berfungsi sebagai teras atau tempat
menjemur padi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Rumah panjang memiliki tinggi sekitar 4-5 meter yang
berfungsi sebagai pertahanan bagi serangan musuh yang tiba-tiba, pada beberapa
rumah selain milik Dayak Iban memiliki tinggi yang lebih lagi (King, 2013).
Rumah ini memiliki sebuah tangga yang ditarik ke atas pada waktu malam,
sedangkan pada bagian bawah rumah kelompok etnis Dayak memelihara hewan ternak.
Setiap rumah dipimpin oleh kepala suku karena pada dasarnya satu rumah adalah
satu perkampungan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada banyak laporan para kolonialis Eropa seringkali
kelompok etnis Dayak digambarkan sebagai manusia-manusia brutal, agresif, dan
garang. Namun, melihat konstruksi bangunan tempat tinggal mereka yaitu rumah
panjang, yang tampak sebenarnya adalah manusia-manusia yang pasif, pencari
kedamaian, yang menjalani kehidupannya untuk mempertahankan diri dari dan
kelompoknya. Bahkan dalam cerita rakyat Dayak Tamambaloh, rumah panjang mereka
pernah didirikan di tengah danau untuk menghindari dari pengayauan.</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perburuan kepala (mengayau)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tradisi mengayau merupakan tradisi yang sangat sulit
dicari sebab-sebab awal terjadinya. Pada abab ke-19 di Kalimantan, khususnya di
Kalimantan bagian Barat tradisi ini sudah terjadi sejak waktu yang sangat
lampau (Veth, 2012.a; King, 2013). Satu sub kelompok etnis Dayak pada umumnya
memiliki beberapa musuh dari sub kelompok – sub kelompok yang berbeda, tetapi
tidak semua di antara berbagai macam sub kelompok itu bermusuhan.
Asal-muasalnya tidak begitu jelas, tetapi menurut berbagai catatan kolonial
Eropa pendorongnya adalah dendam nyawa akibat pembunuhan yang dilakukan pihak
lawan, yang terkadang sejarahnya sangat lampau dan bercampur dengan
mitos-mitos.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kepala yang berharga adalah kepala dari pihak musuh,
sehingga kepala-kepala orang Melayu, Tionghoa, dan kolonial Eropa pada umumnya
tidak diminati kecuali dianggap musuh oleh salah satu dari sub kelompok etnis
Dayak (Veth, 2012.a). Kepala musuh yang dipenggal memiliki nilai spiritual yang
dianggap mampu melindungi pemiliknya, keluarga, dan komunitasnya, sehingga
kepala tersebut diperlakukan dengan sangat hormat. Kepala hasil mengayau juga
menaikkan status sosial pemiliknya, dan orang yang tidak memiliki satupun
kepala dianggap tidak mampu melindungi keluarganya, sehingga harus ditolak
dalam perkawinan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tradisi mengayau yang didasarkan pada permusuhan
antara sub-sub kelompok etnis Dayak, pada perjalanannya sering dimanfaatkan
oleh pihak-pihak penguasa Melayu dan kolonialis Eropa untuk memperoleh pasukan
yang digunakan untuk menyerang sub kelompok etnis Dayak lain yang juga didukung
oleh penguasa Melayu dan kolonialis Eropa yang berbeda (Veth, 2012.a; King,
2013; Sjamsuddin, 2013). Pengelompokkan-pengelompokkan yang terjadi antara
sub-sub kelompok etnis Dayak membuat peran kelompok etnis ini sangat minor
dalam konstelasi perekonomian dan perpolitikan di Kalimantan abad ke-19.
Kelompok-kelompok yang kecil secara perlahan berada di bawah pengaruh penguasa
Melayu dan atau kolonialis Eropa, sedangkan kelompok-kelompok yang bebas
(merdeka) letakkan relatif jauh di pedalaman di anak-anak sungai yang
terpencil.</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebutuhan terhadap garam</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Salah satu komoditi yang membuat kelompok etnis
Dayak bergantung pada kelompok di luar (Melayu, Tionghoa, dan kolonialis Eropa)
adalah garam, selain besi, kawat, tembaga, tembakau, dan kain katun (Veth,
2012.b). Garam sebagai produk yang sangat diperlukan oleh kelompok etnis Dayak,
bahkan legenda-legenda kelompok etnis Melayu menggambarkan orang-orang Dayak
yang tidak dapat berbicara di awal perjumpaan mereka, sampai orang Melayu
memberi mereka garam (Sjamsuddin, 2013). Berawal dari kebutuhan (atau
ketergantungan) orang-orang dari kelompok etnis Dayak terhadap garam, maka
muncullah perdagangan barter antara orang-orang Dayak dengan para pedagang
Melayu, yang mana nantinya akan berkembang menjadi struktur sosial “Dayak Serah”.
Dayak Serah menurut Sjamsuddin (2013) adalah kewajiban orang-orang Dayak dari
kelompok tertentu untuk membeli barang-barang hanya dari penguasa (kerajaan)
Melayu tertentu saja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam pandangan penulis sebelum-sebelumnya sudah
disampaikan pentingnya meletakkan pandangan hidup sesuai zamannya (zeitgeist)
dan juga disaat sekarang ini mempertimbangkan politik identitas suku, agama,
ras, dan antara golongan (SARA). Adanya status “Dayak Serah” dapat menimbulkan
persepsi negatif bahwa kerajaan-kerajaan Melayu “menjajah” orang-orang Dayak.
Namun, sebenarnya kondisi saat itulah (abad 18-19) yang memposisikan
orang-orang dari kelompok etnis Dayak untuk memerlukan barang-barang yang tidak
dapat mereka produksi sendiri seperti garam dan logam. Sementara itu penguasa-penguasa
Melayu dihadapkan pada kesempatan untuk memonopoli perdagangan, yang pada
dasarnya mendapat pengaruh tarik menarik yang kompleks dalam dunia perdagangan
dengan para kolonialis Eropa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hasil dari ketergantungan tersebut memang menjadikan
harga-harga barang naik 20 kali lipat dan seringkali orang-orang Dayak
dihadapkan dengan hutang yang tidak mampu dibayar bertahun-tahun (Veth, 2012.
b). Kondisi seperti demikian sebenarnya tidak asing dengan pengetahuan kita
dewasa ini. Ketergantungan sebuah negara terhadap komoditas tertentu membuat
negara itu tidak memiliki daya tawar dan menerima saja harga pasar. Tidak semua
kelompok etnis Dayak menjadi Dayak Serah, banyak pula sub-sub kelompok etnis
Dayak yang berstatus merdeka (Sjamsuddin, 2013). Salah satu contoh sub kelompok
etnis Dayak yang merdeka adalah Dayak Kayan, salah satu sebabnya karena mereka
mampu mendulang logam (Veth, 2012. a). Selain itu Dayak Punan yang
mempertahankan tradisi hidup secara nomaden dan subsistem juga dapat dikatakan
kelompok yang merdeka.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">D.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kesultanan-kesultanan Pesisir dan
Kolonialis Eropa</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelompok etnis Melayu dan kelompok kolonialis Eropa
di pedalaman bersama-sama dengan kelompok etnis Dayak membentuk struktur
masyarakat pedalaman di Kalimantan. Kerajaan-kerajaan (atau
kesultanan-kesultanan) Melayu di Kalimantan Barat yang terletak di pesisir
pantai atau muara sungai dan mengarah ke laut yaitu Sukadana, Sambas, Mempawah,
Kubu, Pontianak, Simpang, dan Matan. Kesultanan-kesultanan Melayu di pedalaman
juga terletak di pesisir sungai utama (Sungai Kapuas) atau di muara-muara
sungai yang mengarah ke Sungai Kapuas yaitu Landak, Tayan, Sanggau, Sekadau,
Sintang, Silat, Suhaid, Selimbau, Piasa, Jongkong, dan Bunut. Kerajaan-kerajaan
tersebut ada yang besar dan kuat, tapi ada juga yang kecil dan lemah (Veth,
2012 a dan b). Sedangkan untuk kelompok etnis Dayak sudah disebutkan
sebelumnya, memiliki pemukiman di bantaran anak-anak sungai, sehingga
penggolongan kelompok pesisir untuk kelompok etnis Melayu dan kelompok
pedalaman untuk kelompok etnis Dayak ada benarnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelompok etnis Melayu datang ke pedalaman Kalimantan
sebagai penjelajah dan pedagang yang membawa harapan untuk mengubah status
ekonomi, sosial, dan politik di negeri asal mereka. Menurut Ozinga dalam
Sjamsuddin (2013),</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">“Dalam pelayaran
mereka temukan tempat-tempat berlabuh yang baik, tanah yang subur, dan tidak
ada penduduk yang menentang pemukiman-pemukiman mereka … mereka memberikan
kekuasaan kepada raja mereka. Tetapi kemudian ketika merasa sudah cukup matang
… melepaskan diri dari ‘tanah ibu’”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 3.8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam Veth (2012) wilayah asal dari para penjelajah
tersebut adalah kerajaan Johor dan kerajaan Brunei. Para penjelajah tersebut
dalam kasus di Kalimantan Barat dapat pula diduga berasal dari Sukadana,
Sambas, atau Banjarmasin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendapat Ozinga dibantah oleh Sjamsuddin (2013)
karena terlalu menyederhanakan kompleksitas keadaan di Kalimantan, khususnya di
Kalimantan Barat pada masa itu. Menurut dia, dalam legenda-legenda asal-muasal
berdirinya kerajaan di Kalimantan Barat, hampir seluruhnya mengandung cerita
adanya hubungan pernikahan antara penjelajah dari Melayu dengan orang-orang
setempat yaitu orang Dayak. Hal ini tentunya tidak dapat digeneralisir untuk
seluruh kerajaan-kerajaan Melayu di Kalimantan Barat, tetapi sangat kecil
kemungkinan kerajaan-kerajaan Melayu dapat mempertahankan kemurnian rasnya
selama ratusan 200-300 tahun, sehingga sangat besar kemungkinannya ada
percampuran genetik antara berbagai kelompok etnis di kerajaan tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Para kolonialis Eropa datang kemudian pada abad
ke-17 ke pesisir Kalimantan, dan pada abad ke-19 ke bagian pedalaman Kalimantan
Barat (Veth, 2012). Kedatangan mereka pada dasarnya adalah meneruskan kebijakan
yang telah berlaku di pusat pemerintahan kolonial, dalam hal ini di Batavia
(Belanda) atau Sarawak (Inggris). Kebijakan pemerintah kolonial tentu saja
untuk memperoleh keuntungan besar dalam perdagangan di berbagai daerah.
Kebijakan khasnya adalah dengan bekerja sama dan mempengaruhi kebijakan penguasa-penguasa
setempat (raja-raja setempat), dalam hal ini adalah kerajaan-kerajaan Melayu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hubungan para kolonialis dengan kelompok etnis Dayak
dalam catatan Veth (2012), King (2013), dan Sjamsuddin (2013) tidak bersifat
langsung, melainkan bersama-sama penguasa Melayu atau menggunakan penguasa
Melayu. Hubungan yang bersifat langsung memang pernah terjadi antara kolonialis
dengan kelompok etnis Dayak di pedalaman, tetapi itu karena James Brooke dan
Charles Broke berlaku sebagai raja di Sarawak yang juga membawahi semua
kelompok etnis, termasuk kelompok etnis Melayu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">E.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penutup</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Peristiwa sejarah selalu memiliki nilai keunikan
yang mengakibatkan pendidikan sejarah juga memiliki keunikan. Sejarah
Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat pada abad ke-19 memiliki perbedaan yang
relatif besar dengan daerah lain semisalnya Pulau Jawa. Terutama daerah-daerah
pedalaman di Kalimantan Barat memiliki perbedaan geografis dan sistem
kemasyarakatan dengan daerah-daerah lain di sekitar periode imperialisme dan
kolonialisme Bangsa Eropa di Nusantara.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Masyarakat di pedalaman Kalimantan Barat relatif
terisolasi dari dunia luar karena hutan tropis Kalimantan mendirikan
benteng-benteng alami yang sulit untuk dijelajah. Selain itu kelompok etnis
Dayak juga mendirikan benteng mereka yang berupa rumah panjang untuk melindungi
anggota komunitas mereka dari serangan musuh-musuh yang berasal dari sub-sub
kelompok etnis Dayak yang berbeda. Suasana di pedalaman Kalimantan saat itu diwarnai
dengan permusuhan antara sub-sub kelompok etnis Dayak yang tampak melalui
tradisi mengayau atau perburuan kepala.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 39.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hubungan antara pedalaman dengan pesisir terjadi
ketika masyarakat pedalam memerlukan barang-barang dari luar seperti garam dan
logam, sementara itu komoditas di pedalaman juga cukup menjanjikan. Pada masa
itulah terjadi interaksi antara masyarakat Dayak di pedalaman dengan masyarakat
Melayu di pesisir dan juga para kolonialis dari Eropa. Hubungan tersebut sangat
kompleks, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan yang terus berkelanjutan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">DAFTAR<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>PUSTAKA</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Bamba,
John (ed). (2008). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Keberagaman Subsuku
dan Bahasa Dayak</i>. Institut Dayakologi: Pontianak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">King,
Victor. (2013). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kalimantan Tempo Doeloe</i>.
Komunitas Bambu: Depok.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Poesponegoro,
M.J. & Notosusanto, N. (1993). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sejarah
Nasional Indonesia I</i>. Balai Pustaka: Jakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Riwut,
Tjilik. (2003). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Maneser Panatau Tatu
Huang: Menyelami Kekayaan Leluhur. Pusakalima:</i> Palangkaraya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Sjamsuddin,
Helius. (2005). Pembelajaran Sejarah Refleksi dan Prospek. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Historia Vitae</i>, vol 19 no 2, 303.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">________________.
(2013). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kerajaan Sintang 1822-1942</i>.
Ombak: Yogyakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Veth,
P.J. (2012). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Borneo Bagian Barat
Geografis Statistis Historis</i> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Jilid 1</i>.
Institut Dayakologi: Pontianak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">________.
(2012). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Borneo Bagian Barat Geografis
Statistis Historis</i> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Jilid 2</i>.
Institut Dayakologi: Pontianak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Vinco,
Mitchel.</span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"> (2015).
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Identitas Dayak di Kalimantan Barat</i>.
[Internet]. Diakses di <a href="http://kamudaponti.blogspot.co.id/2015/01/identitas-dayak-di-kalimantan-barat.html">http://kamudaponti.blogspot.co.id/2015/01/identitas-dayak-di-kalimantan-barat.html</a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Tahoma","sans-serif";}
</style>
<![endif]-->
</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Oleh:
M.S. Mitchel Vinco (1604736)</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jurusan Pendidikan Sejarah, Sekolah
Pascasarjana UPI</span></div>
<br />
<br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Tahoma","sans-serif";}
</style>
<![endif]--><span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-7433502096561823662017-10-19T02:23:00.000+07:002017-10-19T22:06:56.864+07:00MULTIKULTURALISME DALAM PENDIDIKAN SEJARAH KEBUDAYAAN SEBAGAI PENDIDIKAN KEDAMAIAN (Analisis Fenomena di Kalimantan Barat)<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-QtfTJFTLxoc/Weep7PqQILI/AAAAAAAAAi0/C9Xd7w2TME8237efkGNAucZauEjZj45wgCLcBGAs/s1600/kandinsky.comp-8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="755" data-original-width="1090" height="221" src="https://3.bp.blogspot.com/-QtfTJFTLxoc/Weep7PqQILI/AAAAAAAAAi0/C9Xd7w2TME8237efkGNAucZauEjZj45wgCLcBGAs/s320/kandinsky.comp-8.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">(Sumber: google.com)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendahuluan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.05pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Mereka yang tidak belajar dari masa tiga ribu tahun
berarti tidak memanfaatkan akalnya” (Goethe, 1749-1832). Itulah nasehat sekaligus
sindirian satir dari sastrawan dan sejarawan Prusia tersebut kepada kaum
terdidik yang tidak mau belajar dari panjangnya durasi narasi sejarah.
Sementara itu pada zaman sesudah Goethe, seorang filsuf Prusia memperingatkan
“kembali” para intelektual (sejarawan) yang melahirkan begitu banyak karya
dengan “penulisan sejarah kita yang sedemikian maju, mengandung bahaya bahwa
masa silam … terletak di muka kita sebagai suatu benda yang mati” (Nietzsche,
1889-1900).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.05pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Goethe dan Nietzsche berada pada masa yang relatif
lampau untuk masyarakat saat ini tetapi masih memberikan peringatan yang
kontekstual, terutama pada pembahasan yang akan dilakukan penulis tentang
pendidikan sejarah, kebudayaan lokal, dan pendidikan kedamaian. Pendidikan
sejarah dewasa ini terlalu “nyaman” dengan sejarah politiknya, sedangkan
kebudayaan lokal terlalu sering diidentikkan dengan kesenian dan kegiatan
seremonialnya, sementara itu pendidikan perdamaian-kedamaian selama ribuan
tahun sering kali “senyap” dengan konflik kekerasan. Sebagian besar wacana
dalam penulisan ini bukanlah hal baru, tetapi berusaha mengingatkan pembaca
untuk terus berjuang menjadikan sejarah di sekitar kita bukan sebagai benda-benda
yang mati.</span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.05pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perdamaian dan kedamaian merupakan kondisi yang
sangat layak diperjuangkan mengingat realitas Indonesia dan dunia sekarang ini
semakin ramai dengan potensi dan konflik kekerasan. Pada beberapa bulan
belakangan ini saja kasus kontroversial dugaan penistaan agama oleh Basuki
Tjahaya Purnama (Ahok) telah menyebabkan munculnya konflik kekerasan yang
relatif kecil di Indonesia dan masih berpotensi menjadi konflik kekerasan yang
lebih besar. Selain di Jakarta kasus kontroversial tersebut memunculkan potensi
dan konflik kekerasan pada beberapa daerah di Indonesia, seperti di Pontianak,
Kalimantan Barat (Kal-Bar), yang juga menjadi fokus pembahasan pada tulisan
ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.05pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dunia sekarang ini juga sedang “panas” dengan
potensi dan konflik kekerasan yang terjadi di Timur Tengah dan Eropa Timur.
Revolusi Musim Semi di Afrika Utara dan Asia Barat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terjadi ketika demokrasi sebagai tujuan akhir
diwarnai proses berdarah melalui perang saudara. Negara Islam di Iraq dan Suriah
(ISIS) muncul justru saat sistem demokrasi ingin dibangun di kedua negara
tersebut. Uni Eropa sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">blueprint</i>
kerjasama dalam satu kawasan justru diwarnai dengan keluarnya Inggris (Brexit)
sebagai salah satu negara kuat di dunia. Pada kawasan Eropa Timur, Rusia sedang
mendemonstrasikan kekuatan militernya dalam konflik latennya dengan NATO.
Potensi konflik kekerasan harus disadari sedang berkembang saat ini di dunia
dan di Indonesia akibat perebutan kekuasaan politik dan ekonomi yang dibalut
dengan ideologi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.05pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulisan sejarah selama ribuan tahun telah
mengajarkan bahwa latar belakang perang-perang besar hampir seluruhnya karena
permasalahan ekonomi dan politik yang menggunakan ideologi agama dan kebudayaan
untuk menggerakan massa pendukung masing-masing pihak. Menurut Huntington dalam
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Clash of Civilitation</i> (1998), “ <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Every civilization sees itself as the center
of the world and writes its history as the central drama of human history</i>”.
Setiap kebudayaan cenderung memposisikan tata nilai kelompoknya sebagai pusat
kebenaran yang kemudian digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kebudayaan
lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.05pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan yang bersifat monokultural kemudian
melahirkan paham-paham seperti etnosentrisme, religiosentrisme,
nasionalsentrisme atau chauvinisme yang mengandung karakter fanatis dan egois. Kondisi
masyarakat dengan karakter fanatis dan egois sangat mudah untuk melemparkan
sebab dari permasalahan mereka pada kelompok lain yang berbeda kebudayaan.
Berdasarkan penelitian Vinco (2009) terhadap sejarah konflik Indonesia-Malaysia
1960-an, dan sejarah konflik kelompok etnis Dayak-Tionghoa 1967 di Kalimantan
Barat, ada dugaan yang kuat bahwa masyarakat dengan karakter fanatis yang kuat
terhadap kebudayaan di dalam kelompoknya, akan mudah digerakkan oleh elite
ekonomi dan politik untuk terlibat di dalam konflik kekerasan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.05pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tulisan ini akan mencoba membahas usaha-usaha untuk
menciptakan kedamaian pada masyarakat melalui pendekatan pendidikan sejarah dan
kebudayaan lokal. Tulisan ini menggunakan teori interaksi simbolis yang
termasuk dalam paradigma definisi sosial pada sosiologi sebagai alat bantu
analisis. Kasus-kasus pada tulisan ini akan banyak menggunakan peristiwa dan
kebudayaan dari Kalimantan Barat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.4pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.05pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">B.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Konflik: Interaksi Simbolis</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Masyarakat menurut teori interaksi simbolis
merupakan sekumpulan individu-individu yang saling menginterpretasikan
simbol-simbol yang bertebaran di lingkungan mereka dan bertindak berdasarkan
simbol-simbol tersebut (Raho, 2007; Poloma, 2010). Individu di dalam masyarakat
dengan demikian selalu dalam proses mengartikan fakta-fakta sosial dan sebenarnya
memiliki berbagai pilihan berdasarkan simbol-simbol yang dia terima. Menurut
Mead simbol-simbol yang berarti itu bisa berupa gerakan fisik (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">gesture</i>), bahasa, isyarat, dan
benda-benda (Raho, 2007).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam pandangan teori interaksi simbolis, masyarakat
dapat teratur bila simbol-simbol yang diartikan relatif sama, tetapi dapat
terjadi kekacauan bila simbol-simbol yang dimaknai berbeda (Raho, 2007).
Menurut penulis adanya keteraturan di dalam masyarakat tercipta ketika
masing-masing individu menghayati penafsiran-penafsiran simbol yang relatif
sama akibat dari kesamaan lingkungan kebudayaan yang membesarkan mereka.
Sebaliknya, konflik terjadi ketika simbol-simbol yang dikomunikasikan dan
disosialisasikan berbeda arti.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari mana simbol-simbol yang sama dan berbeda bisa
muncul? Blummer menjelaskan, makna-makna tersebut muncul dari interaksi dengan
orang lain, terutama dengan orang-orang yang dianggap cukup berarti (Raho,
2007; Poloma, 2010). Orang-orang yang cukup berarti tersebut adalah mereka yang
memiliki otoritas dalam perkembangan individu yaitu: keluarga, pendidikan, dan
masyarakat dalam suatu kebudayaan. Blummer berpendapat bahwa pemaknaan yang
individu lakukan akan melahirkan batasan sesuatu bagi orang lain (Poloma,
2010).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam kehidupan sekarang ini perbedaan simbol-simbol
sangat tidak mungkin untuk dipersamakan karena keadaan dunia kita adalah
pluralistis, yang memiliki berbagai kebudayaan. Menurut Kartadinata (2015),
“Kebudayaan mengandung dimensi seluruh kehidupan yang kompleks, karena itu
mendefinisikan kebudayaan harus mencerminkan kompleksitas itu”. Kedamaian dapat
terjadi justru ketika masyarakat memunculkan simbol-simbol alternatif seperti
multikulturalisme untuk memahami simbol-simbol yang berbeda. Multikulturalisme merupakan
wacana yang mengajak pengikutnya untuk menghargai dan memahami perbedaan
kebudayaan. Salah satu media yang paling efektif untuk memupuk
multikulturalisme adalah pendidikan di sekolah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">C.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan Sejarah Kebudayaan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan adalah seluruh gagasan, nilai, tindakan,
dan hasil kerja manusia. Koentjaraningrat (1979) memberikan kerangka dan
membagi kebudayaan menjadi tujuh unsur yaitu: bahasa, mata pencaharian,
teknologi, sistem kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, religi, dan kesenian.
Kebudayaan dengan demikian menjadi tidak mudah digeneralisir, dan tidak mudah
untuk dipahami karena kompleksitas unsur-unsur dalam sebuah kebudayaan, apalagi
dengan banyak kebudayaan. Multikulturalisme mengajak masyarakat untuk memahami
kompleksitas tersebut dengan mempelajari berbagai kebudayaan, terutama yang
berada di lingkungan sekitar. Pada lingkup pendidikan multikulturalisme dapat
diajarkan terintegrasi pada mata pelajaran yang sudah ada maupun dapat berdiri
sendiri. Namun, dalam tulisan ini penulis menawarkan pendidikan sejarah
kebudayaan sebagai pendekatan. Kenapa bukan antropologi sebagai ilmu yang
khusus mempelajari kebudayaan?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada prinsipnya bukanlah suatu permasalahan dalam
mempelajari multikulturalisme menggunakan pendekatan sejarah atau antropologi.
Hal itu disebabkan tujuan akhir dari pembelajaran adalah terbentuknya
masyarakat multikultural. Namun, ada perbedaan mendasar dari kedua ilmu
tersebut. Antropologi membahas kebudayaan pada masyarakat yang tunggal, yang
berarti meneliti satu kebudayaan secara mendalam dari keadaan di masa sekarang
hingga alasan kemunculan kebudayaan tersebut di masa lampau. Sedangkan sejarah
kebudayaan bersifat diakronik yaitu bertitik tolak dari masa lampau manusia
pada suatu kebudayaan menuju ke masa sekarang dengan kompleksitas kebudayaan. Sejarah
kebudayaan menekankan pada proses perubahan dan keberlanjutan dari manusia pada
sebuah wilayah sebagai pemegang suatu atau beberapa kebudayaan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan sejarah kebudayaan dengan demikian dapat
saja meminjam materi-materi pendidikan antropologi sebagai dasar pemikiran dan
kemudian membawa manusia berkebudayaan tersebut dalam perjalanan lintas waktu
dengan berbagai tantangan dan jawaban atau <i style="mso-bidi-font-style: normal;">challenges
and response</i> dalam istilah Toynbee (1889-1975). Pendidikan sejarah
kebudayaan dapat memberikan alternatif pemikiran bahwa kebudayaan itu berubah,
tidak tunggal, saling berinteraksi, dan masih memiliki pengaruh sampai
sekarang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada kenyataannya sekarang, pendidikan sejarah
kebudayaan belum mendapat tempat dalam buku teks mata pelajaran sejarah
terutama pada pendidikan menengah (SMP-SMA). Pendidikan sejarah masih
mengedepankan sejarah politik yang membingkai masyarakat dalam pemikiran
sentralistis dan hierarkis (dari penguasa ke rakyat). Pendidikan sejarah masih
berkutat dengan perjuangan pembentukan bangsa untuk lepas dari “penjajahan”
bangsa lain secara politis, masih berjuang meyakinkan ideologi negara sebagai
yang paling baik dan bukanlah yang paling sesuai, masih menganggap bangsa dan
negara sebagai yang paling makmur, kaya, dan hebat dari dahulu sampai sekarang.
Hal itu sebenarnya tidak salah karena bertujuan memperkuat nasionalisme dan integrasi
nasional. Namun, pembelajaran sejarah seperti demikian lebih bersifat
“kekanak-kanakan” dibandingkan “dewasa”, karena dewasa ini pemikiran
multidimensional lebih “benar” dibandingkan pemikiran sentralistis. Masyarakat
Ekonomi Eropa, Masyarakat Ekonomi Asean, dan beberapa aliansi lintar bangsa
lainnya mengharuskan kita memiliki pemikiran multidimensional dan
multikultural.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">D.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kearifan Lokal dan Perubahan
Kebudayaan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan pada awalnya muncul dari hasil interaksi
mental dan tindakan manusia terhadap lingkungan yang menyediakan berbagai
tantangan khas. Pada sebuah lingkungan alam yang khas secara georafis
terbentuklah manusia-manusia yang mampu hidup selaras dengan lingkungan
tersebut. Pada perkembangan selanjutnya tantangan tidak hanya muncul dari alam,
tetapi juga berasal dari hubungan antara manusia (sosial). Kemampuan manusia
untuk menjawab tantangan sosial juga disebut sebagai kebudayaan. Lingkungan
alam dan sosial yang ada di dunia ini sangatlah beragam, sehingga kebudayaan
juga beraneka-ragam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan dalam pembahasan ilmu sejarah,
antropologi, sosiologi, dan psikologi pada umumnya diidentikkan dengan tradisi.
Tradisi adalah segala sesuatu yang turun dari nenek moyang, sekaligus
menandakan suatu sistem nilai yang telah sangat lama mengalami kemapanan. Pada
tulisan ini pengidentikan kebudayaan dengan tradisi sangat penting karena pada
dasarnya kebudayaan dapat bersifat baru (modern atau bahkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">post modern</i>) yang belum menjadi tradisi
pada banyak wilayah di Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kenapa kebudayaan sangat layak dikaji sekarang?
Karena kebudayaan mengandung nilai-nilai kearifan dan kebijaksanaan. Hal
tersebut sangat wajar mengingat kebudayaan adalah jawaban manusia terhadap
tantangan alam dan sosial. Keberadaan kebudayaan yang khas pada suatu wilayah
menandakan setidaknya “kemenangan” manusia terhadap lingkungan alamnya,
sedangkan “kemenangan” terhadap lingkungan sosialnya mengandung pra syarat
yaitu selama tidak atau belum adanya unsur kebudayaan baru atau asing yang
masuk.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Keberadaan kebudayaan yang mampu menjawab tantangan
alam pernah penulis dokumentasikan dalam film Gaung Sang Penakluk Asap (2011)
yang bekerja sama dengan Eagle Institute Indonesia dan Metro TV. Dalam film
tersebut masyarakat Dayak Kanayatn (Dayak Ahe) di Desa Kubu Padi, Kabupaten
Kubu Raya, Kalimantan Barat menerapkan sistem perladangan padi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">bahuma</i>) dengan cara pembakaran lahan (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">nunu</i>) yang sudah menjadi tradisi selama
ratusan tahun tanpa menyebabkan bencana kabut asap yang sejak 1990-an menjadi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">headline</i> di media massa sampai sekarang
ini. Tradisi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">bahuma</i> dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">nunu</i> tersebut dilengkapi dengan
seperangkat hukum adat yang tegas, yang melindungi hutan, kebun, dan pemukiman
dari kobaran api pada lahan yang relatif sangat jarang mencapai satu hektar.
Informasi di media massa dan buku-buku pelajaran sekolah yang mengatakan
tradisi perladangan berpindah masyarakat lokal sebagai penyebab bencana kabut
asap sudah “menyakiti” kebudayaan berumur ratusan tahun tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan sebagai gagasan, tindakan, dan hasil
kerja manusia bukanlah sesuatu yang statis, melainkan selalu dalam proses
perubahan. Perubahan kebudayaan secara evolusi terjadi karena lingkungan alam
juga berubah secara lambat, yang mana perubahan ini relatif tidak memberi
pengaruh langsung bagi manusia (tokoh teori evolusi: Spencer 1820-1903; Tylor
1832-1917). Perubahan kebudayaan yang relatif cepat dan berpengaruh adalah yang
bersifat difusi akibat bencana alam dan terutama migrasi manusia yang membawa
kebudayaan berbeda. Perubahan kebudayaan lokal akibat berinteraksi dengan
kebudayaan yang berbeda dapat menghasilkan perubahan positif dan negatif dalam
sistem nilai kita sekarang, dan bahkan dapat menghilangkan kebudayaan lokal
tersebut yang cenderung menggunakan tradisi lisan. Dalam sudut pandang sejarah,
hilangnya ingatan tentang kebudayaan lokal sangatlah disayangkan karena
kebudayaan tersebut mengandung kearifan lokal yang dapat digunakan pada
masanya, sekarang, dan masa depan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perubahan positif hasil dari interaksi antara
kebudayaan lokal dengan kebudayaan yang berbeda dapat terjadi pada berbagai
aspek. Pengobatan modern yang ilmiah, sistem pendidikan yang sistematis,
teknologi-teknologi yang membantu memudahkan kehidupan manusia, dan juga
masuknya agama-agama universal yang memperkaya kearifan dan kebijaksanaan
lokal. Dalam bidang religi berhentinya tradisi mengayau (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">kayau</i>) merupakan contoh perubahan positif yang “terbaik” mengingat
tradisi tersebut sudah tidak kontekstual dengan nilai-nilai universal sekarang
ini. Tradisi mengayau adalah tradisi perang religius antara sub kelompok etnis
Dayak di Kalimantan, dengan salah satu ciri khas yaitu membawa kepala musuh
sebagai simbol penghormatan, perdamaian, dan kekuatan mistis. Tradisi tersebut
dihentikan dengan Perjanjian Tumbang Anoi 1894 di Kalimantan Tengah yang
dihadiri hampir seluruh perwakilan sub suku Dayak di Kalimantan. Kelompok etnis
Dayak terdiri dari 450 sub etnis (Riwut, 2003), dan 151 sub etnis berada di
Kal-Bar (Bamba, 2008).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perubahan kebudayaan yang negatif relatif banyak
ditemukan pada dewasa ini. Budaya populer yang masuk melalui media televisi dan
internet mengubah anak-anak muda di pedalaman Kal-Bar dengan “cinta” ala
sinetron dan “mimpi” ala perkotaan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang
menyebabkan relatif banyak pernikahan dini, budaya konsumtif, dan menurunnnya
etika dalam pergaulan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan lokal terlupakan akibat kebudayaan yang
berbeda masuk dengan gencar di berbagai media komunikasi dan sosialisasi. Pada
masyarakat Dayak Tamambaloh di Kabupaten Kapuas Hulu, Kal-Bar, anak-anak muda
menggunakan istilah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">bapakku’</i>
menggantikan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ama’ku’</i> yang berarti
bapak saya, sedangkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">indu’ku’</i> yang
berarti ibu saya digantikan dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">mama’ku’</i>
yang sebenarnya berarti sirih (menyirih), yang mana memang kebudayaan menyirih
sudah sangat berkurang pada masyarakat tersebut sehingga istilah aslinya mulai
terlupakan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ingatan tentang kebudayaan lokal yang terlupakan
atau dilupakan akan segera tergantikan oleh ingatan yang lebih baru. Pada masa
sekarang ini anak-anak muda etnis Dayak lebih mengingat atau diingatkan tentang
peristiwa konflik kekerasan Dayak-Madura di Kal-Bar 1992, 1997-1998, dan di
Kal-Teng 1999-2000 dengan tradisi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Mangkok
Merah</i>-nya. Tradisi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Mangkok Merah</i>
(istilah dari Dayak Kanayatn/Ahe) adalah tradisi kemasyarakatan dan religi yang
berupa ajakan solidaritas lintas sub suku Dayak dalam perang. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Mangkok Merah</i> dengan berbagai
perlengkapannya diedarkan dari satu kampung ke kampung lain, yang mana bagi
kampung yang menerima mangkok tersebut harus mengirimkan perwakilannya untuk
perang. Sejarah kemenangan etnis Dayak pada konflik kekerasan tersebut menurut
anak-anak muda dari yang diperoleh penulis secara empiris memiliki sifat
“heroik, jago, hebat, dan sakti”. Nilai-nilai tersebut dapat meninggikan
etnosentrisme anak-anak muda etnis Dayak dalam berinteraksi dengan kebudayaan
yang berbeda. Pada kasus yang relatif banyak, ketika terjadi konflik antara
orang Dayak dengan orang yang berkebudayaan berbeda, nilai-nilai kontroversial
pada konflik Dayak-Madura di tahun 1990-an kembali dimunculkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menurut penulis pengingatan berlebihan tentang
nilai-nilai pada konflik Dayak-Madura di tahun 1990-an sangat tidak tepat dan
berbahaya. Anak-anak muda kelompok etnis Dayak mulai berjalan menuju masa depan
dengan salah satu pondasi kebudayaan yang “miskin” dan tidak berkesinambungan
dengan akar kebudayaan di masa lampau. Jika masyarakat dan pemerintah
mempelajari kebudayaan lokal, maka praktik perang antara kelompok etnis Dayak
dengan kelompok berkebudayaan berbeda tidak seharusnya dapat terjadi. Hal ini
dikarenakan perang dalam tradisi etnis Dayak (atau penggunaan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">mangkok merah</i>) tidak akan terjadi tanpa
adanya pelanggaran terhadap tradisi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">pamabakng</i>
(istilah dari Dayak Kanayatn/Ahe). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pamabakng</i>
adalah tradisi kemasyarakatan dan religi berupa ajakan musyawarah untuk
menyelesaikan konflik. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">pamabakng</i>
ditandai dengan berbagai perlengkapan di dalam tempayan yang dijaga oleh 2-3
orang pada jalur di luar kampung di mana pihak lawan konflik akan datang. Pihak
yang datang menyerang ketika melihat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">pamabakng</i>
harus berhenti dan bermusyawarah. Jika musyawarah gagal, maka akan dilakukan
tradisi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">pamabakng</i> lagi hingga tiga
kali pada wilayah yang semakin dekat dengan kampung. Dengan demikian, perang
seharusnya tidak akan pernah terjadi apalagi pemerintah sebagai pengguna hak
kekerasan legal dapat masuk dalam proses tersebut sebagai mediator.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Selain tradisi kebudayaan untuk menyelesaikan
konflik, kelompok etnis Dayak masih banyak menyediakan tradisi-tradisi yang
dapat mencegah konflik. Darah bagi masyarakat kelompok etnis Dayak merupakan
hal yang suci, oleh karena itu tidak boleh “terbuang” dengan alasan tidak
jelas. Pada Dayak Tamambaloh, seorang anak yang mendorong temannya sehingga
jatuh dan terluka dalam permainan harus dikenakan hukuman adat. Dalam
kebudayaan Dayak Jangkang juga ditemukan tradisi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">nokut</i> dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">probasa</i>, yang
mana <i style="mso-bidi-font-style: normal;">nokut</i> adalah hukuman adat ketika
tidak sengaja membuat orang lain mengeluarkan darah, sedangkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">probasa</i> adalah hukuman adat ketika tidak
sengaja melukai diri sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Keberadaan kebudayaan lokal yang beragam atau
multikultural, bukan hanya dari kelompok etnis Dayak saja tetapi juga Melayu,
Tionghoa, Jawa, Sunda, dan lainnya, menghasilkan kekayaan intelektual dalam
gagasan yang berempati terhada kedamaian dan berbagai alternatif untuk
menyelesaikan konflik kekerasan yang selama ini cenderung direspon lambat.
Bahkan Vinco (2009) menemukan bahwa sekelompok masyarakat dengan kecenderungan
pemikiran monokultural berhasil digerakkan dalam konflik Dayak-Tionghoa 1997
demi kepentingan kelompok politik tertentu. Konflik kekerasan antara anak-anak
muda kelompok etnis Dayak di Pontianak melawan Front Pembela Islam (FPI) pada
tahun 2011 mengindikasikan berbahayanya pemikiran monokultur dan
kecenderungannya untuk dimanfaatkan kelompok politik tertentu. Hal ini masih
perlu dikaji lebih lanjut mengingat pada saat tulisan ini dibuat, kasus
kontroversial dugaan pelecehan agama oleh Ahok di Jakarta juga berimbas pada
demonstrasi FPI di Pontianak. Peristiwa tersebut berujung pada tutupnya
kompleks pertokoan di Jalan Gajah Mada yang dihuni mayoritas kelompok etnis Tionghoa
dan beredarnya pesan berantai di media sosial agar anak-anak muda Dayak
bersiap-siap mendukung Ahok melawan FPI.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penyebaran multikulturalisme harus lebih
diperhatikan dalam dunia pendidikan, terutama lewat pendidikan sejarah
kebudayaan. Hal ini disebabkan pendidikan kebudayaan selama ini yang masih
diidentikkan dengan kesenian saja dan pengadaan acara-acara seremonial tanpa
adanya pemahaman kritis terhadap kebudayaan tersebut. Kebudayaan bukanlah
sebatas identitas, nama, dan label, karena makna di dalam kebudayaan lebih
berarti dalam kehidupan. Seperti yang diungkapkan Shakespeare (1564-1616), “
Harum mawar tetaplah harum mawar, andaikan mawar bersalin dengan nama lain”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">E.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan Sejarah Kebudayaan:
Pendidikan Kedamaian</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan penelitian Alqadrie (2011) Kalimantan
Barat terutama pada Kawasan Pedalaman Dekat (Kabupaten Pontianak, Kubu Raya,
Landak, Sambas, dan Bengkayang) telah mengalami konflik kekerasan bernuansa
etnis yang relatif besar setiap siklus 30 tahunan sejak 1900, yang mana dia
merumuskan hipotesis bahwa akan terjadi lagi pertikaian skala besar pada tahun
2020-an. Menurut penulis angka 30 tahunan bukanlah siklus evolusi biasa
melainkan menunjukkan pada periode lahirnya generasi baru yang telah melupakan
sejarah konflik kekerasan sebelumnya. Tidak berlebihan jika Kundera (1929-…)
mengatakan bahwa, “Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan
ingatan melawan lupa”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan kedamaian merupakan usaha untuk meredakan
“kekuasaan” konflik kekerasan dan pendidikan sejarah adalah salah satu obat
melawan lupa. Namun, berdasarkan pengalaman empiris penulis, obat ini melupakan
salah satu bahan yaitu sejarah kebudayaan. Padahal menurut Wendel (Kartadinata
dkk, 2015) pendidikan kedamaian merupakan pewarisan nilai-nilai budaya damai
sehingga terjadi pembudayaan budaya damai dalam masyarakat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan damai pada dasarnya sudah dimiliki oleh
berbagai kebudayaan di Indonesia karena sifat dari kebudayaan itu sendiri yang
selalu menjawab tantangan alam dan sosial pada suatu wilayah dengan
keselarasan. Kochhar (2008) menekankan pendidikan sejarah harus mampu mendorong
persatuan bangsa melalui sistesis kebudayaan yang mana, “… tekanan perlu
dilakukan pada sumbangan berbagai lapisan masyarakat dan kebudayaan serta sintesis
yang ditempa selama berabad-abad”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan kedamaian telah sering dibahas dan
diperjuangkan melalui berbagai disiplin ilmu. Azis (2012) menerapkan pendidikan
kedamaian di dalam pembelajran bahasa Arab melalui strategi inkulkasi nilai,
pemodelan nilai, dan memfasilitasi nilai perdamaian. Wulandari (2010)
menyarankan alternatif pendidikan kedamaian sebagai mata pelajaran sendiri,
terintegrasi dengan berbagai mata pelajaran, dan sebagai ekstrakulikuler. Iqbal
(2014) mengedepankan pendidikan agama model monoreligius, multireligius, dan
interreligius. Sedangkan Al-Hamid (2013) menggunakan pendekatan kebudayaan
masyarakat Patipi Fakfak yaitu “satu tungku tiga batu” dalam pendidikan
kedamaian antara agama di Papua.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berikut ini penulis akan menawarkan sebuah alternatif
yaitu pendidikan sejarah kebudayaan sebagai pendidikan perdamaian. Penulis akan
membahas dari sudut tujuan, materi, waktu, dan strategi pembelajaran.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tujuan pembelajaran</span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan sejarah kebudayaan
sebagai pendidikan perdamaian merupakan elaborasi dari prinsip-prinsip ilmu
sejarah, ilmu pendidikan, multikulturalisme, dan pendidikan kedamaian. Tujuan
dari pendidikan sejarah kebudayaan sebagai pendidikan perdamaian adalah:</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 39.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">a.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Memberikan pemahaman tentang dirinya
sendiri dan kebudayaannya. </span><span style="font-family: "wingdings"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: Wingdings;">à</span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Pendidikan sejarah kebudayaan.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 39.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">b.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Memberikan pengetahuan dan pemahaman
atas berbagai kebudayaan yang menyumbangkan suatu penghargaan atas nilai-nilai
dan aspirasi bersama (APNIEVE, 1999). </span><span style="font-family: "wingdings"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: Wingdings;">à</span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Pendidikan
kedamaian.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 39.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">c.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Memberikan penghargaan atas
perbedaan-perbedaan kebudayaan yang ada (APNIEVE, 1999). </span><span style="font-family: "wingdings"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: Wingdings;">à</span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Pendidikan kedamaian.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 39.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">d.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Memberikan alternatif tentang strategi
menghadapi dan menyelesaikan konflik yang mungkin terjadi (Kartadinata, 2015). </span><span style="font-family: "wingdings"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: Wingdings;">à</span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Pendidikan kedamaian.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 39.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">e.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Memberikan sumbangan dari berbagai
kebudayaan bagi kokohnya pondasi persatuan nasional (Kartadinata, 2015). </span><span style="font-family: "wingdings"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: Wingdings;">à</span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Pendidikan sejarah kebudayaan dan pendidikan kedamaian.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 39.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">f.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Memberikan pemahaman tentang perubahan
dan keberlanjutan berbagai kebudayaan melalui konsep waktu, ruang, dan
masyarakat. </span><span style="font-family: "wingdings"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: Wingdings;">à</span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Pendidikan sejarah kebudayaan.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 39.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">g.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Memberikan penilaian terhadap
nilai-nilai dan hasil berbagai kebudayaan yang telah dicapai oleh generasinya. </span><span style="font-family: "wingdings"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: Wingdings;">à</span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Pendidikan sejarah kebudayaan.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Materi pembelajaran</span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Materi pembelajaran pada pendidikan
sejarah kebudayaan sebagai pendidikan perdamaian berasal dari materi
antropologi budaya, sejarah kebudayaan, dan tradisi lisan. Materi tersebut
disampaikan secara diakronis, sinkronis, dan kritis sesuai prinsip-prinsip
sejarah tentang perubahan dan keberlanjutan di dalam masyarakat. Hal yang harus
diperhatikan terkait kebudayaan adalah tentang keberagaman kebudayaan tersebut.
Bachtiar (Kartadinata, 2015) membagi sistem budaya di Indonesia sebagai: (1)
kebudayaan kelompok etnis; (2) kebudayaan agama-agama besar; (3) kebudayaan
nasional; (4) kebudayaan asing. Pendidikan sejarah kebudayaan harus disampaikan
dengan mengakomodasi secara ilmiah unsur-unsur tersebut sesuai kronologi dan
periodisasi.</span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tabel
1</span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">:
Alternatif materi sejarah kebudayaan Kal-Bar</span></div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 12.5pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184; width: 616px;">
<tbody>
<tr style="mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;">
<td style="border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.4pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">PERIODISASI</span></b></div>
</td>
<td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.4pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">KEB.
DAYAK</span></b></div>
</td>
<td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">KEB.
MELAYU</span></b></div>
</td>
<td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">KEB.
TIONGHOA</span></b></div>
</td>
<td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">ISU-ISU
KONTEMPORER</span></b></div>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 1;">
<td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.4pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">KUNO</span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.4pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Teori-teori kedatangan orang Dayak di
Kal-Bar</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Kebudayaan kuno</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Makna-makna simbolis.</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Teori-teori kedatangan orang Melayu di
Kal-Bar</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Kebudayaan kuno</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pengaruh agama besar.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Makna-makna simbolis.</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Teori-teori kedatangan orang Tionghoa
di Kal-Bar.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Kebudayaan kuno</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pengaruh agama besar.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Makna-makna simbolis.</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Apakah kebudayaan asli itu?</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Apakah ada tambang logam?</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pengaruh agama-agama besar?</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Tatto, manik-manik, dll.</span></div>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 2;">
<td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.4pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">KOLONIALISASI
BANGSA BARAT</span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.4pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Hubungan kebudayaan antara
Dayak-Melayu-Tionghoa.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pengaruh bangsa Barat.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Kebudayaan agama besar.</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Hubungan kebudayaan antara
Dayak-Melayu-Tionghoa.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pengaruh bangsa Barat.</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Hubungan kebudayaan antara
Dayak-Melayu-Tionghoa.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pengaruh bangsa Barat.</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Perbedaan simbol-simbol memandang
bangsa Barat.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pandangan bangsa Barat terhadap lokal?</span></div>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 3;">
<td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.4pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">PENDUDUKAN
MILITER JEPANG</span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.4pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pengaruh kebudayaan Jepang</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pengaruh kebudayaan Jepang</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pengaruh kebudayaan Jepang</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Perbedaan simbol-simbol memandang
bangsa Jepang.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pandangan bangsa Jepang terhadap
lokal?</span></div>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 4;">
<td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.4pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">KEMERDEKAAN
INDONESIA </span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.4pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Generalisasi kebudayaan dari kuno
-<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sekarang.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Kebudayaan nasional (?)</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Generalisasi kebudayaan dari kuno
-<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sekarang.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Kebudayaan nasional (?)</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Generalisasi kebudayaan dari kuno
-<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sekarang.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Kebudayaan nasional (?)</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Apa itu kebudayaan nasional?</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Posisi kebudayaan lokal terhadap
nasional.</span></div>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 5; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.4pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">KONTEMPORER</span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.4pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pengaruh budaya populer.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Masa depan kebudayaan lokal.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Masa depan multikulturalisme.</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pengaruh budaya populer.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Masa depan kebudayaan lokal.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Masa depan multikulturalisme.</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Pengaruh budaya populer.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Masa depan kebudayaan lokal.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Masa depan multikulturalisme.</span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.45pt;" width="123"><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Adakah kebudayaan yang kalah dan
punah?</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 120%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 6.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -7.1pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 120%;">Politik kebudayaan.</span></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Alokasi waktu</span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Permasalahan alokasi waktu menjadi
isu yang tidak pernah selesai dibahas oleh para pendidik praksis dalam
pengembangan kurikulum. Idealnya pendidikan sejarah kebudayaan sebagai
pendidikan kedamaian berdiri sebagai mata pelajaran sendiri seperti di perguruan
tinggi jurusan pendidikan sejarah atau dimasukkan pada mata pelajaran
pendidikan kedamaian. Namun, kebutuhan terhadap masyararakat multikultur yang
damai lebih mendesak kita.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan sejarah kebudayaan dapat
diintegrasikan pada mata pelajaran Sejarah Indonesia sebagai latar belakang
dari pembahasan materi yang politiksentris. Pendidikan sejarah kebudayaan lokal
harus difungsikan sebagai pendukung integrasi nasional Indonesia yang bersifat
kritis dan ilmiah. Pendidik harus mampu menemukan peristiwa-peristiwa lokal
yang satu periode dengan peristiwa nasional (Hasan, 2010). Sebagai contoh, pada
pembahasan tentang kehidupan masa pra aksara di Nusantara, pendidik dapat
memasukkan juga materi sejarah kebudayaan lokal. Demikian pula pada materi
pengaruh kebudayaan India, kolonisasi Bangsa Barat, zaman kemerdekaan sampai
sekarang ini. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Strategi pembelajaran</span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan sejarah kebudayaan
sebagai pendidikan kedamaian tidak memiliki metode pembelajaran yang khusus
karena dapat diintegrasikan dengan pembelajaran sejarah di sekolah pada
umumnya. Hal yang harus diperhatikan dalam strategi pembelajaran adalah
usaha-usaha untuk menghindarkan indoktrinasi kebudayaan demi mencegah
perbandingan kebudayaan yang menghasilkan etnosentrisme, religiosentrisme,
chauvinisme, dan bahkan relativisme. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Oleh karena itu sangat penting
untuk dipahami bahwa perbedaan kebudayaan muncul karena perbedaan geografis,
perbedaan pengalaman, dan faktor-faktor insidental lainnya. Pada pendidikan
sejarah kebudayaan pendidik dapat mengajak peserta didik untuk berpikir secara
positif tentang kemunculan suatu budaya, mengkritisinya secara ilmiah, dan
mampu menarik nilai-nilai positif yang dapat diterapkan pada kehidupan sekarang
ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">F.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penutup</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perdamaian dan kedamaian merupakan kondisi yang
sangat layak diperjuangkan mengingat realitas Indonesia dan dunia sekarang ini
semakin ramai dengan potensi dan konflik kekerasan. Kasus kontroversial dugaan
penistaan agama oleh Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dapat melebar menjadi
konflik agama dan etnis, yang juga berpengaruh terhadap beberapa wilayah di
Indonesia termasuk Kalimantan Barat (Kal-Bar). Sementara itu di dunia
internasional sedang “dipanaskan” dengan konflik di Timur-Tengah, Revolusi Musim
Semi di Afrika Utara dan Asia Barat, Negara Islam di Iraq dan Suriah (ISIS),
keluarnya Inggris dari Uni Eropa, dan perang dingin antara Rusia dengan NATO.
Konflik dapat berubah menjadi konflik kekerasan atau pertikaian ketika
masyarakat digerakkan oleh elit ekonomi dan politik untuk mendukung kepentingan
elit tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Konflik sendiri menurut teori interaksi simbolis
digerakkan oleh komunikasi dan interaksi simbol-simbol yang ditafsirkan
berbeda. Simbol-simbol tercipta dari penafsiran manusia yang memiliki latar
belakang kebudayaan yang beraneka-ragam. Salah satu alternatif untuk
memperjuangkan kedamaian adalah multikulturalisme. Multikulturalisme mengajak
pengikutnya untuk menghargai perbedaan kebudayaan yang ada. Perbedaan dalam
kebudayaan adalah sebuah keniscayaan karena lahirnya kebudayaan dipengaruhi
keadaan geografis, perbedaan pengalaman, dan faktor insidental lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebudayaan juga mengandung kearifan dan
kebijaksanaan lokal yang bisa digunakan untuk mengatasi tantangan lingkungan
alam dan sosial di suatu wilayah. Tradisi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">bahuma</i>,
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">nunu</i>, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">pamabakng</i>, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">probasa</i>, dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">nokut</i> adalah beberapa tradisi kebudayaan
di Kal-Bar yang mengatur keselarasan hubungan manusia denga lingkungan alam dan
sosial. Bahkan jika masyarakat dan pemerintah mau belajar dan menggunakan
kearifan kebudayaan lokal, maka konflik-konflik kekerasan yang pernah terjadi
di Kal-Bar seharusnya tidak terjadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan sejarah kebudayaan sebagai pendidikan
kedamaian merupakan alternatif usaha untuk memnghadirkan kondisi damai di
masyarakat. Penerapan model pendidikan ini dapat dintegrasikan ke dalam mata
pelajaran Sejarah Indonesia yang sudah ada dengan memperhatikan beberapa hal
khusus pada strategi pembelajaran. Dengan pendidikan sejarah kebudayaan sebagai
pendidikan kedamaian diharapkan kedamaian yang berkualitas di Indonesia memang
segera terjadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 32.15pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">DAFTAR
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>BACAAN</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Buku dan Jurnal</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Al-Hamid, Idrus. Dkk. (2013). Islam Politik di
Papua: Resistensi dan Tantangan Membangun Pendidikan Perdamaian. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Jabal Hikmah</i>, Vol 2 No 1, 41-55.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">APNIEVE. (1999). Belajar Hidup Bersama Dalam Damai
dan Harmoni. Univeristas Pendidikan Indonesia: Bandung</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Azis, Abdul. (2012). Pengintegrasian Nilai
Perdamaian Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Shautut
Tarbiyah</i>, 12-28.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Bamba, John (ed). (2008). Keberagaman Subsuku dan
Bahasa Dayak. Institut Dayakologi: Pontianak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Hasan, Said H. (2010). Pendidikan Sejarah: Ke Mana
dan Bagaimana?. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Seminar Asosiasi Guru
Sejarah Indonesia (AGSI)</i>, Jakarta 6 Maret 2010.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Iqbal, Mahathir M. (2014). Pendidikan Multikultural
Interreligius: Upaya Menyemai Perdamaian Dalam Heterogenitas Agama Perspektif
Indonesia. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sosio Didaktika</i>, Vol 1 No
1, 91-98.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Kartadinata, Sunaryo. Dkk. (2015). Pendidikan
Kedamaian. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Kochhar, SK. (2008). Pembelajaran Sejarah. Grasindo:
Jakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Maunati, Yekti. (2004). Identitas Dayak. LkiS:
Yogyakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Poloma, Margaret M. (2010). Sosiologi Kontemporer.
PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Raho, Bernard. (2007). Teori Sosiologi Modern.
Prestasi Pustaka: Jakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Riwut, Tjilik. (2003). Maneser Panatau Tatu Huang:
Menyelami Kekayaan Leluhur. Pusakalima: Palangkaraya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Vinco, Mitchel. (2009). Kebijakan Pemerintah
Republik Indonesia Terhadap PGRS/PARAKU di Kalimantan Barat 1963-1967. (skripsi
tidak dipublikasikan). Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Wulandari, Taat. (2010). Menciptakan Perdamaian
Melalui Pendidikan Perdamaian Di Sekolah. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Mozaik</i>,
Vol V No 1, 68-83.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;"><span style="mso-list: Ignore;">B.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">Nara sumber</span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">YK (67 tahun). Seorang pria berasal dari
sub kelompok etnis Dayak Tamambaloh. Pembicaraan dilakukan dengan waktu yang
tidak teratur pada tahun 2015.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">TH (34 tahun). Seorang pria, seniman
etnis, memiliki ayah dari sub kelompok Etnis Dayak Tamambaloh dan ibu dari suk
kelompok etnis Dayak Jangkang. Wawancara dilakukan pada 24 November 2016 pukul
18-21 WIB.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 110%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">LH (27 tahun). Seorang pria, guru
sejarah, berasal dari sub kelompok Etnis Dayak Kanayatn (Ahe). Wawancara
dilakukan pada 24 November pukul 17 WIB dan 25 November pukul 5 WIB.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Tahoma","sans-serif";}
</style>
<![endif]-->
</span><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Oleh:
Mitchel Vinco<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6735655419866292273#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></b></span></span></span></a></span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">
</span><br />
<div style="mso-element: footnote-list;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;"><br clear="all" /></span>
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<div id="ftn1" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;"><a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6735655419866292273#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "times new roman" , "serif";"> S2 Pendidikan Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung (2016-…), alumnus S1 Pendidikan
Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2004-2009), alumnus Eagle
Institute Indonesia (Metro TV) (2011), guru sejarah: SMA Santo Petrus
(2009-2010); SMA Gembala Baik (2011-2014); SMA Santo Paulus (2011-2016)
Pontianak- KalBar. Email: <a href="mailto:kamudaponti@gmail.com">kamudaponti@gmail.com</a>.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Blog: kamudaponti.blogspot.com.</span></span></div>
</div>
</div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 110%;">
</span></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Tahoma","sans-serif";}
table.MsoTableGrid
{mso-style-name:"Table Grid";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-priority:59;
mso-style-unhide:no;
border:solid black 1.0pt;
mso-border-themecolor:text1;
mso-border-alt:solid black .5pt;
mso-border-themecolor:text1;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-border-insideh:.5pt solid black;
mso-border-insideh-themecolor:text1;
mso-border-insidev:.5pt solid black;
mso-border-insidev-themecolor:text1;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Tahoma","sans-serif";}
</style>
<![endif]--><span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-23638631653926796132017-10-19T01:55:00.001+07:002017-10-19T14:49:07.891+07:00MULTIKULTURALISME: BAHASA TUHAN YANG MEMBUMI (SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA KATOLIK)<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-K_VzskZoSj0/WeemjXa8ZPI/AAAAAAAAAik/TT3awZ2r-r4qfCTAqzoU-AWozIbQbPomACLcBGAs/s1600/kandinsky.comp-7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="757" data-original-width="1135" height="213" src="https://1.bp.blogspot.com/-K_VzskZoSj0/WeemjXa8ZPI/AAAAAAAAAik/TT3awZ2r-r4qfCTAqzoU-AWozIbQbPomACLcBGAs/s320/kandinsky.comp-7.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Sumber: google.com</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Tahun
2007 dan 2008 dunia maya dihebohkan dengan film berjudul Zeitgeist, karena film
tersebut mengatakan bahwa Agama Kristen adalah peniruan dari agama-agama kuno
di Mesir, India, Persia, Yunani, dan Romawi. Argumen Zeitgeist bermula dari kejanggalan
tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Bagaimana mungkin, para
gembala yang menyaksikan kelahiran Yesus, menggembalakan ternaknya di padang
rumput ketika musim dingin? Ya, tanggal 25 Desember belahan Bumi Utara memang
sudah masuk ke musim dingin, di mana tumbuhan berhenti berkembang, hewan-hewan
berhibernasi atau bermigrasi ke daerah Selatan yang lebih hangat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Orang-orang
Kristen sangat marah dengan film Zeitgeist, bahkan banyak menyatakan film ini
terlarang. Bagi pemeluk agama yang merasa agamanya satu-satunya kebenaran,
merasa terhina dengan penistaan film Zeitgeist.</span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Desember
2014 Mahkamah Agung Malaysia menolak upaya banding Gereja Katolik, terkait
penggunaan kata ‘Allah’ di koran Katolik <i style="mso-bidi-font-style: normal;">The
Herald</i>. Kasus bermula dari Kementerian Dalam Negeri Malaysia yang melarang
penggunaan kata ‘Allah’ bagi media non Islam pada 2007. Pemerintah berpendapat,
penggunaan kata ‘Allah’ bisa membingungkan mayoritas umat Muslim dan
membahayakan keamanan nasional. Di Malaysia untuk penulisan di media massa,
kata ‘Allah’ hanya ditujukan bagi Agama Islam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Sekali
lagi umat Kristen kecewa, hal mendasar yang mereka percaya, yang selama ini
menjadi pedoman hidup mereka diguncang. Logika-logika jalanan semakin
membuyarkan keyakinan, karena di jalanan masih berlaku prinsip “yang kuat yang
akan menang”. Maka perdebatan di warung kopi, di lorong-lorong gedung, hanya
akan memenangkan mereka yang memiliki pita suara kuat menggelegar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Menurut
penulis, dasar masalah dari semua ini adalah karena keinginan pemeluk Agama
untuk menjadi yang paling benar. Apakah hal itu salah? Tentu saja tidak, karena
setiap pemeluk agama pasti meyakini agamanya yang paling benar. Namun, jika
pemeluk agama melupakan realitas sosialnya, maka kebenaran yang diyakininya
hanya akan menjadi kebenaran bagi dirinya saja, tidak memberikan manfaat bagi
lingkungan sekitarnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Tunggu
dulu! Pemeluk Agama?! Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang sangat identik
dengan kebudayaan Hindu, yaitu “A” berarti “tidak” dan “Gama” yang berarti
“kacau”, atau bila diartikan secara keseluruhan, Agama berarti “tradisi”.
Apakah penulis boleh menggunakan istilah “Agama” padahal penulis bukanlah
seorang Hindu? Mari berlogika!</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Multikulturalisme: Perkembangan
Kristen Awal</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Secara sederhana, menurut wikipedia, multikulturalisme
berarti kebijakan yang menekankan pada penerimaan terhadap adanya keberagaman
budaya dalam kehidupan masyarakat. Budaya sendiri menurut Koentjaraningrat
adalah keseluruhan sistem cipta, karsa, dan karya manusia, sehingga melibatkan
tujuh unsur kebudayaan umum yaitu: 1) religi/agama; 2) sistem kemasyarakatan;
3) bahasa; 4) mata pencaharian; 5) ilmu pengetahuan; 6) teknologi; 7) kesenian.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Sehebat
apapun pesan yang diberikan Tuhan bagi manusia, jika tidak menggunakan bahasa
yang dimengerti manusia, maka pesan tersebut tidak akan sampai kepada manusia.
Yesus dalam pengajarannya selalu menggunakan istilah-istilah setempat misalnya
pohon ara (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ficus Carica</i>), pohon
zaitun (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Olea Europaea</i>), dan buah
anggur, yang banyak terdapat di Asia Barat, termasuk di Provinsi Yudea tempat-Nya
bersaksi. Yesus juga kerap kali mengutip ayat-ayat dari Kitab Taurat Yahudi.
Tentu saja karena kepercayaan masyarakat mayoritas di Yudea adalah Yahudi,
sehingga pesan yang Yesus sampaikan lebih cepat dicerna oleh logika masyarakat
setempat. Akibat dari pengajarannya yang sederhana tanpa mengenal bahasa
tingkat tinggi atau rendah, pengikut Yesus bertambah dengan pesat dari berbagai
golongan dan status sosial.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Setelah
Yesus wafat, pengajaran kabar gembira dari Yesus Kristus berada dipundak para
muridnya. Jika para murid hanya menyebarkan Injil di Provinsi Yudea atau
Samaria, maka Agama Kristen tidak akan sebesar sekarang. Namun, pada hari ke
lima puluh setelah Yesus bangkit, Roh Kudus turun ke dalam para murid, seketika
mereka mampu berbicara bahasa-bahasa asing seperti: Mesopotamia, Mesir, Libya,
Asia Kecil, Yunani, Romawi, bahkan Arab (Kisah Para Rasul, 2:1-13). Pesan ini
menandakan bahwa Tuhan ingin menyebarkan kabar gembira (Injil) dalam semua
bahasa, dalam semua budaya, bukan saja untuk orang-orang Israel.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Masa-masa
awal perkembangan Gereja tidak mudah, para rasul mendapat tantangan dari
kekuasaan politik-agama Yahudi, dan penolakan secara kasar dan brutal dari
kekuasaan Romawi yang berkuasa hampir di seluruh Eropa dan pesisir Laut
Mediterania. Cara paling cepat tetapi paling berbahaya untuk menyebarkan kabar
gembira dari Yesus adalah dengan menusuk langsung pusat pemerintahan Romawi.
Petrus menyebarkan Injil di pusat Romawi (sekarang Italia), Paulus menjelajah
di banyak tempat di wilayah satelit Romawi yaitu Yunani dan Asia Kecil (kelak
menjadi Byzantium/Romawi Timur).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/--SS0coOw16o/Weem-hZGOTI/AAAAAAAAAio/OrTlgcRErXAI8zsHTYxed37maeA-vnwCwCLcBGAs/s1600/Partition_of_the_Roman_Empire_in_395_AD.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1103" data-original-width="1600" height="220" src="https://4.bp.blogspot.com/--SS0coOw16o/Weem-hZGOTI/AAAAAAAAAio/OrTlgcRErXAI8zsHTYxed37maeA-vnwCwCLcBGAs/s320/Partition_of_the_Roman_Empire_in_395_AD.png" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Wilayah Romawi (Sumber: google.com)</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Lawan
para rasul pada saat itu sangat kuat, yaitu kekuasaan terbesar di dunia pada
masanya, Imperium Romawi, yang merasa pesatnya peningkatan jumlah umat Kristen
sebagai ancaman, karena menolak menyembah dewa-dewi Romawi, yang berarti juga
menentang Kaisar. Di tengah ancaman pembunuhan dan pengucilan, pengajaran
tentang kabar gembira (Injil) harus terus dilakukan, dan dengan pertolongan Roh
Kudus, para rasul menyampaikan Injil lewat bahasa dan kebudayaan setempat yang
beragam. Pada titik inilah terjadi inkulturasi yang sangat menekankan pada
multikulturalisme.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Inkulturasi
adalah istilah dalam Gereja Katolik Roma/Latin, yang merujuk pada adaptasi
ajaran-ajaran Gereja terhadap kebudayaan-kebudayaan setempat, agar
ajaran-ajaran Gereja dapat lebih mudah diterima. Inkulturasi berbeda dengan
sinkretisme dan akulturasi, karena sinkretisme itu mencampur-adukkan budaya
sehingga tidak jelas budaya mana yang diutamakan, dan akulturasi adalah
pembentukan budaya baru dari pencampuran dua budaya atau lebih. Sedangkan
inkulturasi tubuhnya tetaplah ajaran-ajaran Gereja tetapi menggunakan baju yang
berbeda-beda. Tujuannya untuk menyampaikan kabar gembira dari Yesus Kristus
dengan cara yang mudah dimengerti.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Salah
satu contoh inkulturasi adalah munculnya peringatan Kelahiran Yesus (Natal)
setiap 25 Desember. Natal secara tradisi Gereja awal tidak pernah diperingati
hingga 200-an tahun setelah Yesus wafat. Ketika itu para rasul dihadapkan pada
kebiasaan umat Kristen di Romawi (yang berinduk dari budaya Yunani) yang sudah
sangat mengakar. Salah satunya adalah penyembahan terhadap Dewa Matahari (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Solar Invicti</i>) pada perayaan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Saturnalia</i>, yang menandai titik balik dari
musim dingin ke musim semi, di sekitar tanggal 25 Desember. Dihadapkan para
permasalahan tersebut para rasul mengadaptasi hari tersebut menjadi hari
kelahiran Yesus, karena Yesus dalam Alkitab juga diumpamakan sebagai Sang Surya
Agung (Maleakhi 4:2; Kidung Agung 6:10; Lukas 1:78). Pada poin ini yang ingin
penulis sampaikan adalah penyampaian kabar gembira dari Yesus, dapat
disampaikan dengan berbagai kebudayaan, selama yang disampaikan adalah keutamaan
kabar gembira tersebut (Injil).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Proses
penyampaian Injil dalam berbagai budaya pernah terjadi dalam bentuk yang ekstrim,
ketika Agama Kristen masuk ke kebudayaan kaum Barbar Eropa seperti Jerman,
Frank, Celt, Anglo-Saxon, dan Goth sekitar abad ke 6-8. Pada masa ini
orang-orang Eropa yang barbar hidup dalam kondisi alamiah yang jauh dari
sentuhan teknologi Romawi (Byzantium), sehingga pengobatan masih dilakukan
menggunakan sihir dan jampi-jampi. Ketika Agama Kristen masuk, jampi-jampi masih
digunakan, tetapi nama-nama roh dalam mantra seperti Balder dan Woden
digantikan oleh nama-nama orang kudus seperti Matius, Markus, Lukas, dan
Yohanes (lihat Henry Lucas,1993:96).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Di
dunia Arab sebelum maupun sesudah Islam muncul, multikulturalisme (inkulturasi
istilah Gereja Katolik) dalam penyebaran kabar gembira Yesus juga diterapkan.
Salah satu Tuhan yang paling banyak disembah di Arab pra Islam, dikenal dengan
sebutan atau kata ‘Allah’ (periksa artikel Ulil Abshar Abdalla di ulil.net).
Ketika para rasul mengajarkan Injil di Arab, maka sebutan Tuhan yang sebelumnya
dengan kebudayaan Yahudi disebut Yahwe (YHWH), berganti dengan sebutan Allah,
sebagai bentuk penyamaan konsep tentang kekuatan Yang Maha Kuasa bagi mereka
yang berbeda kebudayaan dengan para rasul. Hingga saat ini semua Alkitab
(Bible) dalam bahasa Arab memakai istilah Allah untuk menyebutkan Tuhan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Bagaimana
dengan istilah ‘Tuhan’? Istilah Tuhan sendiri berasal dari bahasa Melayu, yaitu
Tuan, yang berarti atasan atau penguasa atau pemilik. Tuhan dapat diartikan
sebagai penguasa seluruh dunia ini. Bagaimana dengan ‘God’? Istilah God (bahasa
Latin) digunakan untuk menerjemahkan bahasa Yunani ‘Theos’ atau ‘Deus’ yang
artinya adalah Tuhan. Deus atau Zeus juga digunakan pada zaman Yunani Kuno
untuk sebagai nama Dewa tertinggi Yunani, Dewa Petir.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Multikulturalisme: Menyampaikan
Pesan Bahagia</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Kabar
gembira dari Tuhan Yesus Kristus (ataupun dari kita) harus dapat membuat orang
lain yang mendengarnya bahagia pula. Hal yang paling penting dari menyampaikan
pesan adalah makna dari pesan tersebut diterima dengan baik dan sesuai
konteksnya. Pastor bisa saja disebut Pater, atau di Jawa disebut Romo, maknanya
tetap sama orang yang mengayomi kita, yang kita anggap sebagai orang tua yang
terhormat. Kata ‘Santo’ pada SMA Santo Paulus memiliki makna yang sama dengan
kata ‘Santu’ pada SMA Santu Petrus, karena berasal dari kata ‘<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sanctus</i>’ yang artinya suci atau kudus.
Demikian pula dalam pewartaan ajaran-ajaran Gereja di Kalimantan Barat, Tuhan
bisa saja disebut <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Jubata</i>, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Penompa</i>, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Allatala</i>, atau <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Shang di</i>.
Tritunggal Maha Kudus: Bapa, Putera, dan Roh Kudus dapat juga disebut dengan
istilah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Yin Fu</i>, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ji Zi</i>, dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;">ji Shengshen Zhiming</i>. Selama pesan Injil
yang disampaikan diterima dengan baik, maka manusia dapat hidup dalam ajaran
Kristus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Bagaimana
dengan istilah ‘Bruder’? Bruder sama artinya dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Brother</i> atau saudara laki-laki, karena mereka memang memposisikan
sebagai saudara yang melayani. Namun, jangan memanggil Bruder dengan istilah
abang atau abang-abang! Karena istilah abang dalam bahasa Indonesia berkonotasi
netral, dengan nada tertentu bahkan bisa berkonotasi negatif, padahal Bruder
adalah biarawan yang harus kita hormati.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Begitu
banyak istilah-istilah dan pengadaptasian yang kita lihat dalam tulisan ini,
mengajarkan kita bahwa tidak ada yang benar-benar murni turun dari Allah,
karena bahasa dan budaya Allah adalah bahasa dan kebudayaan alam semesta yang
tak terhingga. Betapa sayangnya Allah kepada kita, karena Dia memberikan
Puteranya untuk kita sebagai manusia, agar pesan cinta kasihNya sampai kepada
kita. Yesus yang berbahasa manusia, yang berbahasa sehari-hari <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Aram</i>, mengajarkan para muridnya dan
menjanjikan Roh Kudus turun pada murid-muridnya. Murid-muridnya kemudian mampu
berbahasa beraneka ragam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Agama
sebagai pedoman moral yang tertinggi dilahirkan lewat berbagai budaya, namun
bukan perbedaan yang menjadi tujuannya, melainkan kesamaan pesan bahagia.
Dengan bahasa dan cara yang beragam, kabar gembira dapat diterima dengan cepat
pada berbagai budaya. Bukankah kita yang sekarang juga harus demikian? Kita
tidak harus memaksakan kehendak, bahwa kita paling benar. Kita tidak harus
marah, karena ada yang menghina diri kita. Sebagai pengikut Kristus, kita harus
belajar untuk menyampaikan ajaran-ajarannya dengan berbagai cara yang
bersahabat, cara yang menghargai, supaya kabar gembira Injil Tuhan kita Yesus
Kristus dapat dipahami oleh semakin banyak orang. Amin.</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;">
<br /></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;">
<br /></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Mitchel Vinco</span></b></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Guru Sejarah SMA Santo Paulus –
</span></b></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 130%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: right;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , "sans-serif";">Ditulis untuk majalah siswa/i
VARIA 2015</span></b></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]--><span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-82144861957769916892015-03-01T20:57:00.003+07:002017-10-19T14:46:40.683+07:00IDENTITAS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT (Bag.2)<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;">(Sambungan dari bagian 1)</span><br />
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><br /></span>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-adAr-IyB3Pk/VPMeb6hV70I/AAAAAAAAAZg/MC7ykpIKU7U/s1600/cover-bapak-tionghoa-indonesia.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://3.bp.blogspot.com/-adAr-IyB3Pk/VPMeb6hV70I/AAAAAAAAAZg/MC7ykpIKU7U/s1600/cover-bapak-tionghoa-indonesia.jpg" width="211" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: google</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;">Dengan datangnya berbagai imigran
asing ke Indonesia periode 1860-1890 dan 1900-1930, Belanda melakukan kebijakan
pembagian kelas. Kelas satu adalah orang Belanda dan bangsa Eropa, kelas kedua
adalah golongan yang disebut Timur Asing, meliputi Tionghoa dan Arab, sedangkan
kelas ketiga adalah penduduk asli setempat yang disebut pribumi. Pembagian
kelas ini demi kepentingan politik dan ekonomi Belanda. Pertama, dengan
meletakkan orang Eropa di startifikasi tertinggi, maka akan menjaga
kekuasaannya. Kedua, meletakkan golongan Timur Asing di tempat kedua akan
menjaga jaringan perekonomiannya, mengingat golongan Timur Asing adalah urat
perdagangan saat itu. Ketiga, menempatkan kelompok pribumi di bawah berarti
terus menjaga otoritas Belanda terhadap Nusantara pada saat itu. Bagi golongan
pribumi yang ada di bawah, kedua kelas di atas tentu saja akan sulit dibedakan.
Kesamaan kelas satu dan kelas dua adalah keduanya sama-sama menindas kelas
ketiga. Sedangkan tentu, saja dalam logika sederhana kelas kedua pun pasti
tertindas oleh kelas pertama.</span><br />
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> </span><br />
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Berkembangnya
politik etis di awal abad ke-20 mengubah
banyak identitas sosial, politik, dan budaya di Nusantara. Tentu saja harus
berani diakui orang Indonesia, bahwa identitas Indonesia pun lahir di saat ini
lewat Perhimpunan Indonesia, Partai Komunis Indonesia, dan Sumpah Pemuda 1928.
Bagi identitas Tionghoa, seperti sudah dibahas di persoalah istilah Tionghoa
dan Cina di atas, masa ini memberikan identitas Tionghoa yang baru. Leo
Suryadinata (2010: 185), seperti juga M.D. La Ode (2012: 7-8), memperlihatkan
setidaknya ada tiga identitas Tionghoa saat itu. </span><br />
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"></span><br />
<br />
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;">Pertama, kelompok Sin Po yang
berorientasi ke Tiongkok, dan percaya bagaimanapun orang Tionghoa di manapun
adalah anggota Tiongkok. Kedua, kelompok Chung Hwa Hui yang berorientasi ke
Hindia Belanda, mereka percaya mereka adalah anggota dari Hindia Belanda, dan
harus menjamin stabilitas Hindia Belanda. Ketiga adalah kelompok Partai
Tionghoa Indonesia, yang percaya mereka akan menjadi bagian dari Bangsa
Indonesia di akan datang. Menurut Leo Suryadinata (2010: 186), kelompok pertama
didominasi orang Tionghoa yang imigran baru atau baru datang ke Nusantara.
Kelompok kedua dan ketiga didominasi oleh Tionghoa peranakan yang lahir dan
besar di Nusantara. Menurut M.D. La Ode (2012: 127) di Kalimantan Barat, pada
zaman Jepang sebuah organisasi Tionghoa muncul yaitu Penjaga Keamanan Umum
(PKU) dengan anggotanya pendukung Kou Min Tang. Kelompok ini menurut penulis
masuk ke kelompok pertama yang berorientasi pada Tiongkok.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Ada
perbedaan antara munculnya identitas Tionghoa di Jawa, seperti di atas dengan
di Kalimantan Barat. Tionghoa di Kalimantan Barat sendiri, menurut
catatan-catatan P.J. Veth (2012: 261-262) sudah dipastikan berdagang dengan
Borneo (Kalimantan) sejak abad ke-16, terutama dengan Banjarmasin. Pada
pertengahan abad 18, terjadi kolonisasi orang Tionghoa yang cukup besar di
Kalimantan Barat. Hal itu terjadi karena tersebarnya kabar tentang kekayaan
emas di Kalimantan Barat. Kedatangan orang Tionghoa pun didukung dengan
undangan Panembahan Mempawah dan Kesultanan Sambas sekitar tahun 1760, yang
memang mengharapkan para pekerja kasar dari Tiongkok untuk menambang emas di
wilayahnya. Berikut kutipan P.J. Veth (2012: 263):<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new";">"Raja-raja Melayu sendiri mengundang
orang-orang Cina, yang terkenal sebagai rajin, untuk datang ke wilayah mereka,
pertama-tama untuk menambang emas dan dengan ini memperbesar keuntungannya...
Usaha ini berhasil luar biasa, dan ini mengakibatkan bukan hanya Penembahan
terus mengizinkan orang Cina masuk ke wilayahnya ... tetapi juga mendorong
Sultan Sambas, Omar Akama'd-din untuk mengikuti contohnya."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Bila
di Jawa, di pusat kekuasaan Belanda, identitas Tionghoa terbangun sebagai
pedagang dan kapitalis, dan kemudian pecah ke dalam berbagai identitas, di
Kalimantan Barat identitas Tionghoa adalah pekerja kasar, penambang emas. A.B.
Tangdililing, seperti yang tertulis di M.D. La Ode (2012: 126) mengatakan :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new";">"kedatangan orang Cina di Kalimantan Barat
dilatarbelakangi oleh kondisi yang ada di daratan Cina yang tidak lagi
menguntungkan, khususnya di Provinsi Kwangtung yang dilanda masa panceklik
berkepanjangan waktu itu... Pada waktu yang sama pemerintah Hindia Belanda ...
menghimpun tenaga kerja di negeri itu (Tiongkok) untuk dipekerjakan sebagai
buruh di Pantai Timur Sumatera. Di antara mereka itu ada yang pindah ke
Kalimantan Barat."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-X_YMcjMavH8/VPMesgEeejI/AAAAAAAAAZo/tCY5bl4Dhsc/s1600/B7C14515-59B7-4A3E-B701-8D59E53E56A0_cx0_cy6_cw0_mw1024_mh1024_s.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://2.bp.blogspot.com/-X_YMcjMavH8/VPMesgEeejI/AAAAAAAAAZo/tCY5bl4Dhsc/s1600/B7C14515-59B7-4A3E-B701-8D59E53E56A0_cx0_cy6_cw0_mw1024_mh1024_s.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: google</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;">Identitas kelas dua yang diperoleh
di Jawa, sepertinya tidak diperoleh orang-orang Tionghoa di Kalimantan Barat.
Di sana mereka menjadi kelas yang terendah, setidaknya untuk sementara, hingga
nantinya muncul pergerakan-pergerakan politik yang berusaha menyaingi
Kesultanan Sambas dan Pontianak, bahkan Pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan
Barat. Gerakan politik tersebut kemudian dikenal dengan nama Kongsi. Catatan
dari paragraf ini adalah terbentuknya identitas Tionghoa awal di Kalimantan
Barat, besar dipengaruhi asal-usul orang Tionghoa yang memang terdesak memenuhi
kebutuhan hidupnya di daerah asalnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Menelusuri
P.J. Veth (2012) dapat diketahui, bahwa kongsi terbentuk dari gabungan beberapa
kelompok orang Tionghoa penambang emas. Tujuannya untuk bekerja sama dalam hal
mengeruk keuntungan dari emas dan keamanan bersama, karena kongsi tersebut
ingin melepaskan diri dari membayar pajak dan menyetor hasil tambang pada
Kesultanan Sambas dan Hindia Belanda. Kongsi-kongsi terbentuk di daerah
Monterado dan Mandor, dan Kongsi paling terkenal adalah Kongsi Lanfong
(Republik Lanfong). Sementara itu Kesultanan Sambas mempekerjakan orang-orang
Dayak untuk mengawasi keberadaan kongsi-kongsi ini. Pada suatu ketika, menurut
catatan P.J. Veth (2012: 265:266), orang-orang Dayak dibunuh di dalam benteng
Kongsi Tionghoa, dalam sebuah pesta yang dibuat oleh pejabat-pejabat Kongsi
tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Perjalanan
orang-orang Tionghoa sepanjang masa kolonial Belanda hingga Indonesia merdeka
memang dipengaruhi konteks sejarah seperti dibahas di atas. Demikian pula
ketika Indonesia merdeka, atas dasar dukungan dan solidaritas kelompok Tionghoa
pro Indonesia, banyak orang-orang Tionghoa terlibat dalam pemerintahan Orde
Lama. M.D. La Ode (2012: 12) menelusuri ada 12 menteri beretnis Tionghoa selama
1946-1966. Isu identitas Etnis Tionghoa pada masa Orde Lama berkisar pada
pemilihan warga negara (legal) dan pembauran sosial. Pada awal kemerdekaan
berkembang dengan pesat nasionalisme Indonesia dan juga nasionalisme Tiongkok.
Masyarakat Etnis Tionghoa didesak untuk menyatakan keberpihakannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Muncullah
dua kelompok identitas Tionghoa pada masa ini, berdasarkan Leo Suryadinata
(2010: 186) identitas Tionghoa pertama
dipelopori oleh gagasan Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia
(Baperki), sedangkan identitas kedua adalah gagasan Lembaga Pembinaan Kesatuan
Bangsa (LPKB). Kelompok pertama dikenal dengan ide "pro integrasi"
yang berpandangan bahwa identitas Tionghoa dan Tiongkok harus dipertahankan
dalam lingkup Negara Indonesia. Menurut La Ode (2012: 10), "Orang
Indonesia (<i>Indonesian</i>), bagi banyak tokoh Baperki, merupakan suatu konsep
politik. Seorang Tionghoa dapat menjadi orang Indonesia karena ia tinggal di
Indonesia dan jadi warga negara Indonesia." Kelompok ini tidak
mempermasalahkan identitas budaya Tionghoa dalam hubungannya dengan budaya lain
di Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-g8m6fCGEwFk/VPMe2wIH7-I/AAAAAAAAAZw/4xKWe8ZT8Jk/s1600/gusdur.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="162" src="https://4.bp.blogspot.com/-g8m6fCGEwFk/VPMe2wIH7-I/AAAAAAAAAZw/4xKWe8ZT8Jk/s1600/gusdur.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: google</td></tr>
</tbody></table>
Kelompok
kedua, yaitu LPKB, dikenal dengan ide "pro asimilasi" yang
berpandangan budaya Tionghoa harus melebur ke budaya masyarakat pribumi (Leo
Suryadinata, 2010: 186). Kelompok ini berpendapat bahwa penyelesaian dari
konflik identitas antara Tionghoa dengan etnis lain di Indonesia, adalah dengan cara Etnis
Tionghoa meninggalkan identitas Tiongkoknya dan memilih budaya Indonesia.
Pendukung kelompok ini kemudian beramai-ramai meninggalkan nama Tiongkoknya dan
berganti menjadi nama Indonesia. Nama Indonesia yang paling banyak digunakan
tentu saja nama Jawa. Selain itu juga, bahasa dan tradisi leluhurTionghoa
ditinggalkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Dengan
berakhirnya masa Orde Baru, kelompok Baperki yang dinilai dekat dengan
kepentingan Tiongkok dan Partai Komunis Indonesia, menjadi pihak yang kalah.
Sedangkan LPKB yang pro Angkatan Darat, bertahan dan menang. Maka di masa orde
baru, dilarang lagi menggunakan nama dengan identitas Tionghoa, sekaligus juga
melarang segala aktivitas budayanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Identitas
Tionghoa bangkit kembali setelah orde baru tumbang. Masa reformasi yang
mengedepankan demokrasi dan keterbukaan memberi kesempatan pada Etnis Tionghoa
untuk mengembangkan identitas etnisnya kembali. Puncaknya adalah ketika
Presiden Abdurahaman Wahid mengakui keberadaan identitas budaya Tionghoa dengan
memperbolehkan perayaan Imlek dan pengakuan atas Agama Konghucu. Di masa
Reformasi nama-nama Tionghoa kembali digunakan, perayaan budaya pun semakin
berkembang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Di
Kalimantan Barat sendiri perkembangan identitas Tionghoa semakin
"mengental" dan semarak. Bisa dilihat dengan meningkatnya jumlah
wisatawan domestik maupun internasional yang menghadiri perayaan Imlek dan Cap
Go Meh di Pontianak maupun Singkawang. Dalam bidang politik, semakin banyak
keterlibatan masyarakat Tionghoa di dewan legislatif. Sementara itu,
Christiandy Sanjaya berhasil menjadi wakil gubernur pertama berdarah Tionghoa
di Kalimantan Barat dan di Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Perkembangan
yang demikian pesat tersebut, tidak berarti masalah identitas etnis sudah
selesai. Masih ada benturan-benturan horizontal yang melibatkan Etnis Tionghoa.
Sepanjang masa Reformasi, bentrokan di Gang
.... di Gajah Mada bisa menjadi tolak ukurnya. Selain itu pernah terjadi
juga bentrokan kecil antara Front Pembela Islam dengan rombongan pawai naga
ketika Cap Go Meh ... Kondisi demikian menunjukkan bahwa masalah identitas
etnis di Kalimantan Barat dan juga Indonesia masih menjadi masalah utama.<span style="font-size: x-small;"><o:p></o:p></span></span></div>
<span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-55227826152602984102015-03-01T20:55:00.000+07:002017-10-19T14:45:49.058+07:00IDENTITAS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT (Bag.1)<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><i><b>Identitas Tionghoa, seperti halnya
identitas Dayak, </b></i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><i><b>tidak mudah untuk digeneralisir. </b></i></span></div>
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><br /></span>
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-abFmPsCoLVA/VPMdHSjJlkI/AAAAAAAAAZI/TubmdJ6fNhI/s1600/135-Prinsip-Sukses-Bisnis-Orang-Tionghoa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-abFmPsCoLVA/VPMdHSjJlkI/AAAAAAAAAZI/TubmdJ6fNhI/s1600/135-Prinsip-Sukses-Bisnis-Orang-Tionghoa.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: google</td></tr>
</tbody></table>
Seperti halnya identitas
Dayak, identitas Tionghoa akan dikupas dari sudut etimologis, sejarah, politik,
dan sosial.</span><br />
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><br /></span>
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;">Permasalahan
istilah Tionghoa mengalami pasang surut dalam perjalanan Bangsa Indonesia. Ada
masanya bangsa tersebut dipanggil Cina, China, Chinese Shina, Shin, Tionghoa,
dan Tiongkok. Menurut Leo Suryadinata, dalam bukunya Etnis Tionghoa dan
Nasionalisme Indonesia (2010: 200), "... bagi orang Tionghoa yang masih
sadar dengan tradisinya, istilah Cina itu merupakan lambang pelecehan etnis dan
diskriminasi." Sementara itu, bertentangan dengan Leo Suryadimata, M.D. La
Ode dalam Etnis Cina Indonesia Dalam Politik (2012) justru menggunakan istilah
Etnis Cina Indonesia (ECI) untuk menyebutkan kelompok yang sama. Argumen La ODe
adalah,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new";">"Selama penelitian ... tidak ditemukan
seorangpun warga Etnis Tionghoa, melainkan etnis Hakka/Khek, Tio Ciu, Hok Cia,
Hokkien, dan Kanton. Etnis itulah (di antaranya) yang meminta agar dirinya
disebut Etnis Tionghoa... Penetapan penggunaan istilah Etnis Cina merujuk pada
latar belakang negara asal imigran Cina di Indonesia... Sama juga apabila warga
negara Indonesia (etnis Jawa, Batak, Sunda, Bugis, Dayak, ... dan lainnya) ke
luar negeri, di luar negeri mereka disebut Etnis Indonesia atau orang
Indonesia."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Dalam
perjalanan sejarah istilah yang menyangkut imigran dari Negeri Tirai Bambu
memang beragam. Dalam penelusuran http://id.wikipedia.org/wiki/Penggunaan_istilah_Cina,_China,_dan_Tiongkok
(diakses 15/1/2014, pukul 15:43), Leo Suryadinata, dan M.D. La.Ode, diketahui
bahwa dalam sabda Nabi Muhammad SAW disebutlah "<i>Uthlubul ‘ilma walaw
bishshiin</i>", dalam Bahasa Indonesia "Tuntutlah ilmu sampai ke
negeri Shin." Negeri Shin adalah negeri yang berhasil disatukan Kekaisaran
Chin (225 SM) dalam hal politik, bahasa, alat ukur, dan tulisan. Inilah untuk
pertama kali daerah liar dengan berbagai suku tersebut bersatu dalam satu
kebiasaan. Wilayah ini kemudian dikenal dengan Chin. Pedagang Arab menyebutnya
Shin, orang-orang Eropa menyebutnya China (disebut Caina/Cayna), orang Amerika
Serikat menyebutnya Chinese.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Sampai
di sini sepertinya tidak ada masalah dengan istilah Cina. Namun, ketika
kolonialisme Bangsa Barat merebak di Cina (abad 19), dan semakin merendahkan
martabat Bangsa Cina, mulai muncul pemikiran baru. </span><br />
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"></span><br />
<br />
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;">Kesimpulan ini penulis
analisis dari http://id.wikipedia.org/wiki/Penggunaan_istilah_Cina,_China,_dan_Tiongkok
(diakses 15/1/2014, pukul 15:43),
http://hurek.blogspot.com/2009/10/tiongkok-tionghoa-china-cina.html (diakses
15/1/2014, pukul 16:28). Pertama,
mengingat Kekaisaran Chin tidaklah benar-benar dikagumi rakyat Cina saat itu
karena kebrutalannya di masa lalu, membantai 500 sarjana Konfusianisme,
melarang ajaran Kong Hu Cu, yang justru menjadi terbesar di Cina saat itu (abad
19). Kedua, dengan masuknya Jepang menjajah Cina (akhir abad 19 sampai tengah
abad 20), muncullah istilah rasis terhadap orang Cina yaitu "Shina"
yang artinya "orang pinggiran" atau "orang terbelakang".
Besar kemungkinan ini adalah pelesetan dari sebutan Cina yang berlaku umum saat
itu. Faktor kedua inilah yang menyakitkan sebegitu dalamnya bagi orang Cina.
Ketiga, bangkitnya nasionalisme Cina abad 20, seperti halnya Nasionalisme
Indonesia, memunculkan keinginan untuk menciptakan identitas baru. Merekapun
mulai menelusuri sejarah kembali, dan menemukan identitas baru pada Kerajaan
Shang. Seperti yang dikutip dari hurek.blogspot.com, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new";">"Istilah Tiongkok dari Dinasti Shang, ...
banyak negara-negara atau kerajaan kecil, sebentar tunduk, sebentar
mengkhianati Kerajaan Shang. Ketika Dinasti Shang menguasai wilayah di
tengah-tengah kerajaan yang berada di sebelah Timur, Barat, Utara dan Selatan,
maka negara kerajaan ini disebut Tiongkok (Zhong Guo dalam lafal bahasa daerah
Hokian, yang juga berarti Negara-Tengah)"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Kerajaan
Tengah ini sangat menginspirasi karena merupakan pusat kebudayaan dan
bangkitnya Konfusianisme, yang dalam sejarahnya pernah dihancurkan Kekaisaran
Chin. Dari Kerajaan Zhong Guo/ Chung Kuo inilah istilah Tiongkok muncul.
Bangkitnya identitas baru, semakin tampak ketika Sun Yat Sen meruntuhkan
Dinasti Ching dan menggantikannya menjadi "<i>Chung Hwa Ming Kuo</i>"
atau "Republik Tiongkok". Maka sejak inilah, isitlah Cina dengan
berbagai dialeknya China, Chinese, Shina, tidak dipergunakan lagi. Tiongkok
digunakan untuk menunjukkan daerahnya, sedangkan Tionghoa untuk menunjukkan
kebangsaannya. Tentu saja pelafalannya mendapatkan tekanan berbeda-beda dari
berbagai dialek bahasa, seperti halnya Indonesia dilafalkan "<i>Indonesa</i>"
bagi orang Klaten. Namun, arti Tiongkok atau Tionghoa tetaplah "negara
tengah" atau "orangnya negara tengah" merujuk kebangkitan budaya
pada Dinasti Shang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Bagaimana
dengan sejarah penggunaan di Indonesia? Melihat apa yang tertulis di
wikipedia.com, penggunaan istilah Tionghoa dan Tiongkok di Nusantara (saat itu
Indonesia juga belum ada!) ternyata adalah bentuk kesetiakawanan pada
orang-orang Tionghoa di sekitar tahun 1928, saat Sumpah Pemuda dikumandangkan.
Koran-koran Tionghoa, terutama Koran Sin Po mengganti sebutan "Hindia
Belanda" menjadi "Indonesia". Dengan demikian, para pejuang
Indonesia juga menggunakan istilah Tionghoa dan Tiongkok untuk mengganti sebutan
Cina.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-I8wQsvrY_TA/VPMdo53I_YI/AAAAAAAAAZQ/oOXmbXQloNI/s1600/5653_102735646406827_100000111752056_58870_595813_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://3.bp.blogspot.com/-I8wQsvrY_TA/VPMdo53I_YI/AAAAAAAAAZQ/oOXmbXQloNI/s1600/5653_102735646406827_100000111752056_58870_595813_n.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: google</td></tr>
</tbody></table>
Sebutan
Tiongkok dan Tionghoa terus digunakan hingga Indonesia merdeka 1945, dan terus
digunakan sepanjang Orde Lama. Hingga meletuslah peristiwa yang juga dikenal
dengan banyak nama: Gestok (Soekarno), Gestapu (Soeharto), G30S/PKI (versi resmi
Orde Baru), di masa Reformasi peristiwa itu dikenal dengan variasi G30S ataupun
Gerakan 30 September. Peristiwa tersebut kemudian oleh pemerintahan Soeharto
dan Orde Baru diidentikkan dengan keterlibatan orang-orang Tionghoa dan RRT
(Republik Rakyat Tiongkok). Berpegang pada keyakinan iutlah, Indonesia
melepaskan hubungan diplomatiknya dengan Tiongkok, dan mengubah kembali istilah
Tiongkok dan Tionghoa ke istilah Cina.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Atas
dasar apa Indonesia kembali ke istilah Cina? Berdasarlan Leo Suryadinata
(2010), perubahan tersebut bermula dari Seminar Angkatan Darat Agustus 1966,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new";">"Seminar tersebut memutuskan mengganti istilah
Tionghoa dan Tiongkok menjadi Cina untuk menunjukkan amarah rakyat Indonesia
(terutama kaum militer?) terhadap RRC (yang mendukung PKI) ... "alasan
utama" penggunaan istilah tersebut adalah ingin "menghilangkan rasa
inferior pada bangsa kita sendiri, sebaliknya menghilangkan rasa superior pada
golongan yang bersangkutan di dalam negara kita.""<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;">Catatan Leo Suryadinata tersebut
dapat diartikan bahwa Pemerintah Orde Baru menginginkan stigma Cina zaman
dahulu dibangkitkan lagi. Stigma yang terkait dengan keberingasan Dinasti Chin,
dan stigma yang diberikan Jepang yaitu "orang pinggiran".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Dengan
berkuasanya Orde Baru secara otoriter selama 32 tahun, yang juga mewarnai
penulisan sejarah pada masanya, maka istilah Cina pun menjadi semakin membiasa.
Banyak di antara kaum muda Tionghoa yang tidak mengerti soal istilah Cina,
Tionghoa, dan Tiongkok. Cina semakin digunakan dalam bentuknya yang netral, bahkan
tanpa arti, selain menunjukkan arti geografis sebuah negeri di seberang lautan
utara Indonesia. Dalam bidang diplomatik, menurut Leo Suryadimata, di tahun
1989 perwakilan diplomatik dari Tiongkok menolak istilah Cina. Indonesia pun
menolak kembali ke Tiongkok. Maka digunakan istilah netral menurut bahasa
diplomatik Amerika Serikat, yaitu China (disebut Caina). Padahal di dalam
negeri tetap saja tulisan China itu dibaca Cina. Dalam hubungan diplomatik masa
Reformasi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menggunakan istilah Tiongkok
dalam laporan diplomatiknya untuk menyebut negeri Cina.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Seperti
halnya masalah istilah "Cina" dan "Tionghoa" yang pasang
surut, identitas sosial-politik Etnis Tionghoa di Indonesia juga mengalami
pasang surut. Sebagai pengantar, baiklah kiranya menyimak pendapat Leo
Suryadinata untuk kesekian kalinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new";">"Dari sudut budaya, orang Tionghoa terbagi atas
peranakan dan totok. Peranakan ... sudah lama tinggal di Indonesia dan umumnya
sudah terbaur. Mereka berbahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari... Totok
adalah pendatang baru, umumnya baru tinggal di negeri ini selama satu sampai
dua generasi ...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new";">Dalam hal agama, sebagaian besar ... Budhisme,
Tridharma, dan Khonghucu. Namun, banyak pula yang memeluk agama Katolik dan
Kristen. Belakangan, yang memeluk Islam pun bertambah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new";">Dalam hal orientasi politik, ada yang pro Beijing
atau pro Taipei, tetapi yang terbesar adalah pro Jakarta. Ada yang
berwarganegara RRT atau Taiwan, namun yang terbanyak adalah warga negara
Indonesia (WNI).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new";">Dalam bidang ekonomi, banyak yang kaya, tetapi lebih
banyak lagi yang miskin. Namun, sebagai minoritas perkotaan di Indonesia, orang
Tionghoa dapat digolongkan ke dalam kelas menengah."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;">Pendapat Leo Suryadinata,
sebenarnya menggambarkan bahwa identitas Tionghoa bukanlah sebuah identitas
tunggal yang kaku. Sama seperti halnya identitas Dayak, identitas Tionghoa juga
berkembang sesuai konteks sejarah dan konstruksi sosial dimana identitas tumbuh
di masyarakat. Berikut ini akan ditelusuri bagaimana identitas Tionghoa bisa
terbentuk di Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Catatan
sejarah yang dikeluarkan ilmuwan Belanda P.J. Veth “Borneo’s Westerafdeeling
Geographisch, Statistisch, Historisch” tahun 1856, yang dialihbahasakan oleh
Pastor Yeri OFM, Cap., dengan judul “Borneo Bagian Barat Geografis, Statistis,
Historis” (2012: 254), mengatakan demikian:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new";">"Dari segala bangsa asing, saya maksudkan dari
luar Nusantara sendiri, rupanya tidak ada yang kunjungi Borneo lebih dulu
daripada orang-orang Cina. Pengetahuan ini hampir pasti sama umur daripada
pengetahuan mereka tentang Nusantara pada umumnya, dan ini mulai terjadi
diwaktu peziarah-peziarah Cina, kunjungi India dari Abad ke-4 sampai ke-5
dengan tujuan mempelajari agama Budha."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 39pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;">Keyakinan P.J. Veth lebih merupakan
sebuah hipotesis nalarnya dengan merujuk bukti-bukti adanya jalur perdagangan
kuno yang memang harus melintasi Nusantara dari Tiongkok menuju India. Bukti
tertulis sendiri tentang keberadaan bangsa Tionghoa di Borneo adalah laporan
seorang yang bernama Klaproth, yang berhasil mengutip catatan Dinasti Ming pada
abad ke-7. P.J. Veth (2012: 255) mencatat dari Klaporth adanya lokasi-lokasi
yang ada di Borneo, seperti Pulau Palawan atau Paragoa, Ki-li-wen atau
Kinibalu, Wen-lai atau Brunei, Cu-ga-tiao-la atau Sukadana, dan Maschin atau
Banjarmasin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-xV__HNlqJQs/VPMeFacC-hI/AAAAAAAAAZY/tgSQ1c3x1Wg/s1600/Imlek-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://4.bp.blogspot.com/-xV__HNlqJQs/VPMeFacC-hI/AAAAAAAAAZY/tgSQ1c3x1Wg/s1600/Imlek-1.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: google</td></tr>
</tbody></table>
Keberadaan
bukti tersebut, bila harus diperkuat dengan keberadaan masyarakat Tionghoa pada
masa Sriwijaya, Singosari, hingga Majapahit, menandakan hubungan Nusantara
dengan budaya Tionghoa bukanlah hal yang baru. Tentu saja pemaknaan terhadap
identitas Tionghoa antara sekarang dan zaman tersebut akan berbeda. Inilah yang
semakin memperkuat bahawa identitas itu berubah-berubah sesuai yang dikatakan
Yekti Maunati, mengikuti konteks sejarah dan konteks sosialnya. Identitas
Tionghoa pada zaman kerajaan Hindu dan Budha adalah bangsa dengan peradaban
tinggi (bersama dengan India), yang memang mengutamakan perdagangan. Selain
pernah mengekspansi Jawa ketika akhir masa Singosari. Namun, digagalkan Raden
Wijaya dengan tipu-muslihat. Menurut M.D. La Ode (2012: 121), masyarakat
Tionghoa pasa masa-masa ini dipelopori oleh marga Hokkien.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Identitas Tionghoa berubah ketika Bangsa Barat
masuk ke Nusantara, terutama ketika Belanda berkuasa untuk waktu yang sangat
lama. Kekalahan teknologi perang membuat masyarakat Tionghoa harus melakukan
tawar-menawar supaya bisa mempertahankan eksistensinya di Nusantara. M.D. La
Ode dalam Etnis Cina Indonesia Dalam Politik (2012: 121), mengutip Twang Peck
Yang, melihat ada dua gelombang besar imigrasi masyarakat Tionghoa pada masa
Kolonial Belanda, yaitu 1860-1890 dan 1900-1930.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"> Pemerintah
Kolonial Belanda pada 1860-1890 menganut politik pintu terbuka. Menurut A.K.
Wiharyanto (2004), dalam Indonesia Dalam Abad XIX, "berarti pemerintah
kolonial memberi kesempatan kepada kaum modal asing (Belanda, Inggris, Amerika
Serikat) untuk menanamkan modal sebanyak-banyaknya di Indonesia." Dengan
diberlakukan Undang-undang Agraria (<i>Agrarische Wet</i>), bermunculan
kepemilikan-kepemilikan tanah oleh swasta, termasuk orang Tionghoa yang
beramai-ramai datang dari Tiongkok. Inilah imigrasi besar-besaran orang
Tionghoa yang pertama. Bagaimana nasib identitas Tionghoa saat itu? Mengutip
A.K. Wiharyanto (2004), "Sistem baru ini membuat Belanda tidak langsung
memeras rakyat tetapi lewat kaum kapitalis itulah rakyat Indonesia
diperas."<span style="font-size: x-small;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "courier new"; line-height: 150%;">Bersambung ke bagian 2 ...</span></div>
<span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-24720962199700537312015-03-01T20:47:00.001+07:002017-10-19T14:44:53.226+07:00IDENTITAS DAYAK DI KALIMANTAN BARAT (Bag. 2)<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><span style="line-height: 24px;">(Sambungan dari bagian 1)</span></span><br />
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Terbentuknya identitas Dayak pasca kemerdekaan Indonesia, mendapat babak baru di sekitar tahun 1940-an bermula dari dibentuknya Kantor Urusan Dayak pada awal 1946. Mengenai hal ini, Taufiq Tanasaldy dalam penelitiannya “Politik Identitas di Kalimantan Barat”, yang terdapat dalam buku “Politik Lokal di Indonesia” (2007), mengungkapkan demikian, “Kantor tersebut melancarkan beberapa inisiatif untuk mengemansipasi orang Dayak dan berhasil mendapatkan jaminan dari pihak kesultanan untuk menghapus segala praktik diskriminasi terhadap orang-orang Dayak.” (Henk Schulte ed., 2007: 464). Kenyataan demikian, meskipun merupakan hal yang lebih baik, tetapi dalam pembentukan identitas, tetap saja meletakkan identitas Dayak dalam bentuk yang pasif. Dayak bagaimanapun juga tetap menjadi obyek sebagaimana yang terjadi pada pembentukan identitas Dayak pada masa kolonial.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td><a href="http://2.bp.blogspot.com/-jmrpBQTrohc/VMkT8k4bBAI/AAAAAAAAAWo/iLgmi2fHBDY/s1600/IMG_5515.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="213" src="https://2.bp.blogspot.com/-jmrpBQTrohc/VMkT8k4bBAI/AAAAAAAAAWo/iLgmi2fHBDY/s1600/IMG_5515.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 13px;">Danau yang duluanya adalah Sungai Embaloh (doc. penulis)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; line-height: 24px;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; line-height: 24px;"> </span><br />
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; line-height: 24px;">Dayak mendapat identitas baru ketika terbentuk Partai Persatuan Daya di tahun 1946. Saat itulah identitas Dayak benar-benar ditentukan oleh orang Dayak sendiri, meskipun masih ada Dayak yang belum menjadi pedukung Partai Persatuan Daya, akibat ketidakterjangkauan. Klimaks kesadaran politik tersebut adalah terpilihnya J.C. Oevaang Oeray sebagai Gubernur Kalimantan Barat yang pertama.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"></span></span><br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Identitas Dayak kemudian mendapat stigma baru ketika meletus peristiwa “Demonstrasi 1967” yang terkenal juga dengan nama peristiwa “Mangkok Merah”. Di tahun 1967, berdasarkan fakta sejarah, terjadi pengusiran Etnis Tionghoa oleh Etnis Dayak dari pedalaman Kalimantan Barat menuju perkotaan. Pengusiran itu tidak berlangsung damai, karena diwarnai dengan pembunuhan dengan korban yang banyak (tidak teridentifikasi). Sejak saat itulah jumlah penduduk Tionghoa di Kabupaten Pontianak (yang dahulu) sangat kecil. Sementara penduduk Tionghoa di daerah Sanggau ke Kapuas Hulu cukup banyak karena tidak terkena pengusiran berdarah tersebut.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Peristiwa 1967 menciptakan identitas baru bagi Dayak. Dayak mulai dikenal dengan kegarangannya dan kesaktiannya. Bila dikaitkan dengan kemenangan Partai Persatuan Dayak dalam pemilu 1955 dan naiknya Oevaang Oeray sebagai Gubernur Kalimantan Barat, maka tahun 1967 merupakan klimaks sekaligus antiklimaks bagi identitas Dayak yang sempat unggul.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Pasca peristiwa 1967, sekaligus juga dimulainya masa Orde Baru, identitas Dayak mulai tenggelam kembali. Tekanan represif pemerintah Orde Baru terhadap segala golongan juga menimpa eksistensi Dayak yang tenggelam dan melemah. Hingga nanti di tahun 1990-an identitas Dayak mulai terbentuk kembali.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Masa 1997-2001 identitas Dayak banyak dipengaruhi konlik antar etnis, yaitu Dayak melawan Madura 1997, dan Melayu melawan Madura 2001. Dalam kedua konflik ini peran Dayak sangat besar dan membentuk citranya yang baru, yaitu pemenang perang antar etnis di Kalimantan Barat. Beberapa simbol melekat pada orang-orang Dayak, seperti pemberani, garang, dan sakti. Bagi anak muda Dayak, perasaan ini sangat membanggakan, hingga suatu ketika mulai terjadi pencegatan, pungutan liar di jalanan antar kota mengatasnamakan Dayak. Beberapa perkelahian kecilpun membawa nama Dayak. Sepertinya Dayak mendapat identitas baru sekarang ini.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td><a href="http://4.bp.blogspot.com/-vQciGeoMdTk/VMkUVcEFQ6I/AAAAAAAAAWw/kWp3lH7i-P4/s1600/IMG_5298.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="213" src="https://4.bp.blogspot.com/-vQciGeoMdTk/VMkUVcEFQ6I/AAAAAAAAAWw/kWp3lH7i-P4/s1600/IMG_5298.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 13px;">Perjalanan di Sungai Embaloh (doc. penulis)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; line-height: 24px;">Kemenangan Cornelis, seorang Dayak, sebagai Gubernur Kalimantan Barat seakan-akan mengulang sejarah tahun 1960-an ketika Oevaang Oeray dan Partai Persatuan Daya berada di titik puncak. Euforia kebanggaan atas Identitas Dayak memuncak di tahun 2006-2012. Pada saat puncak itulah, terjadi bentrokan antara pemuda Dayak melawan FPI. Walau tidak berujung korban jiwa, tetapi konflik tersebut menjadi konflik terbaru hingga sekarang ini 2013.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Etnis Dayak sebagai sebuah konsep bukanlah kelompok yang mudah diidentifikasikan. Terbentuknya, dibentuknya, atau membentuknya identitas Dayak sangatlah dipengaruhi konstruksi sosial dan konteks sosial yang berkembang di masyarakat. Kita perlu menghargai identitas di masa lalu sebagai dasar pijakan untuk membangun identitas di masa depan yang lebih kuat dan berarti bagi kita dan masyarakat luas. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Sekali lagi, identitas bukanlah sebuah yang statis, bahkan menurut saya identitas kelompok adalah sebuah pilihan politis yang tidak dapat dipaksakan. Namun, saya menginginkan sebuah identitas yang hadir pada individu sebagai sesuatu yang dipilihnya secara sadar, setelah individu tersebut belajar dan melihat masa lalu.</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; line-height: 24px;">Mitchel Vinco</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Guru Sejarah SMA Santo Paulus Pontianak</span></span></div>
</div>
<span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-8641480751242420142015-01-28T23:34:00.006+07:002017-10-19T14:43:49.937+07:00IDENTITAS DAYAK DI KALIMANTAN BARAT (Bag. 1)<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: justify;">
<i><b><br /></b></i></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: center;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><i><b>"Etnis Dayak sebagai sebuah konsep </b></i></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: center;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><i><b>bukanlah kelompok yang mudah diidentifikasikan"</b></i><o:p></o:p></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: justify;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-viI3rHAqcl4/VMkOYwSuQJI/AAAAAAAAAV0/_tMepHFOUYE/s1600/IMG_5066.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://3.bp.blogspot.com/-viI3rHAqcl4/VMkOYwSuQJI/AAAAAAAAAV0/_tMepHFOUYE/s1600/IMG_5066.JPG" width="132" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">(doc. penulis)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Etnis Dayak sepanjang perjalanan sejarah telah
diyakini sebagai penduduk asli Kalimantan Barat. Setidaknya catatan sejarah
yang dikeluarkan ilmuwan Belanda P.J. Veth “<i>Borneo’s Westerafdeeling
Geographisch, Statistisch, Historisch</i>” tahun 1856, yang dialihbahasakan
oleh Pastor Yeri OFM, Cap., dengan judul “Borneo Bagian Barat Geografis,
Statistis, Historis” tahun 2012,
mengatakan demikian,<o:p></o:p></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">“... di tengah-tengah bermacam hubungan
dan persatupaduan dan percampuran, atau dari permusuhan dan penolakan, dan di
bawah keadaan alamiah dari udara dan tanah, produk-produk tanah dan karena itu
satu cara hidup, berangsur-angsur, membentuk masyarakat itu, yang dianggap
sebagai yang tertua dan asli, yang pada umumnya dikenal dengan nama Dayak, …”
(Yeri [pent], 2012: 154)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 63.8pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; line-height: 150%; text-align: justify;">Meskipun
P. J. Veth menjadi sumber yang cukup tua, masih saja pembahasan identitas Dayak
menjadi hal yang tidak mudah dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan
P. J. veth sendiri, “…sebagai yang tertua dan asli, yang pada umumnya dikenal
dengan nama Dayak, tetapi memuat satu perbedaan besar suku-suku yang masih
sekarang ini berbeda satu sama lain dalam rupa, bahasa, cara hidup,
konsepsi-konsepsi agama, dan tingkat kebudayaan.”(Yeri pent., 2012: 154).</span></div>
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; line-height: 150%; text-align: justify;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; line-height: 150%; text-align: justify;"><br /></span>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-oBGxTg4vVoA/VMkO2XK8NsI/AAAAAAAAAWE/5VtJWJR7NZ0/s1600/IMG_4031.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="212" src="https://4.bp.blogspot.com/-oBGxTg4vVoA/VMkO2XK8NsI/AAAAAAAAAWE/5VtJWJR7NZ0/s1600/IMG_4031.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dayak Embaloh, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (doc.penulis)</td></tr>
</tbody></table>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-vOTALJdc4PI/VMkOtvTr8fI/AAAAAAAAAV8/kE75dMjQl0s/s1600/IMG_4217.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="209" src="https://3.bp.blogspot.com/-vOTALJdc4PI/VMkOtvTr8fI/AAAAAAAAAV8/kE75dMjQl0s/s1600/IMG_4217.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Little Girl from Heart of Borneo</i> (doc.penulis)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; line-height: 150%;">Dengan demikian apa yang dimaksud dengan Dayak? Atau
siapa itu Orang Dayak? Dayak sebenarnya merupakan identitas yang dikontruksikan
(dibangun) oleh orang-orang diluar komunitas yang dianggap Dayak tersebut.
Penduduk asli Kalimantan yang disebut Dayak, sebenarnya tidak pernah menjadikan
istilah “Dayak’ sebagai identitasnya, hingga hasil konstruksi sosial itu
melekat demikian dalam dan menjadi nyata dengan terbentuknya Partai Persatuan
Daya (Dayak) (1946) oleh J.C. Oevaang Oeray. Bahkan penulisan kata “Dayak”
sebenarnya merupakan kesepakatan baru yang dilakukan pada tahun 1992 dalam
acara Ekspo Budaya Dayak yang dilakukan </span><i style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace; line-height: 150%;">Institute Dayakologi Research and
Development</i><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; line-height: 150%;"> (IDRD), yang sekarang dikenal dengan nama Institut Dayakologi
(John Bamba ed., 2008:10). Siapakah yang memberi identitas “Dayak” pada
penduduk asli Kalimantan?</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Pembahasan mengenai identitas Etnis Dayak, sudah
pernah dilakukan dengan sangat baik oleh Dr. Yekti Maunati, dalam bukunya
“Identitas Dayak” (2004). Dalam bukunya tersebut Yekti menelusuri bagaimana
penduduk asli Kalimantan bisa memperoleh identitasnya sebagai “Dayak”. Dalam
melihat bagaimana sebuah terbentuknya identitas bisa terbentuk Yekti berpendapat
demikian, <o:p></o:p></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">“… kebudayaan sebaiknya dipandang
sebagai produk dari proses-proses budaya sebelumnya dan sebagai sesuatu yang
terbuka bagi segala reinterpretasi dan gagasan-gagasan baru serta ausnya
komponen-komponen lama… konsep-konsep tentang identitas dan bahkan identitas
itu sendiri semakin dipandang sebagai akibat dari adanya sebuah interaksi yang
dinamis antara konteks (dan sejarah) dengan <i>construct</i>” (Yekti Maunati,
2004: 25) (konstruksi sosial, tambahan penulis)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Dengan dasar pernyataan teoritis seperti demikian,
seharusnya identitas Dayak juga merupakan interaksi dari konteks sejarahnya dan
konstruksi sosial yang dibangun oleh masyarakat. Konteks sejarah merupakan
fakta-fakta tentang keberadaan Dayak yang berhasil ditulis atau diingat. Sementara
konstruksi sosial merupakan refleksi atas dasar historis yang disesuaikan
dengan kebutuhan-kebutuhan zaman.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Istilah Dayak pada awalnya memiliki banyak
penyebutan dan penulisan, antara lain,<i> Daya’, Daya, Dyak, Dadjak, Dayaker,</i>
dan <i>Daya</i>. Bila hal ini ditelusuri dari bahasa-bahasa setempat, maka
ditemukan beberapa kata yang hampir sama seperti <i>Daya’, Doya’, Dayo’</i>,
dan <i>Dayuh</i> yang berarti hulu dan manusia (John Bamba ed., 2008: 9). Dalam
bahasa Dayak Jangkang, Kabupaten Sanggau, di mana Ibu penulis berasal, terdapat
kata <i>Doya</i> yang artinya darah. Hal demikian bisa saja muncul, hasil
pemberian komunitas di luar Dayak, yang mengidentikkan komunitas asli
Kalimantan tersebut dengan daerah dominannya yaitu di dalam hutan-hutan dan di
hulu-hulu sungai.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-SmDuoCmbgFc/VMkSMnNeZXI/AAAAAAAAAWQ/1FKmNQAHh0M/s1600/IMG_4066.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="213" src="https://3.bp.blogspot.com/-SmDuoCmbgFc/VMkSMnNeZXI/AAAAAAAAAWQ/1FKmNQAHh0M/s1600/IMG_4066.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Penutup kepala itu disebut "<i>Salaben</i>" (doc. penulis)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; line-height: 150%;">Penggunaan istilah Dayak dengan berbagai variannya
terhadap penduduk asli Kalimantan,
terlihat jelas dari tidak digunakannya istilah Dayak tersebut oleh orang-orang
Dayak sendiri. Dalam buku “Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan
Barat” disebutkan, “ Dulunya, mereka tidak mengenal istilah Daya’, Dyak, Daya,
atau Dayak untuk menyebut identitas mereka.” (John Bamba ed., 2008: 10).
Kemudian disebutkan juga,</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">“Sementara kelompok masyarakat yang
dimaksud dengan berbagai istilah tersebut di atas, cenderung menyebut dirinya
orang hulu, orang darat, orang pedalaman, bahkan ada yang menjawab dengan polos
menyebut dirinya orang kampung, hanya karena alasan sederhana mereka kebanyakan
hidup di kampung… Di Malaysia dan Brunei Darussalam hingga dekade 1940-an tidak
mengenal sama sekali tiga atau lebih istilah ini. Pada kedua negara ini ada
terminologi yang kerapkali digunakan untuk merujuk pada kelompok masyarakat
yang mempunyai ciri-ciri sama, yaitu puak.” (John Bamba ed., 2008:10)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Lalu apa sebenarnya arti dari Dayak tersebut?
Sebenarnya sampai saat ini tidak pernah ada kesepakatan tentang hal tersebut.
John Bamba (ed) (2012), Maunati (2004), bahkan P.J. Veth (1856/2004), tidak
berhasil sepakat soal arti istilah Dayak ini. Bagaimana dari berbagai jenis
arti kemudian bisa memunculkan identitas Dayak? Sebelum melanjutkan lebih jauh,
tahun 1992, Institut Dayakologi mengundang berbagai intelektual Dayak termasuk
Malaysia dan Brunei Darussalam, untuk mengikuti Ekspo Budaya Dayak di
Pontianak. Dari pertemuan tersebut, salah satunya menyepakati soal penggunaan
istilah “Dayak” yang disebut dan ditulis demikian. Hingga sekarang kata “Dayak”
inilah yang resmi digunakan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Istilah Dayak dengan berbagai varian yang mirip
penyebutannya, pertama kali diberikan oleh pemerintah kolonial barat, yaitu
Belanda, untuk memudahkan menyusun administrasi dan sensus. (John Bamba, 2008:
11). Bagaimanapun juga perlu upaya untuk mengelompokkan manusia-manusia yang
ada di Kalimantan demi pengaturan kebijakan kolonial. Dengan demikian, istilah
Dayak sendiri memang mengandung muatan negatif, karena dari terbentuknya memang
diberi label lawan dari kelompok-kelompok yang sudah teridentifikasi terlebih
dahulu. <o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Label Dayak sebagai “manusia pedalaman” diberikan
untuk membedakan dengan komunitas yang hidup di tepian laut atau pesisir,
seperti Orang Eropa, Melayu, dan Cina. Istilah “non muslim” diberikan untuk
membedakan dengan Etnis Melayu, demikian pula label “primitif”, “tidak
beradab”, yang diberikan dengan sudut pandang budaya Eropa. Melihat sumber
Maunati (2004: 6), Bamba (2008: 11), peneliti menganalisis bahwa pada masa
kolonial, Dayak benar-benar diidentikkan dengan “pemburu kepala”/<i>heads
hunters</i>, sebuah tradisi yang memiliki banyak nama bagi komunitas-komunitas
pendukungnya, tetapi yang jelas bukan pemburuan kepala, seperti yang diberikan
ilmuwan kolonial. Mengenai stigma Dayak sebagai pemburu kepala, banyak dibahas
oleh Yekti Maunati (2004).<o:p></o:p></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-Pep1nul68C8/VMkS0bAW9NI/AAAAAAAAAWY/ImdMHjEI1DU/s1600/IMG_5415.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://3.bp.blogspot.com/-Pep1nul68C8/VMkS0bAW9NI/AAAAAAAAAWY/ImdMHjEI1DU/s1600/IMG_5415.JPG" width="213" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Di tengah hutan bekas kampung lama (doc. penulis)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; line-height: 150%;">Pemberian label Dayak dengan berbagai
karakteristiknya, murni menjadi pandangan kolonialis yang berpusat pada
identifikasi diri mereka sebagai orang Eropa. Dengan demikian alat ukur yang
digunakan juga nilai-nilai Eropa. Identitas Dayak selama masa kolonial ini
menjadi identitas yang pasif karena seluruhnya merupakan pemberian komunitas di
luar komunitas Dayak tersebut. Menurut Tjilik Riwut dalam buku “Maneser Panatau
Tatu Huang: Menyelami Kekayaan Leluhur” (2003: 63 & 117), penduduk asli
Kalimantan jumlahnya 450 sub etnis. Sedangkan
di Kalimantan Barat terdapat 151 sub etnis berdasarkan dialek bahasanya
(John Bamba, 2008). Pada akhirnya di masa kolonial digeneralisir menjadi satu
bagian, yaitu Dayak. Di sinilah, identitas Dayak pertama kali terbentuk.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Bila identitas Dayak yang terbentuk pada masa
kolonial ini ingin dikonfrontir, sebenarnya citra-citra negatif yang diberikan
para kolonialis terhadap Dayak sangat tidak adil karena bagi komunitas Dayak
sendiri, kehidupan mereka sangat beradab, seperti yang dikemukakan Maunati
(2004: 6), “Tetapi, jelas bahwa di dalam sebagian besar representasi Barat yang
ada, Dayak dipandang primitif, sangat berbeda dengan pandangan orang-orang ini
yang menganggap diri mereka sendiri sebagai bagian dari sebuah masyarakat
beradab.” Seperti misalnya praktek pemburuan kepala yang dianggap Barat,
sebenarnya adalah praktek adat yang terhormat dan bukan karena naluri kekerasan
yang egosentris.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
Bersambung ke bagian 2 ...</div>
</div>
<span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-83473885730803254912012-05-07T22:24:00.002+07:002017-10-19T14:41:05.962+07:00VALENTINE’S DAY DAN PERLAWANAN PETA 1945<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
text-align:justify;
line-height:150%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Courier New";}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-RCdKQswv1Jc/T6foNHwPhSI/AAAAAAAAARE/rgllt9E3IjI/s1600/Red+Cupid.gif" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="186" src="https://4.bp.blogspot.com/-RCdKQswv1Jc/T6foNHwPhSI/AAAAAAAAARE/rgllt9E3IjI/s200/Red+Cupid.gif" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cupid, simbol cinta (doc.google)</td></tr>
</tbody></table>
<b><i>Sebuah usaha untuk mencoba cara berpikir sejarah...</i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Sejak dikenal secara luas di
Eropa pada abad ke-14, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Valentine’s Day</i>
menjadi perayaan yang mendunia. Perayaan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Valentine’s
Day</i> diinspirasikan oleh tradisi Eropa kuno “Lupercaria” yang merayakan
datangnya musim semi, musim kesuburan. Nama “Valentine” sendiri diambil dari
nama Santo Valentin yang berdasarkan tradisi Gerreja Katolik dirayakan tiap 14
Februari. Dewasa ini, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Valentine’s Day</i>
tidak lagi identik lagi dengan Eropa dan tradisi Katolik, melainkan sudah
menjadi perayaan mendunia. Dalam berbagai sumber, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Valentine’s Day</i> dinyatakan sebagai hari terpopuler ke-2 di Amerika
Serikat (negara sekuler) setelah natal. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Sebagai bahasa universal,
“cinta” dalam balutan “Valentine, memang mudah tersebar dalam berbagai bentuk
kebudayaan yang didatanginya. Maka tak heran, di awal bulan Februari, semua
super market hingga mal di Pontianak mulai berpermak diri dengan riasan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Valentine’s Day</i>.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Benarkah Februari hanya melulu
soal Valentine’s Day? Ternyata tidak! Di tanggal yang sama, 14 Februari, juga
terdapat hari bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Peringatan “Pemberontakan PETA
di Blitar 1945”, yang kemudian mengedepankan sosok pemuda Pahlawan Nasional,
Supriyadi.<br />
<br />
<a name='more'></a> </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Hanya saja, di masa sekarang
ini, membahas sejarah sangat tidak populer di kalangan muda. Sejarah dianggap
kuno, dan identik dengan politik para orang-orang tua. Sejarah dianggap pembicaraan
berat, yang layak dilakukan golongan beruban. Sedangkan masa muda, adalah masa
bersenang-senang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Dalam rangka 14 Februari, bulan
cintanya muda-mudi, kita akan melihat seperti apa jalannya sejarah
Pemberontakan PETA di Blitar 1945, yang dilakukan seorang muda berumur 22 tahun
(lahir 1923), dan rekan-rekannya yang bahkan berumur di bawahnya. Kita akan
melihat kisah cinta, yang menggelora di hati orang muda di Jaman Pendudukan
Jepang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">PEMUDA PETA DAN MIMPI
MUDANYA</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Kedatangan Jepang (1942) memang
disambut dengan gegap gempita oleh masyarakat di Nusantara. Betapa tidak,
bangsa dengan postur yang sama dengan kita, bermata sipit, berkulit
kuning-coklat, memiliki kesamaan dengan masyarakat Melanesia Nusantara,
bandingkan dengan orang-orang Eropa yang mengaku menguasai Nusantara ratusan
tahun. Lebih-lebih lagi, bangsa Jepang yang Asia, mampu mengalahkan
tentara-tentara Eropa yang hingga saat itu masih terhebat di dunia. Muncullah
perasaan kagum pada Jepang di benak masyarakat.</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-AbhGZrdRnSE/T6foO99gNaI/AAAAAAAAARM/YpAAcUoMNYM/s1600/image.tempointeraktif.com.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://3.bp.blogspot.com/-AbhGZrdRnSE/T6foO99gNaI/AAAAAAAAARM/YpAAcUoMNYM/s200/image.tempointeraktif.com.jpg" width="177" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Andaryoko, Pejuang Peta (doc.google)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Para pemuda yang identik dengan
semangat dan optimisme tak kalah semaraknya menyambut Jepang. Kesan-kesan
heroik yang dibangun Jepang, dan janji-janji Jepang sebagai saudara tua
Indonesia, membuat para pemuda berbondong-bondong mendukung Jepang. Sepertinya
memang inilah saat kejayaan Nusantara akan bangkit kembali. Maka, ketika Jepang
mendirikan organisasi-organisasi seperti: Gerakan Tiga A (1942), Putera (1943),
dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terutama PETA (1943), banyak pemuda
yang memasukinya. Anggapannya sederhana, ingin memberi sumbangsih bagi
kemerdekaan Indonesia kelak, seperti yang dijanjikan Jepang. Heroik bukan?!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
PETA atau Pembela Tanah Air,
merupakan pasukan sukarela yang keseluruhannya orang Indonesia, dan
dipersiapkan sebagai pasukan cadangan Tentara Dai Nippon. PETA disusun layaknya
militer resmi, dengan lima tingkatan: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Daidanco</i>
(komandan batalyon), <i style="mso-bidi-font-style: normal;">cudanco</i>
(komandan kompi), <i style="mso-bidi-font-style: normal;">shodanco</i> (komandan
peleton), <i style="mso-bidi-font-style: normal;">bundanco</i> (komandan regu),
dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">giyuhei</i> (prajurit). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Daidanco</i> diangkat dari tokoh-tokoh
terkemuka di masyarakat, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">cudanco</i> dari
pegawai pemerintahan dan pemimpin agama, dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">shodanco</i> berasal dari para pemuda-pemuda terdidik. (Marwati
Djoened, 1993:35)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Para pemuda-pemuda kalangan
menengah ke atas, golongan mampu, bangsawan, yang mendapat pendidikan ELS,
MULO, ataupun MOSVIA dan OSVIA (setingkat SMP dan SMA, sekitar umur 20 tahun),
secara sukarela banyak mendaftar menjadi anggota PETA setingkat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">shodanco</i>. Menurut G.Moedjanto (1988:80)
“mereka sendiri nasibnya tidak begitu sengsara”, tetapi dengan angan-angan
indah tentang masa depan Indonesia Merdeka, dan ajakan teman, masuk dan
berlatih pada PETA. Menjadi tentara juga kental dengan nuansa heroisme, tidak
berbeda dengan orang muda sekarang ini, yang gandrung dengan berbagai aktivitas
“heroisme”, dan mengikuti tren gaul.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Hanya saja, bagaimana golongan
yang sejahtera tersebut, yang aman dan tenteram, bisa melakukan “pemberontakan”
yang terkenal dan menginspirasi masyarakat, bahkan mendapat tepukan salut
golongan tua. Bukankah mereka sendiri para pengagum Jepang?</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">PETA: MEMPERJUANGKAN
CINTA</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Di depan bilang cinta, ternyata
ada udang di balik batu. Siapa yang tak sakit hati bila dikhianati, “ditusuk
dari belakang”?! Perasaan inilah yang menebar di kalangan pemuda, di
asrama-asrama PETA, khususnya di <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Daidan</i>
(Batalyon) Blitar, Jawa timur.</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-vrjMg3DmgA8/T6foT8R6JUI/AAAAAAAAARU/eURuH6e3cZQ/s1600/jiunkpe-ns-s1-2008-42402196-11295-peta-extras5.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://3.bp.blogspot.com/-vrjMg3DmgA8/T6foT8R6JUI/AAAAAAAAARU/eURuH6e3cZQ/s200/jiunkpe-ns-s1-2008-42402196-11295-peta-extras5.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">PETA (doc.google)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Mimpi tentang hebatnya seorang
tentara, runtuh ketika pangkat-pangkat di pundaknya tak berarti di depan
tentara Jepang yang terendah sekalipun. Perwira-perwira PETA harus tunduk
hormat pada bintara dan tamtama Jepang. (Marwati Djoened: 37). Bagi para pemuda
di <i style="mso-bidi-font-style: normal;">shodan</i> (peleton), hari-hari
dilalui dengan pukulan dan perlakuan kasar. Masa-masa para pemuda di asrama
Blitar, yang dipinggir jalan, menguak kenyataan. “orang-orang desa kalau lewat
depan asrama harus berhenti dan membungkuk. Kalau ada yang lupa membungkuk,
langsung dipukul. Padahal rakyat desa… bukannya tidak mau hormat, tapi ya tidak
ngerti saja.” (Baskara T. Wardaya, 2008:56).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Dendam semakin membara, ketika
para pemuda kembali ke kampung halamannya, setelah pelatihan di asrama. Mereka
melihat dan mendengar langsung penuturan sanak-saudaranya tentang perlakuan
Jepang. Para petani dipaksa menyerahkan padinya pada <i style="mso-bidi-font-style: normal;">kumiai</i> (organisasi pengumpulan padi), sehingga masyarakat hanya
makan nasi jagung dan berpakaian goni. (Marwati Djoened: 36). Ditambah lagi
cerita-cerita tentang kerja paksa Romusha, juga soal perempuan-perempuan yang
dijadikan budak nafsu tentara Jepang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Sekembalinya dari “pulang
kampung”, Shodanco Supriyadi yang tidak jauh usianya dengan kita (22 tahun),
menggalang opini di asrama <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Daidan,</i>
Blitar. Mereka harus melakukan perlawanan, pemberontakan, bahkan dituliskan
dalam penelitian Baskara T. Wardaya (2008:58) “Berontak aja yuk, mumpung masih
muda”, kemudian jawab yang lain “Ya sudah, ayo. Berani nggak? Berani!”. Salah
seorang penggagas pemberontakan adalah Shodanco Moeradi yang bahkan belum
berumur 20 tahun.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Maka, meletuskan Pemberontakan
PETA di Blitar, 14 Februari 1945. Hari yang sama di masa sekarang, dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Valentine’s Day</i>. Meskipun pemberontakan
itu berhasil dikalahkan Tentara Jepang. Namun, gaungnya menyebar di Nusantara,
membuat golongan tua yang bekerja sama dengan Jepang terkagum-kagum. Kelak,
Supriyadi akan diajukan menjadi Menteri Keamanan Rakyat dan kemudian Panglima
TKR (Tentara Keamanan Rakyat) pasca proklamasi 1945, bahkan ketika umurnya
masih 22 tahun.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">BAGAIMANA ORANG MUDA
SEKARANG?</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Dalam pembicaraan dengan seorang
sahabat, yang juga pegawai salah satu instansi terkemuka, tercetuslah ujaran
“kita ini mungkin dikatakan para orang tua, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">young
and stupid</i> (muda dan bodoh).” Kata itu terus menggema dalam pemikiran ini.
Benarkah menjadi muda itu selalu dipandang sebelah mata? Ataukah ini hasil
perilaku kami yang begitu mudah terombang-ambingkan budaya populer, sehingga
pemuda memang tergeser dari perjuangan sosial, tak tampak lagi oleh zaman.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Teringat sebuah buku “Mereka
Yang Mati Muda” (Arifin Surya Nugraha, dkk, 2008), di masa muda itu tersebutlah:
R.A. Kartini (25 Tahun), Robert Wolter Mongonsidi (24), Chaeril Anwar (27), Soe
Hok Gie (27). Masih harus ditambah pemuda-pemuda idealis, Moh. Hatta yang tidak
akan menikah hingga Indonesia merdeka, Sudirman yang menjadi guru sekaligus Panglima
TKR di usia 31 tahun. Tentu masih banyak lagi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Ketika <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Valentine’s Day</i> datang, selayaknyalah orang muda merayakan “kasih
cinta” kepada mereka yang spesial di hati. Namun, di hari yang sama ingatlah,
tentang “kisah cinta” para pemuda PETA, yang mampu melebarkan cintanya bukan
pada individu saja, tapi pada sesama yang menderita. Selamat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Valentine’s Day</i>, heningkan sejenak dan
tarik inspirasi dari Pemberontakan PETA di Blitar 1945.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
(Artikel ini suatu usaha mendekatkan cara pikir sejarah yang kontekstual bagi remaja)</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-66977330593388831042012-02-05T00:17:00.001+07:002012-02-05T00:20:38.824+07:00MALARI 1974 dan PEMILU KALBAR 2012<br />
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">“Yang kita
kembangkan di masa-masa mudah, akan menjadi kekuatan kita di masa-masa yang
berubah”, demikian motivasi dari buku “<i>Who
Moved My Cheese</i>”, (Spencer Johnson:2002). Berusaha mengingatkan bahwa di
masa terdamaipun, kita tidak boleh bersantai-santai, larut dalam ketenangan,
sehingga melupakan bahwa perubahan merupakan kepastian di dunia ini.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-kKKs68KiZ9Q/Ty1ntQczInI/AAAAAAAAAQ8/pCuva9n44KE/s1600/b2460981ed5192fa6a29cd58c7032cf9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="211" src="http://2.bp.blogspot.com/-kKKs68KiZ9Q/Ty1ntQczInI/AAAAAAAAAQ8/pCuva9n44KE/s320/b2460981ed5192fa6a29cd58c7032cf9.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Meskipun sekarang
masyarakat Kal-Bar berada di kondisi yang damai dan tenteram, sejarah tetap
harus dipelajari. Biarpun sejarah itu menjadi sejarah yang kelam. Seperti
peribahasa Perancis “<i>historie c’est
repete</i>”, artinya “sejarah akan terulang kembali”. Pembelajaran sejarah
bukannya membuka luka lama, tapi pembelajaran agar luka itu tidak terjadi lagi
di masa depan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Terutama menjelang
Pilkada Gubernur Kal-Bar 2012, pembelajaran tentang sejarah konflik kekerasan,
terutama pengerahan massa demi tujuan politik, sangat baik dipelajari untuk
menjaga minimal diri kita sendiri dan orang-orang yang kita cintai, agar tidak
mudah terprovokasi. Januari ini bertepatan pula dengan Peringatan Perisitiwa
Malari 38 tahun yang lalu. <a name='more'></a> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Peristiwa
Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974 di Jakarta, merupakan kerusuhan sosial
pertama sejak Soeharto menjadi presiden lewat pemilu pertama orde baru (1971). Peristiwa
yang diawali tidak setujunya beberapa golongan intelektual terhadap kebijakan
politik-ekonomi “modal asing”nya Soeharto, berbalut dengan persaingan politik
antara dua Jenderal papan atas Indonesia saat itu, Ali Moertopo (Assisten
Pribadi Presiden) dan Soemitro (Pangkomkabtib). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Hasilnya,
demonstrasi mahasiswa ternyata digunakan oleh sekelompok pihak untuk menjadikan
langit Jakarta “merah membara” akibat kepulan asap kerusuhan kota. Sementara
mahasiswa dijadikan kambing hitam atas peristiwa Malari. Hal ini mirip dengan
kasus Kudatuli 1996 dan Kerusuhan 1998, yang mengidentikan demonstrasi
mahasiswa dengan kerusuhan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Menurut Asvi Warman
Adam dalam Seabad Kontroversi Sejarah(2007), tercatat sedikitnya 11 orang
meninggal, 300 luka-luka, 775 orang ditahan. Sebanyak 807 mobil dan 187 sepeda
motor dirusak/dibakar (sebagian besar buatan Jepang), 144 buah bangunan rudak
berat. Sebanyak 160 kg emas hilang dari sejumlah toko perhiasan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<b><span style="line-height: 150%;">SEBAB-SEBAB MALARI 1974</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Beberapa golongan
intelektual sejak 1973 tidak setuju dengan kebijakan politik-ekonomi Indonesia
yang sangat terbuka dengan bantuan modal asing. Demonstrasi-demonstrasi dan
rapat-rapat akbar, maupun seminar-seminar marak dilaksanakan untuk menentang
masuknya modal asing. Sjafrudin Prawiranegara, Ali Sastroamidjojo, T.B.
Simatupang, dan Subadio Sastrosatomo, kerap diundang dalam seminar dan diskusi
mengkritisi masuknya modal asing. Mirip-mirip keadaan sekarang, termasuk di
Kal-Bar yang pro dan kontra dengan kebijakan pemerintahan pusat maupun daerah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Namun, peristiwa
Malari masih menyimpan konflik-konflik yang lain juga, yang memperkeruh
masukan-masukan kaum intelektual kepada pemerintah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Di masa orde baru,
perebutan kekuasaan bukanlah soal “kursi nomer satu” (presiden), melainkan
siapakah yang akan menjadi orang kedua, atau kepercayaan Presiden Soeharto.
Dalam tubuh Angkatan Darat, muncul dua jenderal terkemuka yang sangat populer
saat itu (1973-1974), pertama Jenderal Ali Moertopo menjabat Assisten Pribadi
Presiden (Aspri), yang sangat berpengaruh dalam memberi masukan-masukan
kebijakan pada Soeharto. Kedua, Jenderal Soemitro yang menjabat posisi
strategis bidang keamanan dan ketertiban, Pangkomkabtib. Persaingan politis
kedua jenderal yang masih aktif inilah, yang menjadi faktor kedua terjadinya
demonstrasi mahasiswa, dan faktor utama kerusuhan kota, atau Peristiwa Malari
1974.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Ali Moertopo dan
rekannya Mayjen. Soedjono Hoemardani sebagai Assisten Pribadi Presiden dianggap
berada dibalik besarnya arus masuk modal-modal asing ke Indonesia, terutama
modal Jepang. Sehingga mereka menjadi aktor-aktor yang “dikritisi” dalam
demonstrasi-demonstrasi mahasiswa. Di lain sisi, tekanan massa pada Ali
Moertopo, digunakan Soemitro untuk mendukung gerakan intelektual pengkritisi
kebijakan pemerintah. Soemitro menerima perwakilan para demontran untuk
berdialog mengenai kebijakan pemerintah, selain juga menghadiri rapat-rapat
akbar mahasiswa di kampus-kampus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Fakta-fakta di atas
dapat diperiksa dalam tulisan-tulisan Asvi Warman Adam (2007) yang juga
mengutip berbagai sumber lain, dan M.C.Riklef, Sejarah Indonesia Modern (2005).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<b><span style="line-height: 150%;">MELETUSNYA MALARI 1974</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Kedatangan Perdana
Menteri (PM) Kakuei Tanaka, 15-17 Januari 1974, langsung disambut dengan
demonstrasi besar mahasiswa. Sejak tanggal 15 gelombang demonstrasi membanjiri
Jakarta. Demonstrasi mahasiswa yang seharusnya murni, diwarnai dengan
kejadian-kejadian mengecewakan. Terjadinya pembakaran ratusan mobil dan sepeda
motor, perusakan bangunan-bangunan, termasuk penjarahan toko-toko. Mahasiswa
menolak dinyatakan sebagai dalang pengrusakan. Sementara isu lain berkembang
bahwa kelompok massa tertentu (bukan mahasiswa) sengaja digerakkan untuk
membuat Jakarta rusuh. Kejadian yang terjadi sejak 15 Januari itu membuat langit
Jakarta memerah karena kobaran api.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Kepungan 20.000
orang terhadap rumah-tamu PM Tanaka dan 5.000 orang di Istana Presiden, membuat
kepulangan Tanaka dilakukan lewat helikopter langsung menuju Bandara Halim
Perdana Kusuma. Kobaran api dan kepulan asap terlihat jelas dari atas helikopter,
di mana juga terdapat Presiden Soeharto.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Fakta ironis dalam
peristiwa ini, bahwa Pangkomkabtib Jenderal Soemitro baru turun tangan dua hari
setelah meletusnya peristiwa, yaitu 17 Januari. Semakin menambah kecurigaan
bahwa Soemitro memberi angin pada gerakan tersebut (Riklef;2005). Hariman
Siregar, Adnan Buyung Nasution, dan Mochtar Lubis adalah beberapa aktifis yang
ditangkap dan dipenjara. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Pasca kejadian
Malari, Soemitro dicopot sebagai Pangkomkabtib oleh Soeharto. Demikian juga Ali
Moertopo, yang dicurigai menggerakkan massa untuk merusak citra mahasiswa dan
memukul Soemitro sebagai penanggungjawab keamanan di ibu kota (Asvi Warman
Adam: 2007).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<b><span style="line-height: 150%;">MALARI DAN KAL-BAR 2012</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Soe Hok Gie dalam
kegelisahannya bertanya “kenapa sejarah manusia menjadi sejarah penindasan?”
Keprihatinan Gie sangat mendasar bila kita melihat perjalanan sejarah dunia
kita, khususnya Indonesia, ataupun Kal-Bar. Persaingan manusia, berbalut
keserakahan, dan kepentingan-kepentingan golongan terus mewarnai sejarah kelam
daerah ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Peristiwa Malari
dapat menjadi pelajaran kita di awal tahun 2012. Di mana di tahun ini kita akan
melaksanakan pesta demokrasi terbesar di Kal-Bar, Pilkada Kal-Bar dan juga
Pilwako Singkawang. Mengingat pengalaman pilkada sebelumnya yang banyak sekali
memainkan emosi kita. Hendaknya dalam pilkada selanjutnya kita dapat
benar-benar dapat menjadi dewasa, dengan belajar dari sejarah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Hendaknya para
calon pemimpin daerah bersaing dengan jujur, menunjukkan kualitasnya sebenarnya
di depan rakyat, mampu membawa massa pendukungnya untuk berlaku damai. Rakyat
Kal-Bar juga harus cerdas, tidak hanya memilih berdasarkan fanatisme sempit,
tidak mudah digerakkan dengan isu-isu yang justru memecah belah, dan melihat
calon pimpinan yang memaparkan visi-misi jelas bagi Kal-Bar, sesuai antara
idealisme (mimpi) dan realitas (kenyataan).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 35.45pt;">
<span style="line-height: 150%;">Bisa saja di masa
depan sejarah tidak lagi mengajarkan kepedihan, karena memang masa lalunya
benar-benar membahagiakan. Bila sejarah selalu melahirkan pahlawan dalam setiap
jaman, maka pahlawan masa sekarang ada di tangan kita. Jangan sampai sejarah
kelam terulang. Selamat berpemilukada dengan damai. (Michaster Minco)</span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-45816043698897745702011-09-06T00:07:00.001+07:002011-09-06T00:09:06.848+07:00India dan Indonesia Berdikari: Negara Maju Bangkrut!<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<i><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">“Lah, kalau Indonesia maju, siapa yang beli
barang Jepang, Eropa, dan Amerika?!” dalam sebuah percakapan dengan seorang
teman.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-S53k251S-R0/TmUBXsxeibI/AAAAAAAAAQw/TzfOeup7Aso/s1600/china-and-imperialism-cartoo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-S53k251S-R0/TmUBXsxeibI/AAAAAAAAAQw/TzfOeup7Aso/s320/china-and-imperialism-cartoo.jpg" width="224" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">"Dunia ibarat pizza" </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Demikianlah tercetus dalam diskusi
dengan seorang teman. Saya lalu berpikir, seperti apakah wajah dunia ini, bila
Indonesia berhasil maju dengan produk-produk anak negeri. Namun, saya ada
pesimis juga, melihat sejarah penjajahan dunia, yang rakus dan ganas. Siapa
yang beli produk negara maju, bila Indonesia sendiri berhasil maju? Pemikiran
itu, membawa saya menerawang, ke pelajaran-pelajaran sejarah yang pernah saya
dapat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Imperialisme
Kuno</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Ong Hok Ham, dalam kenangan
sahabat-sahabatnya, di buku Onze Ong, menuturkan setengah bercanda, bahwa
ibu-ibu turut berperan dalam menciptakan penjajahan dunia. Kenapa bisa
demikian?! Karena penjajahan awal, imperialisme, berasal dari kebutuhan dapur,
rempah-rempah. Harga barang tersebut di Eropa sangatlah tinggi, karena itu
bangsa-bangsa Eropa yang sedari dulu terlibat persaingan, berlomba-lomba menuju
pusat penghasil rempah-rempah di dunia Timur.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Saat itulah dimulai imperialisme
kuno (Abad 16), sebuah istilah yang nanti akan dibedakan dengan imperialisme modern,
atau bahkan neo-imperialisme. Bangsa-bangsa Eropa, lewat perusahaan-perusahaan
dagangnya berperang (misalnya EIC dan VOC) dan membagi-bagi wilayah dunia,
untuk memonopoli penjualan rempah-rempah saat itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Pada masa-masa ini belum dilakukan
secara luas pendudukan wilayah secara politis, atau membentuk koloni
(kolonialisme). Para pedagang Eropa baru berfokus pada membeli rempah-rempah
dengan harga murah dan memonopolinya. Sehingga beberapa sejarawan beranggapan
bahwa pada masa VOC berada di Nusantara belumlah dapat dikatakan Belanda
menjajah Indonesia, karena hubungannya adalah berdagang. Meskipun demikian,
tekanan-tekanan untuk mempengaruhi kebijakan para penguasa feodal (Raja) sudah
dilakukan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Bahkan Pemerintah Inggris menolak
membentuk koloni di daerah Sungai Congo, Afrika, yang jelas-jelas sudah
ditemukan potensinya oleh penjelajah dan ilmuwan Henry Morton Stanley di tahun
1874. Alasan pemerintah Inggris saat itu adalah tidak ingin menambah beban
pemerintahan Inggris dalam segi biaya. Ternyata pada masa itu, memiliki tanah
jajahan bukanlah sesuatu yang terutama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Imperialisme
Modern</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Perbedaan kebijakan imperialisme
menjadi berubah drastis, ketika Inggris kemudian negara Eropa lainnya berhasil
masuk ke tahap industri pada abad 18-19. Pergantian tenaga manusia ke tenaga
mesin benar-benar meningkatkan jumlah produksi, sehingga tercipta kondisi “<i>overweight production</i>” atau
“barang-barang surplus” pada negara-negara Eropa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Pada tahap inilah diperlukan
daerah-daerah untuk menjual kelebihan produksi tersebut, dan jaminan
ketersediaan bahan-bahan baku produksi di daerah-daerah luar Eropa, inilah yang
disebut imperialisme modern.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Bangsa-bangsa Barat berebut
mendirikan koloni di daerah baru di Afrika dan Asia. Pasar baru sangat
diperlukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di tanah Eropa. Maka dengan
kekuatan militer, pendekatan ekonomi, hingga budaya, bangsa-bangsa Eropa
berusaha memiliki daerah-daerah koloni atau jajahan. Sebagai sebagian contoh,
Indonesia menjadi milik Belanda, Malaysia, Singapura, dan India milik Inggris,
Cina dikuasai Jerman, Perancis, Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang.
Daerah-daerah di Afrika seluruhnya dibagi-bagi antar negara Eropa. Semuanya
demi tujuan meluaskan pasar, mendekatkan bahan baku industri, dan ketersediaan
tenaga kerja murah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Neo-Imperialisme</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Memasuki tengah abad 20,
negara-negara Eropa tak dapat memungkiri dasyatnya ide nasionalisme, demokrasi,
liberalisme, dan sosialisme. Hak manusia untuk memperoleh kebebasan, dan bebas
dari penjajahan terus dipertanyakan. Maka, negara-negara Eropa, Amerika
Serikat, dan Jepang, harus merelakan daerah-daerah koloninya untuk merdeka.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Lalu apakah masalahnya selesai?
Ternyata tidak, tetap ada permasalahan awal bagi negara-negara Eropa, Amerika
Serikat, dan Jepang yang kemudian disebut negara dunia pertama, atau negara
maju. Adanya “barang-barang surplus” atas hasil produksi mereka, kebutuhan
pasar yang luas, dan tenaga kerja yang murah. Maka, meskipun secara politis
kekuasaan negara maju sudah tidak ada, mereka masih mau dan terus menanamkan
pengaruhnya di bekas negara-negara koloni.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Inggris menyebut hubungan dengan
bekas koloninya sebagai “<i>Commonwealth</i>”.
Negara lain berusaha menanamkan pengaruhnya dengan memberi bantuan, ikatan
ekonomi dan moralitas, dalam bentuk uang dan pinjaman jangka panjang. Sehingga
bekas negara-negara koloni akan terus terikat dalam bentuk hutang yang selalu
ditawarkan, hingga akhirnya terbelit hutang dan tidak mampu membayarnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Sekarang…</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Coba lihat sekeliling kita, adakah
barang buatan Indonesia? Tusuk gigi yang ada di dekat saya, “<i>Made In China</i>”. Sepatu di sebuah rak,
buatan Amerika, demikian juga beberapa baju kemeja. Komputer saya buatan
Jepang, demikian juga sepeda motor. Sementara saya menonton televisi selama
satu jam, maka sepertiganya adalah iklan-iklan produk luar negeri ataupun
bersaham asing, yang menarik hati.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Buatan Indonesia?! Dulu ada mobil,
tapi ternyata bahan bakunya luar dalam dari Korea. Sekarang ada beberapa,
misalnya alat elektronik, tapi apakah sebagian besar bahannya dari Indonesia?
Atau sebagian besar modalnya Indonesia?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Saya kembali memikirkan diskusi
saya dengan seorang teman. Bila suatu saat, Indonesian dan India mampu mandiri
seperti China, berdiri di kaki sendiri… Maka negara-negara maju akan bangkrut!</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Hanya apakah itu akan direlakan
oleh negara maju?!</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Pontianak, 01 Mei 2011 (23:40)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Salam Hari Buruh Sedunia</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-88497265687490055732011-08-22T08:12:00.006+07:002011-08-22T08:20:51.273+07:00Indonesische Vereeniging 1925: Paling Indonesia!<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-ky332mDUIJk/TlGsk3AonsI/AAAAAAAAAQs/wgO1kMDeO6Q/s1600/PI+Perhimpunan+Indonesia.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-ky332mDUIJk/TlGsk3AonsI/AAAAAAAAAQs/wgO1kMDeO6Q/s320/PI+Perhimpunan+Indonesia.jpg" width="320" /></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: small; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Tak banyak yang mengetahui <i>Indonesische Vereeniging</i>, sebuah organisasi pergerakan pemuda awal, di era “Kebangkitan Nasional”, yang kemudian “mematenkan” namanya menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Perhimpunan Indonesia?! Nama yang terlalu umum untuk didengar, nama dengan dua kata yang “biasa” kita gunakan sekarang ini. Dalam sejarah pergerakan nasional pun, dua kata ini kalah populer dengan Budi Utomo, Sarekat Islam, <i>Indische Partij</i>, Taman Siswa, PNI (Marhaenisme), atau bahkan Partai Komunis Indonesia (PKI).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Padahal menurut sejarawan Sartono Kartodirjo, Manifesto Politik PI 1925 dengan penjabaran dan analisisnya, sudah melampaui makna Sumpah Pemuda 1928. Asvi Warman Adam, dalam “Seabad Kontroversi Sejarah”, juga membuka fakta bahwa ide-ide PI dalam majalah “Indonesia Merdeka” telah mengilhami para pemimpin pemuda, yang nanti akan merumuskan Sumpah Pemuda. Lebih jauh lagi, sejarawan G. Moedjanto menyatakan Manifesto Politik PI telah menjadi embrio pemikiran Soekarno, yang kemudian menggali ide dasar negara, Pancasila.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Bila dilihat dari namanya, memang Perhimpunan Indonesia terlalu sederhana, terlalu banyak digunakan berbagai komunitas. Yah, bagi kita di jaman sekarang! </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Namun, nama yang sekilas sederhana ini, merupakan nama pertama di dunia, bagi organisasi politik, yang menggunakan kata “Indonesia” sebagai pengertian sebuah bangsa dan negeri yang harus dilahirkan dunia ini.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
<a name='more'></a><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Dari <i>Indische</i> Ke <i>Indonesische</i> 1908-1922</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Pada saat itu, Indonesia belum dikenal, hanya ada di buku-buku ilmiah antropologi dan geografi di Eropa. Indonesia dikenal dengan Hindia-Belanda (<i>Indische</i>) atau India milik Belanda.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Pada awal awal abad 20, dengan berlakunya politik etis, semakin banyaklah pemuda Indonesia yang belajar di perguruan tinggi Belanda. Di sana, mereka membentuk <i>Indische Vereeniging</i> (Perhimpunan Hindia-Belanda), tahun 1908. Tujuan organisasi ini bersifat sosial, sebagai wahana berbagi pengalaman, pengetahuan, tentang masalah di Hindia-Belanda. <i>Indische Vereeniging</i> terbuka bagi mereka yang berasal dari Hindia-Belanda (pribumi maupun non pribumi yang menetap di Hindia-Belanda).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Di Belanda, para pemuda lebih dekat untuk mengetahui perkembangan situasi dunia, yang sedang gencarnya dengan gagasan nasionalisme. Pasca Perang Dunia I, ide Woodrow Wilson “menentukan nasib sendiri dan merdeka dari penjajahan”, telah menyala di kepala para pemuda Indonesia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Semakin matangnya para pemikir muda, seperti Iwa Koesoema Soemantri, Soekiman, Moh. Hatta, A. Soebardjo (semua pernah mengetuai PI), membuat <i>Indische Vereeniging</i> berganti nama menjadi <i>Indonesische Vereeniging</i> atau Perhimpunan Indonesia, tahun 1922. Peristiwa ini juga menandakan, untuk pertama kalinya istilah “Indonesia” dikenalkan sebagai entitas kebangsaan, dalam nama organisasi politik, dalam majalah PI yang berjudul “Indonesia Merdeka”, yang menjadi inspirasi para pemuda di Hindia-Belanda, dan membuat gusar para politisi Negeri Belanda.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Manifesto Politik PI 1925</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Berkumpulnya para intelektual muda Indonesia di Belanda, membuat diskusi-diskusi mereka semakin terarah pada kemerdekaan Indonesia, yang bagi mereka merupakan keharusan jaman.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Di saat penduduk Belanda, dan Hindia-Belanda, belum memikirkan tentang kemungkinan adanya sebuah negara Indonesia, Perhimpunan Indonesia mengeluarkan Deklarasi PI yang dimuat di majalah “Hindia Poetra”, tahun 1923,(menurut Van Niel tahun 1922). Isinya adalah:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">“Masa depan <b>bangsa Indonesia</b> semata-mata terletak pada adanya bentuk <b>pemerintahan yang bertanggung jawab kepada rakyat dalam arti sebenar-benarnya</b>… Setiap orang Indonesia <b>haruslah berjuang</b> demi tujuan ini… dengan <b>kekuatannya dan usahanya sendiri</b> (bebas dari bantuan asing, menurut sumber: Moh.Hatta, Memoir)… hanya dengan <b>Persatuan yang erat</b> di antara putra-putri Indonesia saja, yang dapat menuju ke arah tercapainya <b>tujuan bersama</b> (kesejahteraan sosial, menurut tulisan G. Moedjanto)”.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Yang menarik dari Deklarasi PI ini adalah penggunaan kata “Bangsa Indonesia”, hal ini jelas menunjukkan bahwa PI bercita-cita tentang sebuah negara baru, yaitu Indonesia. Negara yang dimaksud adalah negara demokrasi, yang dicapai dengan cara berjuang, menggalang persatuan, dengan kekuatan sendiri, bebas dari bantuan asing.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Deklarasi PI tersebut kemudian berkembang menjadi “Arah Dasar PI”, dan kemudian menjadi <b>Manifesto Politik PI 1925</b> yang isinya:</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Rakyat Indonesia semata-mata diperintah oleh pemerintah yang mereka pilih sendiri.</span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Dalam memperjuangkan pemerintahan sendiri diusahakan tanpa bantuan dari pihak manapun.</span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Untuk mencapai tujuan bersama itu, semua unsur perlu persatuan yang seerat-eratnya.</span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Manifesto Politik PI 1925 ini kemudian disebarluaskan di Eropa, dan perkumpulan pelajar dan mahasiswa dari negeri-negeri jajahan di Asia-Afrika. Dalam Kongres ke-6 <i>Liga Demokratie Internasional</i>, Agustus 1926 di Paris, Moh. Hatta tampil sebagai pembicara dan secara tegas menyatakan tuntutan kemerdekaan Indonesia. Pada Kongres Liga tahun 1927 di Berlin, PI mendapat dukungan dan simpati untuk kemerdekaan Indonesia dari peserta Kongres Liga.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Hal ini menyebabkan PI dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Belanda, di tuduh “dengan tulisan menghasut di muka umum untuk memberontak terhadap pemerintah”. Hatta dan kawan-kawan, Nazir Pamontjak, Abdulmajid Djodjoadiningrat, dan Ali Sastroamidjojo, dipenjara dari 10 Juni 1927 – 8 Maret 1928. Di mana pada saat pengadilan dan kemudian dinyatakan bebas, Bung Hatta sempat membacakan pidato pembelaannya yang berjudul “<i>Indonesia Vrij</i>” atau “Indonesia Merdeka”.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><b><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Perhimpunan Indonesia 1925: Paling Indonesia</span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Dengan tidak menyampingkan sejarah yang lain, seperti Budi Utomo dengan Kebangkitan Nasional 1908, dan Kongres Pemuda II dengan Sumpah Pemuda 1928, Manisfesto Politik PI 1925 memiliki makna yang teramat dasyat. Namun, entah kenapa sejarah PI begitu tenggelam.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Padahal setelah Budi Utomo mendirikan organisasi pertama, PI lah yang secara terang-terangan melahirkan makna “Indonesia” sebagai negara di masa depan. Berbeda dengan Budi Utomo yang bertujuan mensejahterakan kaum Jawa, atau Sarekat Dagang Islam yang melindungi para pedagang Muslim, atau <i>Indische Partij</i> yang berniat merombak Hindia-Belanda, Perhimpunan Indonesia benar-benar merangkum itu semua dengan kata “Bangsa Indonesia”.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Meskipun, Sumpah Pemuda begitu menggelorakan semangat persatuan nasional di kalangan pemuda Indonesia, harus disadari juga bahwa para penggagas Sumpah Pemuda membaca tulisan-tulisan PI di “Indonesia Merdeka” atau “Hindia Poetra” yang sudah berjuang lebih dahulu di kancah internasional.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Selain itu, Manifesto Politik PI 1925, tidak hanya memuat pentingnya persatuan nasional, tapi juga bentuk pemerintahan demokrasi, otonomi, dan swadaya (<i>principle of self-reliance</i>).</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Indonesia tak dapat dibangun hanya dengan persatuan saja, tapi juga kita harus mempertanyakan pemerintah yang demokrasi, prinsip otonomi yang menyejahterakan, dan kemerdekaan negara yang berharga diri. Semua itu, ada di dalam Deklarasi PI 1922 dan Manifesto Politik PI 1925.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">“Perhimpunan Indonesia 1925 Paling Indonesia!”.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Pontianak, 18 Mei 2011</span><br />
<span style="font-family: "Courier New"; font-size: 10pt; line-height: 150%;">M.S.M.V. </span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-51510691397031741172011-01-17T23:44:00.001+07:002011-01-17T23:48:07.918+07:00GAGALNYA KOMUNISME DI EROPA (KASUS POLANDIA DAN YUGOSLAVIA) [Bag.2]<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span lang="SV">"kembali lagi berbicara komunisme di Eropa..."</span></i><b><span lang="SV"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">Gagalnya Komunisme di Eropa</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Gejala komunis menggambarkan tragedi sejarah. Sebagai yang lahir dari idealisme yang tidak sabar, yang menolak ketidakadilan status quo, ia mengusahakan masyarakat yang lebih baik dan lebih manusiawi, tetapi menghasilkan penindasan massal<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a>. Demikianlah realita komunisme, terutama di Eropa, meskipun memiliki cita-cita luhur namun dalam penerapannya menggunakan kekuasaan untuk menekan potensi perlawanan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Komunisme bercita-cita terbentuknya komunisme internasional. Di mana seluruh dunia bersatu di bawah payung komunisme. Satu syarat utama terciptanya masyarakat komunis adalah hancurnya masyarakat kapitalis dengan alat-alat produksi yang mereka kuasai. Syarat tersebut mutlak, karena tidak mungkin kapitalis dan komunis dapat berdiri bersama. Kekuatan yang satu akan menghancurkan kekuatan yang lain.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Dalam ”ramalan” dialektika Karl Marx, kapitalisme dengan sendirinya akan menuju kehancuran. Kehancuran itu disebabkan oleh <i>over weight production</i>, yaitu kelebihan produksi akibat teknologi dan kebutuhan yang telah tercukupi. Meskipun demikian, bagi Marx dan pengikutnya proses kehancuran kapitalisme dapat dipercepat dengan revolusi. Revolusi komunis inilah yang pada abad 20 begitu maraknya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Dimulai dari revolusi proletar di Uni Soviet, kemudian pasca Perang Dunia II menyebar ke banyak negara. Negara-negara dunia ketiga, yang kesejahteraannya masih diperjuangkan, sangat potensial untuk mendapat pengaruh komunis. Eropa Timur dengan cepat mendapat pengaruh Uni Soviet. Negara seperti Polandia pun jatuh ke tangan komunis. Demikan pula Eropa bagian Selatan, seperti Serbia, Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Kosovo, Montenegro, Slovenia yang bersatu dalam Yugoslavia, menggunakan ideologi komunis.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Maraknya ideolodi komunis di dunia saat itu, bukan berarti ramalan Marx, tentang runtuhnya kapitalisme sudah berhasil. Negara-negara kapitalis tetap ada, bahkan masih sangat kuat untuk melawan pengaruh komunisme. Negara-negara kapitalis yang kuat juga adalah pemenang PD II, yaitu: Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan negara-negara Eropa Barat ditambah Jepang. Di dalam negara komunis pun pengaruh paham kapitalis masih cukup berpengaruh di kalangan borjuis dan aristokrat. Keadaan demikian disebabkan karena revolusi komunisme yang radikal dilakukan saat kapitalis sedang bangkit dan membangun kekuatan pula. </span><span lang="SV">Amerika Serikat berperan besar dalam pembangunan Eropa dengan Program Marshal dan Doktrin Truman<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a>. Selain itu kebudayaan Eropa memang cenderung ke liberal-kapitalis.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Didasari situasi dan kondisi demikian, maka penting bagi pemerintahan komunis di negara-negara Eropa untuk melakukan resistensi. Dalam taraf minimal paling tidak dapat mempertahankan ideologi komunis di negaranya. Sistem pemerintahan totaliterisme pun digunakan. Sistem otoritarian-diktator ini berguna untuk menekan kekuatan-kekuatan penentang di dalam sebuah negara. Selain itu pembangunan secara terencana dan terpusat pun dapat dijaminan pelaksanaannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Pemerintahan totaliter ini bukan tanpa masalah di dalam negara dan di dunia internasional. Pemerintahannya yang diktator menyebabkan munculnya kelompok-kelompok yang tidak puas dan ingin merubah <i>status quo</i>. Di samping itu, komunisme secara ideologi yang sistematis harus dipaksakan di setiap warga di negara tersebut. Padahal sebagai ideologi, komunis masih harus diperdebatkan kebenaran ilmiahnya. Komunisme bukanlah ideologi yang sudah mapan dan membudaya di Eropa. Komunisme meskipun sangat dikagumi rakyat kecil, tapi masih menjadi ideologi baru yang misterius.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Ketiga sebab utama tersebut: totaliterisme, ideologi yang belum mapan, dan konlik antar golonagn, yang meyebabkan kegagalan komunsime di Eropa. Di samping itu masih didorong faktor-faktor khas lain, yang menjadi karakter tiap negara. </span><span lang="SV">Pembahasan berikut akan melihat kasus runtuhnya komunisme di Polandia dan Yugoslavia berdasarkan teori di atas.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><b><span lang="SV">C.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span lang="SV">Runtuhnya Komunisme di Polandia</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Kita akan mencoba menganalisis runtuhnya komunisme di Polandia dilihat dari teori totaliterisme. Unsur-unsur pokok ide totaliterisme yang ada di Polandia adalah:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IT">1)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="SV">Suatu ideologi yang menjelaskan dunia, masyarakat manusia dan sejarah, merupakan ideologi yang harus ditaati, dipropagandakan dan diterima oleh semua warga negara. Dalam kasus Polandia unsur terdapat dalam ideologi komunisnya. Ideologi komunis adalah satu-satunya ideologi yang diperkenankan di Polandia. </span><span lang="IT">Semua warga negara harus mengikuti ideologi komunis tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IT">2)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="FI">Pemusatan kekuasaan sosial dan politik di tangan satu partai (biasanya didominasi oleh satu orang pemimpin). Pada kasus Polandia, Partai Komunis mendominasi pemerintahan dan parlemen. Kebijakan negara seakan-akan kebijakan partai. </span><span lang="IT">Pemimpin negara: Persiden dan Perdana menteri juga dari Partai Komunis.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IT">3)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IT">Intimidasi atas rakyat melalui ketidakpastian hukum dan teror politis yang sewenang-wenang. Di Polandia ini ditunjukkan saat para pendukung Partai Buruh-Solidaritas (anti komunis) ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintah pimpinan Jenderal Jeruzelski. Ketika para aktor intelektual penentang komunisme ditangkap, terpaksa perjuangan pihak anti-komunis dilakuklan secara gerilya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IT" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IT">4)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IT">Monopoli negara atas sarana-sarana informasi-komunikasi dan perekonomian yang terpusat dan kurang lebih terencana. Kebijakan-kebijakan menaikkan harga barang secara sepihak oleh pemerintah komunis Polandia membuktikan bahwa segala keputusan perekonomian ada di tangan pemeriuntahan komunis. Surat kabar pun yang diterbitkan oleh pemerintah komunis Polandia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Sistem yang totaliter tersebut tentu saja mendapat tentangan dari pihak yang merasa dirugikan. Rakyat Polandia kebanyakan merasa menderita dengan kebijakan ekonomi pemerintah komunis yang tidak kunjung menyejahterakan mereka. </span><span lang="SV">Barang-barang kebutuhan semakin mahal. Sementara kebebasan berpendapat mendapat larangan yang keras. Bila ada yang protes akan langsung menerima hukuman. Jelas saja muncul kelompok yang berusaha menggantuikan status quo partai komunis Polandia. Kelompok tersebut adalah Serikat Buruh Bebas, atau dikenal dengan nama Solidaritas. Kelompok ini merupakan kelompok buruh yang anti komunis dan merasa dirugikan dengan pemerintahan komunis. Seriukat buruh bebas ini akhirnya dapat menumbangkan pemerntahan komunis Polandia melalui sebuah perundingan. Pada pemilu sesudahnya bahkan dapat menguasai pemerintahan Polandia<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><b><span lang="SV">D.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span lang="SV">Runtuhnya Komunisme di Yugoslavia</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Kekhususan runtuhnya komunis di Yugoslavia disebabkan oleh disintegrasi di antara etnis-etnis yang ada di kawasannya. Akar-akar perbedaan yang sulit didamaikan mencakup kesombongan rasial dan kultural terutama di kalangan etnis besar sangat transparan dan sulit dikrompomikan. Kesombongan rasial dan kultural ini diperburuk lagi dengan adanya perbedaan agama dan pengalaman sejarah yang diwarnai oleh budaya saling balas dendam di antara etnis. Perbedaan itu semua dalam perjalanan sejarah tidak sempat menghasilakan ideologi perekat sebagai hasil konsensus bersama<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Berdasarkan sebab umum, totaliterisme dalam pemerintahan komunis, Joseph Broz Tito mencoba memaksakan ideologi komunis sebagai solusi tiadanya perekat di antara etnis yang majemuk. Namun, karena dipaksakan lewat pemerintahan yang sentralis, diktatoral dan kadang diskriminatif benih-benih perlawanan mulai muncul. Begitu Tito tutup usia, tidak ada pemimpin yang dapat diterima oleh semua pihak di Yugoslavia. Ideologi komunis yang sebelumnya sebagai perekat akhirnya mulai mencair, dan muncul sebagai semangat untuk saling membenci<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Kurang lebih 35 tahun Tito memimpin Yugoslavia. Ideologi komunis yang dipilih Tito sebagai ideologi pemersatu bangsa dengan harapan dapat merajut segala perbedaan jenis etnis (agama, budaya, bahasa, dll) ternyata hanya mampu menjamin stabilitas negara selama selama daya paksanya didukung oleh militer dan penguasa otoriter.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Dalam hal ideologi, komunis sebagai ideologi negara ternyata tidak disambut hangat oleh rakyat Yugoslavia. Komunisme ternyata masih menjadi ideologi elitis yang sulit dimengerti oleh rakyat kecil. Komunisme hanya dapat menjadi pengikat semu selam didukung faktor-faktor ekstern dan intern. Faktor intern adalah komunisme masih menjadi ideologi di banyak negara lain, khususnya Uni Soviet. Faktor intern adalah kediktatoran, dan sentralisme.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Konflik sendiri datang dari etnis-etnis yang merasa tidak puas dengan kepemimpinan pemerintah. Mereka menuntut memisahkan diri dari Yugoslavia. Hal tersebut tidak mustahil mengungat etnis-etnis tersebut pada masa lalu memang sebuah negara (atau kerajaan) yang merdeka. Hanya karisma Titolah dan harapan akan kesejahteraan dan keadilan yang membuat mereka bergabung dalam Yugoslavia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Dengan berbagai kebijakan yang ditempuh Tito selama berkuasa, yang ternyata masih meninggalkan sejumlah permasalahan bangsa yang kompleks dan sulit, maka tidak mustahil para penggantinya mengalami kesulitan untuk mencari jalan keluar. Kesulitan mencari penyelesaian yang berkepanjangan (sekitar 10 tahun sejak meninggalnya Tito) ternyata mengantar Yugoslavia ke jurang disintegrasi secara sigifikan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="IT">E. Realitas Kegagalan Komunisme</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Komunisme sekali lagi terbukti mengalami kegagalan. Ide-ide komunis yang idealis ternyata sulit direlisasikan pelaksanaannya. Karya-karya Karl Marx seperti Manifesto Comunism dan Das Capital masih terlalu rumit bagi rakyat kecil. Sedangkan di lain sisi, liberalisme-kapitalisme sudah membudaya sekian lama dalam kehidupan masyarakat Eropa.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Realitas di dunia pada akhir abad 20 terjadinya krisi umum komunisme. Krisis tersebut terlihat pada: terus menerus membelotnya negeri-negeri baru dari model yang dipengaruhi oleh Soviet; melemahnya posisi negeri-negeri komunis dalam persaingan ekonomi dengan demokrasi-demokrasi usaha bebas yang telah maju; disintegrasi blok soviet; menjengkelkannya kontrasiksi-kontradiksi komunisme dengan berkembangnya sosialisme monopolistis negara dan tumbuhnya militerisme; semakin parah ketidakstabilan di dalam negeri dan membusuknya perwujudan ekonomi dalam semakin tidak mampunya komunsime untuk menggunakan sepenuhnya kekuatan produktifnya</span><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></span></a><span lang="IT">.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Selain itu tingkat pertumbuhan produksi rendah, krisi periodik, kegagalan konstan dalam memanfaatkan kapasitas-kapasitas produksi dan pengangguran yang kronis. Intensifikasi reaksi politik di semua front yang belum pernah terjadi sebelumnya. Berdirinya tirani tirani pribadi di sejumlah negeri komunis dan krisi yang parah dalam kebijakan dan ideologi komunis.</span><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></span></a><span lang="IT"></span></div><div></div><div><b>Penutup</b></div><div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Maraknya ideolodi komunis di dunia saat itu, bukan berarti ramalan Marx, tentang runtuhnya kapitalisme sudah berhasil. Negara-negara kapitalis tetap ada, bahkan masih sangat kuat untuk melawan pengaruh komunisme. Negara-negara kapitalis yang kuat juga adalah pemenang PD II, yaitu: Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan negara-negara Eropa Barat ditambah Jepang. Di dalam negara komunis pun pengaruh paham kapitalis masih cukup berpengaruh di kalangan borjuis dan aristokrat. Keadaan demikian disebabkan karena revolusi komunisme yang radikal dilakukan saat kapitalis sedang bangkit dan membangun kekuatan pula. </span><span lang="SV">Amerika Serikat berperan besar dalam pembangunan Eropa dengan Program Marshal dan Doktrin Truman. Selain itu kebudayaan Eropa memang cenderung ke liberal-kapitalis.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Didasari situasi dan kondisi demikian, maka penting bagi pemerintahan komunis di negara-negara Eropa untuk melakukan resistensi. Dalam taraf minimal paling tidak dapat mempertahankan ideologi komunis di negaranya. Sistem pemerintahan totaliterisme pun digunakan. Sistem otoritarian-diktator ini berguna untuk menekan kekuatan-kekuatan penentang di dalam sebuah negara. Selain itu pembangunan secara terencana dan terpusat pun dapat dijaminan pelaksanaannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Pemerintahan totaliter ini bukan tanpa masalah di dalam negara dan di dunia internasional. Pemerintahannya yang diktator menyebabkan munculnya kelompok-kelompok yang tidak puas dan ingin merubah <i>status quo</i>. Di samping itu, komunisme secara ideologi yang sistematis harus dipaksakan di setiap warga di negara tersebut. Padahal sebagai ideologi, komunis masih harus diperdebatkan kebenaran ilmiahnya. Komunisme bukanlah ideologi yang sudah mapan dan membudaya di Eropa. Komunisme meskipun sangat dikagumi rakyat kecil, tapi masih menjadi ideologi baru yang misterius.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Ketiga sebab utama tersebut: totaliterisme, ideologi yang belum mapan, dan konlik antar golonagn, yang meyebabkan kegagalan komunsime di Eropa. Di samping itu masih didorong faktor-faktor khas lain, yang menjadi karakter tiap negara.</span></div><b> </b> <br />
<hr align="left" size="1" width="33%" />(HABIS, kapan2 nyambung lagi kiteee..) </div><div>Oleh: M. S. Mitchel Vinco</div><div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-64013646662347383052011-01-17T23:24:00.002+07:002011-01-17T23:28:07.920+07:00GAGALNYA KOMUNISME DI EROPA (KASUS POLANDIA DAN YUGOSLAVIA) [Bag.1]<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><i>"Kita akan berbicara tentang komunisme dahulu..."</i><b> </b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><b>Latar Belakang</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Dalam pandangan filsafat sejarah deterministis, sejarah seperti halnya manusia, berkembang seperti suatu organisme yang hidup, seperti dari benih yang tumbuh, berkembang dan akhirnya mati. Pandangan ini dikenal dengan determinisitis biologis-naturalistis<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a>. Bila kita perhatikan sejarah peradaban, terlihat bahwa pandangan ini benar adanya. Sejarah peradaban, dalam hal ini konteks kebudayaan, mengalami pertumbuhan, perkembangan dan kemudian kematian.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Menurut Arnold J. Toynbee (1889-1975), seorang sejarawan dari Inggris, kehancuran peradaban dapat dicegah dengan terus adanya manusia-manusia kreatif yang mampu menjawab tantangan jamannya. Yoynbee berpendapat selama ada <i>respon</i> terhadap <i>challenge</i> maka peradaban akan terus maju ke arah yang lebih baik<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Eropa dalam catatan sejarah peradaban merupakan benua yang paling produktif dalam segala bidang. Apakah hal tersebut dipengaruhi pencatatan sejarah Eropa yang sudah dilakukan sejak jaman Yunani Kuno (600-an SM)? Bisa jadi demikian. Tetapi faktanya adalah sejarah tentang Eropa merupakan catatan sejarah terlengkap hingga saat ini. Wajar saja benua ini menjadi terang akan masa lalu mereka, tentang kegagalan dan kesuksesan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Makalah ini tidak akan membahas peradaban Eropa dari awal hingga saat ini, tidak juga melihat peradaban Eropa dari sisi siklus-determinis. Terlalu luas jika akan membahas hal tersebut, terlebih lagi tidak maksimal manfaatnya jika seluruh sejarah Eropa akan dibahas dalam makalah singkat ini. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Pembahasan yang akan dikaji dalam kesempatan ini adalah Eropa pada periode pasca Perang Dunia II, atau lebih tepatnya saat Perang Dingin antara dua raksasa dunia: USSR (Uni Soviet) dan USA (Amerika Serikat). Bahkan akan lebih dipersempit lagi mengenai akhir dari pemerintahan komunisme di Eropa. Kasusnya juga akan lebih dipersempit yaitu: Polandia dan Yugoslavia.<br />
<br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Dilihat dari kasus runtuhnya komunisme, ketiga negara tersebut memang memiliki kekhasan tersendiri. Sehingga coraknya pun menarik untuk diamati. Uni Soviet sebagai negara utama pendukung komunisme dan tempat lahirnya komunisme. Polandia yang sebagai negara komunisme, ternyata tidak mampu menghadapi aksi mogok para buruh yang seharusnya menjadi tulang punggung komunisme. Sedangkan Yugoslavia dengan masalah kemajemukan etnis-etnis yang bertikai di negaranya. Secara khusus Yogoslavia memang ada kemiripan dengan Indonesia sebagai negara majemuk. Ada baiknya kita belajar dari sejarah Yugoslavia. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Semua negara komunis tersebut pada akhirnya rontok pada akhir abad 20. Secara de facto dan de jure, negara-negara tersebut masih ada, namun bentuk dan sistem pemerintahnya telah berubah total. Tidak ada lagi sistem pemerintahan komunisme dan bentuk pemerintahan diktator-otoriter.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">Komunisme: Teori, Idealisme dan Kritik</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Komunisme secara ilmiah dirumuskan oleh Karl Marx dalam <i>Manifesto Comunisem</i> (1848) dan <i>Das Capital</i>. </span><span lang="IT">Komunisme merupakan ideologi yang menjadi anti-tesis dari problematika di Eropa saat itu. Kapitalisme saat itu sudah dianggap menyengsarakan rakyat, terutama buruh pabrik. Sedangkan di satu sisi para pemilik modal terus meraup keuntungan tanpa mengeluarkan setetes keringat pun.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Pandangan-pandangan Karl Marx atau komunisme dapat digeneralisir antara lain adalah: 1) kerja dan keterasingan manusia; 2) masyarakat berkelas dan pembagian kerja; 3) materialisme dialektis dan historis; 4) perjuangan kelas dan negara; 5) teori tentang ekonomi dan ideologi</span><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></span></a><span lang="IT">.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="SV">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span lang="SV">Kerja dan Keterasingan Manusia</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Dalam ”<i>Economic and Philosophical Manuscripts</i>”, Marx menjelaskan bahwa dalam pekerjaannya manusia mengalami empat lapisan keterasingannya, yaitu: keterasingan dari hasil kerjanya, keterasingan dari tindakan berproduksi, keterasingan dari sesama manusia, dan keterasingan dari speciesnya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="SV">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span lang="SV">Masyarakat Berkelas dan Pembagian Kerja</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Dalam ”<i>The German Ideologi</i>”, Marx dan Engles mengatakan bahwa adanya pembagian kerja berarti adanya pertentangan kepentingan perorangan atau dan suatu keluarga dengan kepentingan bersama dari semua individu yang bergaul satu sama lain. Bagi Marx, pembagian kerja itu erat kaitannya dengan keterasingan manusia dengan pekerjaannya. Pembagian kerja dapat mengasingkan manusia dari sasarannya sebab pembagian kerja bekanlah sifat sosial yang instrinsik pada kerja itu sendiri, melainklan muncul dari egoisme untuk menghasilkan dan menukar barang sebanyak mungkin<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="FI">Kelas-kelas adalah kenyataan sosial yang tampak pada masyarakat. Tetapi ini tidak berarti pembagian kelas-kelas berdasarkan profesi dan pekerjaan. Bukan pula atas partai politik dan pandangan hidup. Kelas yang dimaksud Marx adalah berhubungan dengan penguasaan produksi. Sehingga akan tercipta klas-klas yang menguasai alat produksi dan yang tidak menguasai, maka terjadilah konflik antar kelas</span><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></span></a><span lang="FI">.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="SV">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span lang="SV">Materialisme Dialektis dan Historis</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Marx mengambil dua unsur dari Hegel yaitu: gagasan mengenai terjadinya pertentangan antara segi-segi yang berlawanan, dan bahwa semua terus berkembang tanpa henti. Namun, Marx menandaskan hukum itu berlaku dalam dunia materi, bahwa setiap benda atau keadaan, dalam tubuhnya sendiri menimbulkan segi-segi yang berlawanan, bertentangan satu sama lain, dan ini dinamakan kontradiksi. Pada akhirnya akan terjadi keseimbangan, tetapi akan berdialektika lagi, begitu seterusnya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a>. Ini yang dikenal sebagai materialisme dialektis</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Dalam materialisme historis, Marx lebih berbicara tentang arah perkembangan sejarah yang bukan ditentukan sepenuhnya oleh manusia, tetapi oleh perkembangan sarana-sarana produksi yang material<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="SV">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span lang="SV">Perjuangan Kelas dan Negara</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Terciptanya kelas-kelas atas dasar alienasi dan pembagian hasil produksi akan menimbulkan ketegangan antara dua kelas yang ada dalam masyarakat industri. Ketegangan meningkat sehingga menjadi permusuhan dan inilah yang disebut pertentangan kelas. Tidak dapat dihindari bahwa perjuangan kelas akan menghasilkan suatu masyarakat tanpa kelas. Dengan kata lain perjuangan kelas mutlak diperlukan untuk mewujudkan masyarakat komunisme.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Negara menurut Marx, menjadi alat pemegang kekuasaan untuk menindas kaum yanh tidak berkuasa. Negara pada jaman Marx, hanya mendatang keuntungan bagi kaum borjuis dan kapitalis. Negara macam itu menurut Marx harus lenyap<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="SV">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span lang="SV">Teori tentang Ekonomi dan Ideologi</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Teori ekonomi Marx ingin menunjukkan bahwa perkembangan sistem kapitalis memberi prasyarat menuju ke sosialisme-komunisme. Kapitalisme tidak dapat mempertahankan dirinya setelah bermacam-macam krisis. Pada saat itu tibalah para buruh bangkit dan mengambil alih kekuasaan, lalu menggunakan alat-alat produksi demi kepentingan umum.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Dalam soal ideologi Marx dengan penuh semangat menguraikan pentingnya peranan hidup individual atau kelompok. Gagasan-gagasan yang dihasilkan manusia bersifat ideologis, intinya menjaga dan membela kepentingan suatu kelas atau kelompok tertentu.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV"> Marx melihat dirinya sekadar menyuarakan gerakan historis yang akan mewujudkan kebebasan manusia dengan menyuratkan apa yang tersirat dalam proses historis, dan dengan demikian membantu tercapainya tujuan kelas buruh tersebut. Pada titik inilah warisan problematis Marx muncul. Teori-teori Marx yang problematis ibarat dua sisi pada mata uanga yang sama.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Di satu sisi, teorisasinya memang ”sengaja” bersifat problematis. Seperti terlihat dalam memadukan teori dan praktek. Di sisi lain, warisannya ”tanpa sengaja” juga bersifat problematis. Penolakannya terhadap leberalisme, kapitalisme dan sosialisme lain di luar teorinya, bersandar pada asumsi ganda yang masih rapuh. Pertama bahwa kapitalisme berada dalam proses keruntuhan. Kedua bahwa kaum proletar akan menjadi kelas hegemonik baru yang menciptakan tatanan komunis global. Apa yang terjadi jika bukti realitas menuju ke arah lain? Kapitalisme tidak runtuh dan kelas buruh enggan menerima kedudukan sebagai kelas penguasa?<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Ada beberapa pengkritik tajam Karl Marx pada abad 20, yaitu: Herbert Marcuse (1898-1979), Jurgen Habermas (1929-....) dan Franz Magnis Suseno. Berikut kritik mereka seperti yang diramu oleh Adisusilo dalam bukunya Sejarah Pemikiran Barat dari Klasik hingga Modern.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">Masyarakat Tanpa Kelas dan Negara</span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Menurut Marx bila masyarakat tanpa komunis telah terwujud maka tidak akan ada lagi kelas-kelas dalam masyarakat. Anggapan bahwa dalam masyarakat tanpa kelas, negara tidak diperlukan lagi tidaklah berdasar. Dalam hal ini Franz Magnis Suseno mengajukan tiga alasan. Pertama, negara tidak hanya sebagai alat pelindung kekuasaan, dalam hal ini kapitalis. Negara juga mempunyai fungsi positif, seperti mengatur bentukbentuk komunikasi sosial, menjamin kebutuhan masyarakat dan menwujudkan kesatuan masyarakat di mana masyarakat harus bersatu. Kedua, pandangan Marx bahwa masyarakat dalam masyarakat tanpa kelas tidak ada lagi penghisapan, pencurian, pemerkosaan dan kriminalitas. Menurut Magnis Suseno, kejahatan tidak semata-mata bersumber pada ketidakadilan dan kemiskinan. Oleh sebab itu, fungsi negara tetap dibutuhkan dengan lembaga-lembaga yang mendukung. Ketiga, Marx memahami masyarakat tanpa kelas sebagai kerajaan kebebasan manusia, di mana setiap orang dapat bekerja menurut selera dan kreativitasnya sendiri. Padahal di negara komunis pun ada pekerjaan-pekerjaan yang tidak enak dan tidak diminati tapi harus dikerjakan, seperti membersihkan parit, WC dan sampah.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></a></span></div><ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">Materialisme Historis</span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Pandangan Marx tentang produksi sebagai satu-satunya basis sejarah sulitlah dipertahankan. Sejarah jauh lebih rumit daripada hanya suatu perkembangan yang ditentukan oleh bidang produksi.</span></div><ol start="3" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">Ideologi</span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Bagi Marx kebenaran instrindik dari ideologi tidak penting dan tidak relevan dipersoalkan, karena bagaiman pun bentuk dari pakaiannya, hanyalah pantulan dari realitas yang mendasarinya. Yang lebih penting adalah fungsi dari ideologi itu, selain meligitimasikan kekuasaan penguasa atau golongan tertentu, ideologi dapat melegitimkan berbagai cara dan jalan dalam mengejar tujuan tertentu. Namun, perlu diperhatikan bahwa sulit diterima kebenaran instrinsik suatu ideologi tidak perlu dipersoalkan lagi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Demikianlah komunisme sebagai ideologi, dengan kekhasannya dan beberapa kekurangannya, mulai dianut negara-negara Eropa sebagai ideologi negaranya. Bermula dari Uni Soviet yang menjadi soko guru komunisme. Kemudian pasca Perang Dunia II, sebagai salah satu pemenang perang, Uni Soviet mulai secara gencar menyebarkan pengaruh komunisnya. Negara-negara Eropa Timur berhasil menjadi negara satelit Uni Soviet. Namun akhir abad 20, negara-negara tersebut pecah. Komunisme pun diambang kehancuran. Mengapa bisa demikian?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Setelah melihat sekilas ajaran komunisme dan beberapa kritik terhadapnya. Maka untuk memudahkan menganalisis, ada baiknya juga dikemukakan teori totaliterisme dan teori konflik. Pemahaman terhadap teori totaliterisme menjadi penting, karena pada realitasnya negara-negara komunis berkembang dengan bentuk negara totaliter bahkan diktator. Meskipun harus dilihat juga bahwa fakta yang ada tidak dapat digeneralisasi begitu saja. Negara-negara liberal dan demokratis pun ada juga yang totaliter, tetapi tidak pernah tampak secara langsung.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="SV">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span lang="SV">Teori Totaliterisme</span></b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></span></a><b><span lang="SV"></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Menurut Zbigniew Brzezinski (seperti dikutip Adisusilo) masyarakat totaliter mempunyai lima unsur pokok, yaitu:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">1)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="SV">Suatu ideologi yang menjelaskan dunia, masyarakat manusia dan sejarah, merupakan ideologi yang harus ditaati, dipropagandakan dan diterima oleh senua warga negara;</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI">2)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="FI">Pemusatan kekuasaan sosial dan politik di tangan satu partai (biasanya didominasi oleh satu orang pemimpin);</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">3)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="SV">Intimidasi atas rakyat melalui ketidakpastian hukum dan teror politis yang sewenang-wenang;</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IT">4)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IT">Monopoli negara atas sarana-sarana informasi dan komunikasi;</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">5)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="NO-BOK">Perekonomian yang terpusat dan kurang lebih terencana.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="SV">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span lang="SV">Teori Konflik</span></b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6735655419866292273#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></span></span></span></a><b><span lang="SV"></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Dalam tulisannya Ralf Danrendorf (seperti dikutip Adisusilo) sistem sosial mempunyai ciri-ciri konflik, sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">1)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="SV">Sistem sosial senantiasa berada dalam keadaan konflik;</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">2)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="SV">Konflik tersebut disebabkan oleh adanya kepentingan-kepentingan yang berbeda atau bertentangan yang tidak dapat dicegah dalam struktur sosial masyarakat;</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">3)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="SV">Kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan mencerminkan perbedaan distribusi kekuasaan di antara kelompok-kelompok yang berkuasa, yang cenderung mempertahankan status quo dari kelompok yang dikuasai, yang berusaha merubah status quo;</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">4)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="SV">Kelompok-kelompok itu cenderung berpolarisasi dalam dua kelompok yang saling bertentangan;</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">5)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="SV">Penyelesaian konflik dapat menghasilakan konsensus, namun didalamnya sering terkandung kepentingan baru yang saling bertentangan sehingga dalam kondisi tertentu akan menimbulkan konflik baru.</span></div><div><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /></div><div>BERSAMBUNG ...<br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-56560576740468777362010-12-04T18:08:00.001+07:002010-12-04T18:11:44.861+07:00REVOLUSI INDONESIA DALAM MEMPEROLEH KEMERDEKAAN (II)<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify;"><i>"...nyabung lagi ni, dari tulisan sebelumnya..."</i> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify;">B. Situasi di Sekitar Revolusi Kemerdekaan Indonesia</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Setelah mendapat kemenangan terus-menerus sejak Jepang menyerang Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941 dan merebut wilayah dari Burma sampai Pasifik Barat Daya, Jepang menderita kekalahan besar yang pertama dalam pertempuran Laut di dekat Pulau Midway pada bulan juni 1942. Jepang terus-menerus mengalami kemunduran sejak mulai direbutnya Pulau Guadalcanal di Kepulauan Solomon oleh Sekutu, sampai jatuhnya Pulau Saipan. Jatuhnya Pulau Saipan merupakan suatu kekalahan yang sangat besar bagi Jepang, karena Pulau ini sangat strategis letaknya dan merupakan pusat pertahanan depan kepulauan Jepang. Jatuhnya Saipan menyebabkan krisis politik di Jepang yang menjatuh kabinet Tojo dan diangkatnya Jendral Koiso menjadi Perdana Menteri.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Sementara itu keadaan di Indonesia telah menjadi sangat sulit. Tindakan-tindakan pemerintah militer Jepang, pengerahan romusha, ditambah lagi dengan panen yang gagal pada tahun itu, menyebabkan rakyat semakin menderita, sedangkan jumlah padi yang harus diserahkan kepada pemerintah Jepang tidak dikurangi. Keadaan dalam negeri yang semakin memburuk, menyebabkan harga makanan naik, sedangkan beras saja sangat sulit didapat. Seperti yang diungkapkan Aboe Bakar Loebis dalam bukunya Kilas Balik Revolusi : </div><div class="MsoNormal" style="margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><span style="font-size: 11pt;">Dengan meningkatnya harga bahan makanan, sedangkan biaya pemondokan tidak dinaikkan, maka kualitas makanan yang disediakan makin lama makin buruk, sehingga hampir tidak dapat dimakan. Ketika pemerintah pendudukan Jepang menganjurkan supaya rakyat makan bekicot sebagai pengganti daging, di asramapun disajikan masakan bekicot ( Loebis, 1992 : 58 )</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><span style="font-size: 11pt;"><a name='more'></a> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Hal tersebut menimbulkan ketidakpuasan dikalangan masyarakat Indonesia pada umumnya, dan menyebabkan pemberontakan rakyat di berbagai tempat. Dalam keadaan demikian Jepang menyadari, jika ingin mendapat bantuan dan kerjasama rakyat dalam mempertahankan Indonesia terhadap serangan Sekutu, maka kepada rakyat Indonesia harus diberikan atau setidak-tidaknya dijanjikan sesuatu yang memenuhi aspirasi rakyat, yaitu kemerdekaan.</div><div class="MsoBlockText" style="margin-left: 0cm; text-indent: 21.3pt;">Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Jepang Jenderal Koiso Kuniaki mengumumkan di depan parlemen Jepang bahwa akan memberikan kemerdekaan pada Indonesia di kemudian hari. Pernyataan ini merupakan perubahan sikap yang besar, mengingat sejak semula Jepang tidak ingin membebaskan Indonesia dari kekuasaannya. </div><div class="MsoBlockText" style="margin-left: 0cm; text-indent: 21.3pt;">Dampak dari keluarnya pernyataan dari Perdana Menteri Koiso menyebabkan terjadi perseteruan di dalam pemerintahan Jepang sendiri. Pernyataan P.M. Koiso mengenai kemerdekaan Indonesia hanya didukung oleh tentara Jepang, sedangkan angkatan laut menolak, dengan alasan bahwa bangsa Indonesia masih terlalu terbelakang dan pendidikannya masih rendah, sehingga tidak mungkin untuk diberi kemerdekaan.</div><div class="MsoBlockText" style="margin-left: 0cm; text-indent: 21.3pt;">Reaksi berbeda terjadi di Indonesia, pemimpin-pemimpin Indonesia pada umumnya menyambut hangat pernyataan itu, walaupun kelak dikemudian hari janji tersebut menjadi sangat samar. Dengan adanya pernyataan Koiso, bendera merah putih boleh berkibar lagi dan lagu Indonesia Raya sudah bisa berkumandang di tiap sudut rumah. Para cendikiawan Indonesia lebih mengartikan sebagai bolehnya berbicara tentang kemerdekaan secara terbuka, sehingga semangat kemerdekaan tersebar luas di semua pelosok tanah air. </div><div class="MsoBlockText" style="margin-left: 0cm; text-indent: 21.3pt;">Para pemuda kemudian berkumpul membentuk kelompok-kelompok nasionalis dan anti Jepang. Awalnya kelompok-kelompok ini terdiri dari kawan-kawan dekat, kemudian terjadi hubungan yang luas antara berbagai kelompok pemuda. Mereka kerap kali berkumpul membicarakan dan membahas soal-soal yang menyangkut dengan keadaan perang umumnya, keadaan dalam negeri, cita-cita kemerdekaan, dan bagaimana caranya mencapai kemerdekaan cita-cita itu.</div><div class="MsoBlockText" style="margin-left: 0cm; text-indent: 21.3pt;"> Kegiatan-kegiatan nasionalis anti Jepang yang dilakukan pemuda Indonesia tidak dimaksudkan untuk melakukan perlawanan bersenjata terhadap Jepang. Namun, gerakan pemuda –pemuda tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan diri menghadapi kemerdekaan, jika Jepang sudah kalah dan peperangan selesai. Untuk itu perlu diketahui betul bagaimana jalannya peperangan, perkembangan keadaan di dalam dan di luar negeri dan sebagainya. Pengetahuan ini disebar luaskan diantara kelompok-kelompok pemuda dan juga diberi pengarahan bagaimana menafsirkan perkembangan yang berjalan demi perjuangan kebangsaan dan kemerdekaan. </div><div class="MsoBlockText" style="margin-left: 0cm; text-indent: 21.3pt;">Pada bulan Februari 1945 terjadi sesuatu yang sangat menggemparkan dan mengejutkan Jepang. Pada tanggal 12 Februari kesatua PETA di Blitar memberontak. Sebenarnya pemberontakan direncanakan untuk meletus di beberapa kota lain, tapi kenyataannya pemberontak hanya terjadi pada kesatuan PETA Blitar, karena kecilnya pemberontakan yang dilakukan maka mudah sekali ditumpas Jepang. Walaupun gagal, pemberontakan ini berhasil menimbulkan kecemasan besar di kalangan Jepang.</div><div class="MsoBlockText" style="margin-left: 0cm; text-indent: 21.3pt;">Untuk meyakinkan rakyat Indonesia bahwa pemerintah Jepang benar-benar ingin memberi kemerdekaan, maka pada tanggal 1 Maret 1945 dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang terdiri atas wakil-wakil Jepang dan tokoh-tokoh Indonesia. Pembentukan badan penyelidik sama sekali tidak memuaskan rakyat, khususnya pemuda, karena terkesan buatan Jepang dan merupakan “boneka” yang bebas digerakkan Jepang. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Jepang selalu berusaha mengambil keuntungan propaganda dari pernyataan Koiso. Keinginan pemerintah Jepang adalah agar rakyat Indonesia kembali mengakui kebaikan hati Jepang. Tetapi keinginan Jepang menjadi sangat cocok dengan pribahasa “ bertepuk sebelah tangan “. Para pemuda sangat pandai dalam memanfaatkan kepercayaan Jepang yang ingin melakukan propaganda. Beberapa kesempatan propaganda Jepang terbukti berhasil diputarbalikkan oleh gerakan pemuda. Misalnya pada tanggal 12 Mei 1945 akan diadakan rapat pemuda di gedung bioskop Decca Park, di Jalan Merdeka Utara. Dalam rapat tersebut Jepang ingin membuat film yang menun jukkan bagaimana pemuda Indonesia berterima kasih kepada Jepang dan akan menyokong usaha perang Asia Timur Raya. Maka Nasrun Iskandar ditugaskan untuk berpidato. Ketika tiba gilirannya, Nasrun berpidato dan mengatakan dengan lantang, “ bahwa pemuda Indonesia menuntut kemerdekaan sekarang juga, dan tidak di kelak kemudian hari, Indonesia berdaulat berbentuk negara republik kesatuan “ (Loebis, 1992 : 81). Jelas usaha pihak Jepang untuk mempropaganda bangsa Indonesia, khususnya para pemuda, menjadi serangan balik yang sangat merugikan pihak Jepang. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Masalah mengenai kemerdekaan Indonesia semakin sering menjadi topik perbincanganan di kalangan rakyat Indonesia. Mula-mula secara diam-diam, dan setelah pernyataan Koiso diumumkan, pembicaraan menjadi terbuka. Keadaan perang sudah jelas mengarah kepada kekalahan Jepang, dan makin majunya gerakan militer pihak Sekutu makin mendesak soal kemerdekaan bagi Indonesia.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Di pihak Jepang sendiri telah diambil putusan pada bulan Juli untuk memberikan kemerdekaan kepada daerah bekas jajahan Belanda. Putusan yang diambil kemudian diteruskan kepada panglima daerah Selatan, Marsekal Terauchi, yang diperintahkan segera melakukan persiapan pelaksanaan kemerdekaan itu. Maka semakin dekatlah terjadinya revolusi Indonesia.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify;">C. Meletusnya Revolusi Kemerdekaan Indonesia</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Kemerdekaan sudah tidak dapat ditunda lagi, cepat atau lambat bangsa Indonesia tetap akan menuntut kemerdekaan, dengan jalan diplomatis atau “darah” sekalipun rakyat siap. Melihat keadaan tersebut maka sehari sesudah Hiroshima diserang dengan bom atom pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang mengumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerekaan Indonesia (PPKI) dalam bahasa Jepang berarti<i> Dokuritsu Junbi Inkai</i>. </div><div class="MsoBlockText" style="margin-left: 0cm; text-indent: 21.3pt;">Pada tanggal 8 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Dr. Radjiman secara rahasia pergi ke Saigon untuk menemui Jendral Terauchi. Tanggal 11 Agustus 1945 Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta resmi dilantik menjadi Ketua dan Wakil Ketua PPKI. Keinginan Soekarno-Hatta untuk melakukan gerakan revolusioner besar-besaran sudah sangat memungkinkan, dengan dilantiknya mereka berdua. Impian untuk menggabungkan berbagai kekuatan legal di bawah Soekarno-Hatta dan gerakan bawah tanah dalam usaha mendirikan negara Indonesia yang merdeka, tidak lama lagi akan tiba. Namun, sekembalinya Soekarno-Hatta pada tanggal 14 Agustus, berbagai peristiwa yang berlangsung cepat dan mengejutkan telah terjadi. Empat hari sebelum kedatangan mereka, tanggal 10 Agustus Jepang telah menyerah kepada Sekutu, suatu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Soekarno, telah terjadi begitu cepat, padahal seharusnya menurut rencana akan diadakan rapat PPKI pertama tanggal 18 Agustus 1945.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Keadaan telah berubah, Pemerintah Jepang yang menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia sudah kalah oleh sekutu. Dalam kondisi demikian, Hatta dan Syahrir mendesak supaya Soekarno memproklamasikan kemerdekaan secepat-cepatnya, atas nama bangsa Indonesia tanpa melalui PPKI, karena PPKI adalah ciptaan Jepang. Usul itu disetujui para pemuda yang tidak ingin negara Republik Indonesia nanti dicap bikinan Jepang. Namun, Soekarno berpendapat lain,hal terpenting sebelum memproklamasikan kemerdekaan Indonesia adalah untuk mengetahui perkembangan Internasional yang sedang berjalan, apakah Jepang sudah menyerah atau belum.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Para pemuda tidak sabar dengan sikap Soekarno yang terlalu berhati-hati dalam bertindak, padahal sangat jelas bahwa Jepang sudah menyerah. Namun, para pemuda Nasionalis sadar sekali bahwa proklamasi kemerdekaan harus diumumkan oleh Soekarno agar bisa mempengaruhi seluruh negeri. Para pemuda kemudian melakukan rapat yang keputusannya adalah mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan hari itu juga, tanpa pengaruh dari PPKI bentukan Jepang, tetapi Soekarno tidak bersedia mengumumkan proklamasi Indonesia sebelum yakin bahwa Jepang sudah mengalami kekalahan. Oleh karena itu, pada tanggal 15 Agustus sebuah kesatuan tentara Indonesia yang di tempatkan di dekat Jakarta dan beberapa pemuda menculik Soekarno, Hatta beserta Ibu Fatmawati dan membawanya ke Markas Garnisun yang terletak di Rengasdengklok untuk meyakinkan mereka, bahwa proklamasi harus dilaksanakan secepat-cepatnya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Pagi tanggal 16 Agustus Achmad Soebardjo berhasil membujuk para pemuda untuk membebaskan Soekarno-Hatta. Sebagai jalan tengahnya, maka Achmad Soebardjo mengusulkan akan diadakan sidang konstitusi yang akan membahas proklamasi Indonesia hari ini juga. Mengenai tempat, Achmad Soebardjo mengusulkan kediaman Laksamana Maeda, seorang Jepang, dengan jaminan terhindarnya dari serangan yang bisa saja dilakukan tentara Jepang. Tetapi para pemuda tetap tidak mengijinkan Laksamana Maeda turut campur dalam sidang, perannya hanya sekedar memfasilitasi sidang.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Dalam sidang yang bertempat di kediaman Laksamana Maeda, diputuskan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilakukan pada esok harinya, tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10 pagi di lapangan Ikatan Atletik Indonesia atau lebih dikenal dengan nama lapangan Ikada. Tetapi oleh karena ada kemungkinan timbul bentrokan dengan pasukan-pasukan Jepang yang terus berpatroli, maka akhirnya diputuskan untuk melakukan upacara itu di rumah Soekarno, jalan Pengangsaan Timur 56. Karena masih khawatir, kalau Jepang tetap berusaha menggagalkan, maka di Asrama Parapatan diadakan upacara paralel, untuk mengelabuhi Jepang. Tepat pada waktu naskah proklamasi dibacakan di Pengangsaan Timur, hal yang sama dilakukan di asrama Parapatan, lengkap dengan penaikan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Tepat pada pukul 10 pagi, tanggal 17 bulan Agustus tahun 1945, ditengah pengawasan tentara Jepang Soekarno atas nama bangsa Indonesia membacakan teks proklamasi yang menyatakan kemerdekaan Indonesia. Dengan ini revolusi yang telah berlangsung selama 3 tahun (1942-1945) dalam ketegangan, dalam gerakan untuk mengejar cita-cita kemerdekaan tanpa kenal lelah, telah mencapai klimaksnya. Tercapailah impian seluruh rakyat akan kebebasan tanpa penjajah, hidup dengan pilihan sendiri, hidup dalam negara merdeka, berdaulat, adil dan makmur.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">M. S. Mitchel Vinco<br />
(Guru Honorer)</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-14338842203952121542010-10-31T00:04:00.001+07:002010-10-31T00:05:11.196+07:00REVOLUSI INDONESIA DALAM MEMPEROLEH KEMERDEKAAN ( I )<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><i>"Tulisan pertama saat kuliah, idealisme tertuangkan 'tuk pertama kali"</i><b><br />
</b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><b>Latar belakang</b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Revolusi adalah sebuah perubahan dalam kurun waktu yang singkat dan terjadi dengan proses yang cepat. Revolusi merupakan gambaran dari keinginan terbesar individu maupun kelompok, dalam konteks ini adalah bangsa, untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuan gerakan revolusi itu sendiri. Oleh karena itu, sebuah pergerakan revolusi selalu diwarnai dengan pertentangan, perpecahan, yang kemudian mengarah kepada kekerasan. Hal tersebut dikarenakan tidak semua pihak siap menerima perubahan yang sedemikian cepat, dan tentu akan mempengaruhi berbagai bidang dalam kehidupan.</div><div></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">“ Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan “ ( Pembukaan UUD 1945 ) Oleh sebab itu, keinginan untuk merdekanya sebuah bangsa tidak dapat ditunda-tunda, terlebih lagi oleh negara yang ingin memperoleh kemerdekaannya itu. Tetapi dalam kenyataanya, dalam memperoleh kemerdekaan tidak hanya hasil dari keputusan satu pihak. Untuk memperoleh kemerdekaan secara sah, suatu negara yang ingin merdeka haruslah mendapat pengakuan <i>de yure</i> dari negara-negara lain di dunia, karena pengakuan secara <i>de facto</i> belumlah cukup. Tidak jarang dalam usaha merebut kemerdekaan, sebuah negara harus berjuang secara fisik untuk mendapat pengakuan dari negara-negara lain. Namun, tidak sedikit pula yang menggunakan jalur diplomatis, selain juga berjuang secara fisik.</div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Revolusi dan kemerdekaan sangat erat kaitannya, karena suatu proses kemerdekaan kebanyakan diperoleh melalui perubahan yang cepat dan mendasar. Pemanfaatan situasi dan kondisi juga membawa pengaruh dalam sebuah proses revolusi. Revolusi prancis dan revolusi perbudakan di Amerika Serikat merupakan contoh sebuah pemanfaatan situasi dan kondisi dalam memperoleh kemerdekaan yang membawa perubahan mendasar dan cepat..</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Indonesia termasuk sekelompok kecil bangsa “ dunia ketiga “ yang memperoleh kemerdekaannya bukan sebagai pemberian dari penjajah kepada bangsa terjajah, ataupun sebagai hasil suatu proses damai belaka. Sebaliknya, kemerdekaan Indonesia diraih melalui sebuah perjuangan panjang dan berat yang mencapai puncak saat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia padsa tanggal 17 Agustus 1945. Bahkan, sesudah proklamasi itu pun, bangsa Indonesia masih harus mengadakan perjuangan fisik selama <span style="font-family: Symbol;">±</span> 5 tahun lagi dalam mempertahankan kemerdekaan yang diproklamasikan itu.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Kemerdekaan Indonesia adalah sebuah revolusi, karena kemerdekaan Indonesia terjadi secara cepat dan mendasar. Dalam usaha pencapaian kemerdekaannya, berbagai cara digunakan bangsa Indonesia. Mulai dari perlawanan fisik, hingga perjuangan diplomatis untuk mendapat bantuan dan pengakuan dari negara lain. Korban sudah menjadi hal yang biasa dalam usaha itu, tapi menjadi tidak biasa jika bangsa Indonesia gagal memperoleh kemerdekaannya. Kondisi negara dan tepatnya waktu juga tidak dapat dilupakan dalam pencapaiaan revolusi ini. Walaupun ada nuansa keberuntungan, tapi kemampuan para tokoh untuk memanfaatkan waktu tersebut harus diperhitungkan. </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Revolusi kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia, karena menyangkut masa depan Indonesia saat ini. Bayangkan, jika tidak ada revolusi kemerdekaan, apa yang terjadi dengan bangsa Indonesia saat ini, mungkin saja saat ini Indonesia masih dalam kekuasaan penjajah. Dengan adanya revolusi kemerdekaan, maka mulai terbukalah kesempatan bangsa Indonesia untuk mengatur negara sendiri tanpa campur tangan pihak lain.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Revolusi kemerdekaan dapat dijadikan contoh dari sebuah kisah nyata yang menggambarkan tekad dan semangat untuk meraih impian walau sesulit apapun. Rakyat Indonesia dalam kondisi yang tertekan dari segala pihak, baik jepang maupun sekutu, masih memiliki tekad kuat untuk merebut kemerdekaan. Munculnya tokoh-tokoh pergerakan Nasional semakin mempertebal jiwa patriotisme rakyat Indonesia. Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Syahrir, A. Soebardjo, Bung Tomo, adalah segelintir tokoh pergerakan Nasional yang mampu membakar semangat rakyat Indonesia pada saat itu. Bahkan, hingga saat ini pengaruh para tokoh tersebut masih sangat terasa dalam kehidupan, dapat ditunjukkan dengan munculnya partai-partai, maupun lembaga-lembaga yang menjunjung tinggi para tokoh tersebut.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><b>Dibalik Munculnya Gerakan Revolusi Kemerdekaan Indonesia</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Bangsa Belanda telah mengeksploatasi Indonesia secara ekonomis selama berabad-abad. Hasil alam Indonesia diambil dan hasil penjualannya menjadi milik pemerintah piusat Belanda. Kolonialisme dan imperialisme sudah menjadi hal wajar bagi bangsa Belanda sendiri. Mereka lupa atau mungkin tidak berniat untuk mengetahui apa yang rakyat Indonesia rasakan. Para penguasa Belanda yang tinggal di Indonesia berabad-abad lamanya, telah memperdaya diri sendiri dengan kepercayaan bahwa pemerintah kolonial-paternalisme mereka berbeda dengan yang diterapkan Spanyol, Portugis dan bahkan Inggris. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa bangsa Indonesia pada umumnya sangat menghargai pemerintahan dari negeri Belanda dan membalas dengan sikap baik, seperti yang diperlihatkan oleh para pegawai pemerintah kolonial berkebangsaan Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Memang benar, sebelum bangsa Belanda masuk, bertahun-tahun lamanya keadaan dalam negeri Indonesia diisi dengan pertentangan penduduk, perselisihan antar desa maupun daerah. Tidak jarang terjadi pertumpahan darah, sehingga akan merugikan kedua belah pihak. Kedatangan pemerintahan asing yang kuat, terpusat, dan tidak memihak, benar-benar disambut oleh rakyat Indonesia. Dengan adanya pemerintahan tersebut, hukum dan tata tertib dapat dipulihkan, sehingga bercocok tanam dan beternak bisa berlangsung dalam kondisi damai. Tetapi dibalik itu semua, Belanda menutup mata terhadap semakin melaratnya rakyat. Perekonomian rakyat menjadi tidak diperhatikan, karena pemerintah kolonial mengijinkan ekspor bahan mentah yang didapat dari Indonesia, demi keuntungan dan peningkatan kekayaan negeri induk. </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Pembangunan memang terjadi pada masa pemerintahan kolonial, dapat terlihat dengan meningkatnya jumlah sekolah, rumah sakit, jalan yang bersih, dan persediaan air minum turut memenuhi tuntutan kesehatan dan kecerdasan bangsa Indonesia. Namun, kebanyakan dari fasilitas itu hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu saja, bangsa Eropa jelas menjadi prioritas terdepan dalam menggunakan berbagai fasilitas tersebut, kemudian baru giliran para bangsawan dan pejabat pemerintahan berkebangsaan Indonesia. </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Pemberlakuan hukum pada pemerintahan kolonial juga terjadi ketimpangan. Hukum sudah berjalan dengan peraturan dan sanksi yang jelas, hanya saja dalam penerapannya bangsa Belanda masih memberlakukan pembedaan formal antara golongan Eropa,<i> Inlander</i> (pribumi), dan golongan timur jauh (Arab, Cina, India). Pembedaan ini tidak semata-mata rasialistis, karena diperbolehkan menurut hukum bagi orang-orang yang berminat untuk mengubah rasnya. Orang-orang Indonesia yang telah mengganti rasnya menjadi golongan Eropa, dan benar-benar dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan Eropa, diperlakukan sebagai orang Eropa. Namun, pembedaan-pembedaan itu tetap berlangsung demi menjaga kelestarian orang Eropa. Misalnya seperti yang terdapat pada kolam renang di Cikini, diberi tanda verboden<i> voor inlanders en hoden</i> yang berarti pribumi dan anjing dilarang masuk.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Pembedaan rasial tercermin pula dalam kehidupan kota, dimana terjadi pembagian tempat yang tetap saja menomor buntutkan bangsa pribumi. Bangsa Belanda mendiami tempat dengan kantor-kantor pemerintahan, kantor-kantor bisnis besar, taman-taman, vila dan kebun-kebunnya. Orang-orang Indonesia yang seharusnya berada pada posisi mayoritas tinggal di kampung-kampung, daerah padat yang rumah-rumahnya tidak permanen, kumuh dan tersembunyi dari jalan-jalan besar.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Jelas sekali pengeksploatasian perekonomian dilakukan pihak Belanda secara sadar demi keuntungan sepihak, ditambah tindakan diskriminasi yang dialami rakyat pribumi, menjadikan rakyat Indonesia tersadar. Nasionalisme dengan tujuan ingin mempunyai pemerintahan sendiri secara bertahap dan nyata mulai mengobarkan rakyat.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Perlawanan bersenjata bangsa Indonesia dimulai, kemenangan dan kekalahan mewarnai usaha perjuangan Indonesia. Tetes darah menjadi taruhan dalam peperangan. Namun, kemenangan tidak juga berhasil diraih secara penuh. Perlawanan bersenjata Indonesia menjadi terbengkalai setelah jatuhnya kerajaan mataram dan kerajaan lainnya sekitar tahun1830-an. Tetapi nasionalisme sebagai faktor perlawanan terhadap pemerintah asing tetap hidup dan membara. Hal itu terlihat ketika Budi Utomo dengan prinsip nasionalismenya berdiri pada tahun1908. sarekat islam kemudian menyusul pada tahun 1911, munculnya sarekat islam karena kaum intelektual Indonesia membutuhkan badan yang lebih luas, juga untuk melindungi iman islam penduduk dan memajukan kecerdasan bangsa Indonesia. Tahun 1930-an merupakan dasawarsa meningkatnya aktivitas anti-kolonial Belanda, kebanyakan pelajar melakukan perlawanan politis terhadap pemerintah Belanda. Berdirinya PNI pimpinan Soekarno menjadi ancaman bagi Belanda, konsekuensinya adalah dengan ditangkapnya Soekarno. Perlawanan pasca ditangkapnya Soekarno mulai meredup, itu menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia masih menggantungkan harapan pada seorang pimpinan karismatik, akibatnya ketika pimpinan mereka ditangkap terhentilah perjuangan yang sudah mereka mulai.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Ketika pendudukan Jepang mulai berlangsung pada periode 1942-1945 keadaan menjadi berubah drastis. Bangsa Indonesia percaya bahwa Jepang akan membawa Indonesia ke arah kemerdekaan. Dugaan itu meleset, kondisi ekonomi Indonesia kian memburuk terutama selama akhir masa pemerintahan Jepang. Pemerintah Jepang membebani rakyat dengan kewajiban menyediakan hasil bumi dan tenaga kerja. Memang Jepang memberi bayaran, tetapi nilai mata uang yang mereka terima sangat rendah dan cepat sekali merosot.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Sejak kedatangannya Jepang mendirikan berbagai organisasi massa yang bersifat politis misalnya gerakan tiga A, Putera, PETA dan Sushintai (barisan Pelopor). Makna penting dari eksistensi organisasi itu terletak pada kokohnya akar organisasi tersebut dan memberi pengalaman kehidupan berorganisasi kepada para anggotanya. Meskipun secara formal mereka berada di bawah naungan pemerintah. Namun, eksistensi mereka pada hakikatnya bebas dari hierarki pemerintah. Struktur sosial dan politik di Indonesia dalam kaitan ini telah diperkokoh. </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBlockText" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">14 Aguatus 1945 mendadak Jepang menyerah, terjadi kekosongan pada pemerintahan di Indonesia. Inisiatif dilemparkan kepada Indonesia. Banyak unsur yang melatar belakangi sebuah revolusi : sejarah ketidakpuasan sejak masa kekuasaan kolonial, sejarah pemberontakan, sejarah kebencian terhadap penjajah, sejarah kemunculan kelompok massa, dan sejarah nasionalisme menuju kemerdekaan. Akankah semua bercampur menjadi satu sehingga timbul ledakan revolusi ?</div><div class="MsoBlockText" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><br />
</div><div class="MsoBlockText" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><b><i>"Masih nyambung yeee..."</i></b> </div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 21.3pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 21.3pt;"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-1716849929542538312010-09-24T20:00:00.002+07:002010-10-20T15:19:49.049+07:00HISTORIOGRAFI ASIA SELATAN DAN ASIA TENGGARA (Bagian II)"...masih dari kuliah Metodologi Penelitian Sejarah, kelas (alm) Prof. Dr. P.J. Suwarno, S.H."<br />
<br />
<span class="fullpost"> <br />
<b>2. Historiografi Modern</b><br />
Historiografi modern di Eropa tumbuh bersamaan dengan ekspansi kegiatan orang-orang Eropa di Asia. Tetapi karena kegiatan orang-orang Eropa di Asia antara abad ke-16 dan ke-17 hanya di daerah pinggiran saja dan karena perubahan sikap tradisional orang-orang Eropa sendiri terhadap sifat dan penggunaan sejarah sangat lambat, maka tidak ada pengaruhnya pada historiografi Asia Selatan dan Asia Tenggara pada masa tersebut. Baru pada paruh kedua abad ke-19, ketika ilmu pengetahuan dan kebudayaan Barat secara sadar diajarkan dan dipelajari, mula-mula di Asia selatan dan kemudian di beberapa tempat di Asia Tenggara, maka wilayah-wilayah itu pun terpengaruh oleh metode-metode sejarah Barat. Namun apa yang diperkenalkan secara luas sekarang adalah teknik-teknik tradisional dari akhir abad ke-18 dan awal abad ke -19, umpamanya metode filologis dari William Jones dan penulisan sejarah dari James Mill, Mountstuart Elphinstone, dan Vincent Smith. Ada suatu perbedaan waktu dalam perkembangan metodologis ini, dan dalam awal abad ke-20 teknik-teknik tradional tersebut masih dianggap tinggi dan jitu untuk ditiru. Perkembangan menuju sejarah “ilmiah” dan pertumbuhan ilmu-ilmu sosial di Eropa dan Amerika hampir tidak diketahui sampai sesudah perang Dunia kedua. Pemakaian teknik-teknik historiografi Barat pertama-tama digunakan untuk mempelajari India dan Sri Lanka, tetapi kemudian orang-orang Belanda menggunakanya juga untuk mempelajari Indonesia, dan orang-orang Perancis, sekalipun yang paling akhir dalam deretan ini, segera pula menggunakannya untuk mempelajari Indocina.<a name='more'></a><br />
<br />
<b>Historiografi Modern Asia Selatan</b><br />
Ilmu pengetahuan Barat yang sungguh-sungguh di India dimula dari William James yang membentuk Asiatis Society di Calcutta pada tahun 1784. Kegiatan lembaga ini mengenai penelitian dunia Timur dan lembaga-lembaga sejenisnya di Bombay, Madras, Mysore, dan Sri Lanka, serta pertumbuhan lembaga-lembaga ilmiah di Perancis dan Jerman, dan pengadaan kursi-kursi kemahaguruan di Eropa dalam abad ke-19, merupakan landasan bagi perkembangan historiografi modern di Asia Selatan.<br />
Sumbangan-sumbangan yang paling penting pada mulanya adalah dalam bidang filoogsi Sankrit dan pengediatn teks-teks dari agama Veda dan agama Budha, tetapi kemudian penelitian tentang kepurbakalaan India-lah yang meletakkan dasar untuk menghadapi bahan-bahan dari India Kuno yang sebelumnya tidak dapat ditelusuri itu. Periode pra-Islam sangat menarik karena bagi sejarawan periode ini serbat tidak pasti – tidak ada kronoligi, tidak ada geneologi yang dapat dipercaya, dan tidak ada ketentuan-ketentuan yang dapat menjelaskan manusia dengan tepat. Dalam bidang inilah tercatat penemuan-penemuan yang paling mengesankan. Yang terutama adalah karya James Tod, Annal and Antiquities of Rajasthan (Tarikh-tarikh dan kepurbakalaan Rajastan) yang diterbitkan antara 1829 sampai 1832, dan penelitian-penelitian epigrafi dan numismatik dari James Prinisip yang diterbitkan pada tahun 1858 dengan judul Essays on Indian Antiquities ( Esai-esai mengenai kepurbakalaan India). Keberhasilan ini mengakibatkan dibukanya departemen arkeologi di bawah pimpinan Alexander Cunningham pada tahun 1862; inilah yang pada tahun 1902 menjelma menjadi Indian Archeological Survey (Dinas Kepurbakalaan India) yang tekenal itu yang dipimpin oleh John Marshall (Ancient India, 1953).<br />
Bila dibandingkan dengan karya-karya tersebut di atas, sejarawan-sejarawan tradisional Eropa kurang berhasil. Mill, Esphinstone, dan Smith, maupun ahli-ahli sejarah India yang berkebangsaan Perancis dan Jerman, tergesa-gesa menekankan superioritas pemerintahan Barat atau sangat tidak kritis terhadap bahan-bahan Islam dan non-Islam. Pengaruh-pengaruh mereka pada mulanya paling besar di kalangan pembaca Eropa dibandingkan dengan pembaca India. Baru setlah dibukanya universitas-universitas model Inggris di Calcuta, Bombay, Madras (ketiganya tahun 1857), dan di tempat-tempat lain, maka pengajaran secara formal memperkenalkan karya-karya Eropa pada ilmiawan-ilmiawan muda India. Tetapi pada saat itu pula, ketika sarjana ilmu-ilmu sejarah Eropa sedang mengalami langkah-langkah kemajuan, sarjana-sarjana India seperti R.G. Bhandarkar mempelajari teknik-teknik yang berasal dari masa sebelumnya dengan cara yang demikian baiknya sehingga sanggup mengkritik sejarawan-sejarawan Eropa sendiri (Philips, 1961a, Bahsam 1961b).<br />
Baru dalam abad ke-20 historiografi Asia Selatan mulai terpengaruh secara langsung dan kuat oleh metodologi Barat. Paling kurang adanya dua caranya. Pertama, suatu penghargaan yang lebih mendalam terhadap metode-metode ilmiah Barat, terutama setelah penelitian arkeologis yang gemilang mengenai Mohenjodaro dan Harappa. Kedua, adalah pendekatan nasionalistis dan anti-imperialistis, yang dalam bentuknya yang paling ekstrem menghasilkan penulisan-penulisan sejarah yang buruk dan revisionistis pada satu pihak, dan pada pihak lain memberi perangsang bagi historiografi Marxis dan lain-lain bentuk histioriografi yang radikal (Majumdar, 1961b)<br />
Dapat dikatakan bahwa awal historiografi modern adalah diterbitkannya Cambridge History of India (sejarah India dari Cambrdige) yang enak jilid itu antara tahun 1932. Hal ini membangkikat perhatian yang cukup besar dari pihak orang-orang India, malah juga mereka yang tidak menyenangi dominasi karya orang-orang Barat mengenai India. Diakui bahwa dalam bidang arkeologi dan numismatik, kumpulan karya yang banyak dihasilkan oleh sarjana-sarjana Eropa itu tidak dapat diabaikan. Demikian pula kumpulan dokumen-dokumen dan penafsiran-penafsiran mengenai kegiatan orang-orang Inggris, politik East India Company (perusahaan India Timur), dan perluasan kekuasaan Inggris di India. Tetapi tidak demikian halnya mengenai karya-karya tentang agama dan kebudayaan India, perlawanan India terhadap Inggris (umpamanya pemberontakan 1857 dan pergrakan nasional) dan perubahan-perubahan sosial-ekonomi di India sejak awal abad ke-19. Dalam bidang inilah sejarawan generasi baru mulai menentang hasil-hasil penelitian orang-orang Eropa itu. Yang terpenting dari generasi baru ini adalah R.C Majumdar, H.C Raychaudhuri, K.A.A. Nilakantasastri,dan K.M. Panikar. Kebanyakan adalah tamatan jurusan-jurusan sejarah dari tingkat universitas di Inggris maupun di India, dan banyak di antara mereka adalah dosen-dosen sejarah yang profesional. Mereka melanjutkan tradisi pembentukan lembaga-lembaga ilmiah untuk menerbitkan majalah-majalah ilmiah dan belajar menghargai perpustakaan yang besar serta koleksi-koleksi arsip yang diorganisasi oleh negara dan pemerintah India (Lihat, Nilakantasastri, 1956; Datta, 1957).<br />
Setelah kemerdekaan tercapai, penulisan sejarah berkembanga terus. Yang terutama sangat aktif adalah lembaga-lembaga seperti Archeological Survey (Dinas Arkeologi), History Records Commiossion (komiris Arsip Sejarah), dan India History Congress (Kongres Sejarah India). Antara penerbitan-penerbitan majalah dengan standar akademis ada pula yang patut dicatat; India Historical Quarterly (Kwartalan Sejarah India), dan Jurnal of Indian History (Jurnal Sejarah India). Suatu usaha yang penting yaitu seri sebelas jilid mengenai sejarah dan kebudayaan bangsa India yang diterbitkan oleh Bharatiya Vidya Bharam dengan editor umum R.C. Majumdar. Juga penting India History Congress tersebut yang mengadakan komperensi mengenai sejarah Asia pada tahun 1961 dan pertemuan internasional dari International Congress of Orientalists (Kongres Internasional ahli-ahli mengenai dunia timur) yang diadakan di New Delhi pada tahun 1965. Perkembangan-perkembangan ini mencerminkan kesadaran historiografi modern dari orang-orang India yang rupanya juga mencerminkan penerimaan metode-metoe ilmiah yang modern dalam historiografi. Kenyataan yang paling penting di India modern ini adalah bahwa kini cukup banyak tersedia sejarawan yang terlatih untuk mempelajari hampir seluruh periode dan macam persoalan dalam sejarah India. Tambahan lagi, beberapa dari sejarawan baru kini mulai menggunakan ilmu-ilmu sosial dalam penelitian mereka. Dalam hal mempertajam metodologinya banyak yang beralih pada disiplin-disiplin ilmiah yang dikembangkan di Amerika Serikat.<br />
<br />
<b>Historiografi Modern Asia Tenggara</b><br />
Berbeda dengan Asia Selatan, di Asia Tenggara tidak terdapat suatu pusat kegiatan ilmiah yang berurat-berakar dan menyebar ke seluruh wilayah itu. Perluasan kekuasaan bangsa Eropa yang tidak merata di seluruh wilayah dan submer bahan-bahan yang tidak banyak dari negara-negara yang kecil itu, tidak memungkinkan adanya perkembangan historiografi modern. Umpamanya kisah-kisah tertua mengenai daerah ini yang dihasilkan oleh orang-orang Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris (dari abad ke-16 sampai dengan abad ke-18) tidak mempengaruhi penulisan-penulisan dari orang-orang Asia Tenggara dan lebih merupkan historiografi Eropa. Malah pembentukan Bataviaach Genootshcap vor Kunsten en Vetenschappen (Perhimpunan ?Batavia untuk seni dan Ilmu pengetahuan) yang terkenal itu pun (di Jakarta sejak tahun 1778) dan bukunya William Marsden, History of Sumatra (Sejarah Sumatera) yang diterbitkan pad atahun 1783 serta bukunya Raffles, History of Java (Sejarah Jawa) dari tahun 1817, sedikit sekali merangsang penelitian sejarah. Baru pada bagian akhir dari abad ke-19, dan dengan dihidupkannya kembali perhimpunan Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan tersebut, serta pembentukan Straits Branch of the Royal Asiatic Society (Cabang Straits dari masyarakat kerajaan Asia) pada tahun 1878, mulailah kegiatan ilmiah yang sungguh-sungguh di Indonesia dan di Malaysia. Sesungguhnya sewaktu orang-orang Eropa sedang menghasilkan karya-karya tersebut, dalam abad ke-19, tradisi asli penulisan Babad dan Sejarah juga tetap hidup, dan sarjana-sarjana Barat sering bergantung pada kronik-kronik asli itu untuk mendapatkan bahan-bahan mengenai periode yang lebih tua. Betapa pun, karya orang-orang Eropa tersebut berkembang berdampingan dengan usaha-usaha penulisan sejarah setempat dan tidak mempengaruhi bentuk-bentuk dan sikap-sikap tradisional.<br />
Demikian juga orang-orang Birma dan Muangthai di daratan Asia Tenggara tetap giat menyusun Yazawin-yazawin dan P’ongsawadan-P’ongsawadan sewaktu orang-orang Eropa yang amatir itu seperti Arthur Phraye (A History of Burma - sejarah Birma, 1883) dan W.A.R Wood (A History of Siam – sejarah siam, 1926) menulis karya-karyanya dan sewaktu majalah-majalah ilmiah seperti Journal of the Burma Research Society (jurnal masyarakat Penelitian Birma) dan Journal of the Siam Society (Jurnal masyarakat Muangthai) diterbitkan. Umpamanya, kedua sarjana Inggris yang disebut di atas mengakui bahwa mereka sangat bergantung pada hasil penelitian setempat itu. Di Vietnam sejarawan-sejarawan tradisional banyak membantu sarjana-sarjana Perancis yang tergabung dalam Ecole Francaise d’Etreme Orient (sekolah Perancis mengenai Timur Jauh) yang didirikan pada tahun 1900 dan yang karya-karyanya membawa keharuman pada majalahnya yang benama Bulletin. Arsip-arsip kerajaan di Hue pun masih menyimpan dokumen-dokumennya dengan cara tradisional sampai beberapa tahun setelah Perancis menaklukkan daaerah itu.<br />
Filipihna adalah suatu kasus tersendiri dimana suatu tingkat ilmu pengetahuan Barat menggantikan tingkat ilmu pengetahuan Barat lainnya. Namun demikian, penulisan sejarah model Spanyol tradisional tetap berkembang selama masa pendudukan Amerika Serikat (sejak 1898) sementara sarjana-sarjana Amerika mempelajari sejarah Filipina dari dokumen-dokumen kolonial dan dokumen-dokumen Missi Spanyol. Di antaranya yang paling penting adalah karangan E.H. Blair dan J.A. Robertson yang 55 jilid itu dan yang berjudul The Philippine Islands, 1493-1898 (Kepulauan Filipina, 1493-1898) dan yang diterbitkan antara tahun-tahun 1903 dan 1909.<br />
Dalam abad ke-19 dan paruh pertama dari abad ke-20 pernah terdapat tiga bidang historiografi Asia Tenggara yang berbeda-beda. Pertama, sejarah kuno – yang tidak dikenal atau kurang dikenal oleh penduduk asli – diungkpakan oleh para filolog, epigraf, dan para arkeolog. Kedua, sejarah kolonial – yang mencakup perdagangan, perang, perjanjian-perjanjian, dan administrasi orang-orang Eropa – adalah bidang perhatian khusus dari orang-orang Eropa sendiri, dan kurang sekali menarik perhatian sarjana-sarjana setempat. Ketiga, “periode tengah” – yang berkisar antara empat sampai sepuluh abad sebeluam abad ke-19 – adalah zaman penulisan sejarah pendudul asli; metode-metode modern bisa digunakan untuk mengatur, menentukan tanggal-tanggal secara lebih tepat, dan malah menginterpretasikan kembali tulisan-tulisan dari periode ini (Hall, 1961).<br />
Berbeda sama sekali dengan apa yang mereka lakukan di Asia Selatan, orang-orang Inggris, Belanda, dan Perancis tidak berusaha untuk mendidik sejarawan-sejarawan di kalangan orang-orang Asia Tenggara sampai beberapa tahun setelah Perang Dunia.<br />
<br />
<b>Ciri-Ciri Historiografi Modern</b><br />
Diantara dua wilayah antara Asia tenggara dan Asia selatan India-lah yang paling mengesankan baik dilihat dari kuantitasnya maupun kualitasnya. Tetapi Srilangka dan Pakistan banyak persamaanya dengan Indonesia, Birma, Malaysia, dan Filipina dalam soal tingkat kemajuan dan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam penelitian. Ada kemungkinan bahwa Srilangka dan Filipina Malaysia dan Singapura akan berbeda perkembanganya dengan negara-negara lain karena Historiografi tradisionalnya tidak menghambat Modernisasi. Dalam hal ini Historigrafi modern sedang dikonfrontasikan dengan nasionalisme dan mungkin saja ditunjukan pada kepentingan-kepentingan Nasional. Salah satunya India tersebut dihadapkan pada negara-negara lainya. Sejarah nasional diutamakan dari pada sejarah ilmiah, tetapi selama alat pengajaran dan penggunaan metode-metode akademis tetap dipertahankan, keadaan ini bisa saja berubah. Muangthai adalah suatu pengecualian. Peneliti sejarah tidak terlalu banyak, dan masih ada karya-karya yang dikerjakan dalam batas-batas nilai nilai tradisional, tetapi tidak ada ramuan tradisional dalam karya karya mereka. Apalagi suatu generasi baru sedang mengunakan metode-metode modern dan semakin tinggi saja ketrampilan dan keyakinan mereka <br />
<b><br />
Otonomi Tradisi Historiografi</b><br />
Di dalam Otonami Tradisi Historiografi sejarah tidak pernah mendapat tempat yang penting dalam tradisi Asia tenggara. Fungsi utama yang pernah ada adalah memperkuat kewibawaan sang raja, dengan memberi ajaran moral dan agama serta menghibur untuk memberi kesenangan. Setiap tradisi historiografi berkembang sekitar kepentingan dari bermacam-macam pembaca dengan kekuatan atau kelemahanya tergantung pada pranata politik yang menghasilkan pembaca-pembaca itu. Selama pranata-pranata itu tetap bertahan, tradisi penulisan sejarah yang mendukungnya pun bertahan pula.<br />
Di asia selatan dan filipina pengaruh pemerintah kolonial sangat lama dan hal ini meningkatkan bekas yang mendalam dalam Historiografi penduduk setempat. Sebab itu kecuali beberapa tradisi historiografi Islam, tidak ada historiografi tradisional yang masih bertahan disana. Tetapi dibagian lain di Asia Tenggara Sejarah pengaruh barat tidak terlalu mendalam, dan dalam hal-hal tertentu malah kurang dari seratus tahun, dalam mana masa sejarahwan-sejarawan dan para penguasa kolonial tidak menghancurkan tradisi tradisi lokal. Dengan demikian, banyak diantara tradisi-tradisi itu yang masih hidup dalam tradisi baru. Hal ini bisa nampak bila pergerakan nasional berhasil menghidupkan karya-karya masa silam.<br />
Dalam hal ini, yang terpenting bukan kenyataan bahwa historiografi Asia selatan dan asia tenggara belum juga berhasil membebaskan dirinya dari sikap-sikap serta hambatan-hambatanya. Yang terpenting adalah kenyataan bahwa antara lembaga dan akademis di asia dan dunia barat telah ada hubungan timbal balik Karya-karya yang penting dapat sama-sama diperoleh, dan disiplin baru sudah diperkenalkan dan di pahami. Konsep dasar telah sampai di asia selatan dan asia tenggara bahwa waktu dan tempat harus teliti behwa pengetahuan mengenai masa lampau manusia harus Sekuler dan humanistik, dan bahwa pakta sejarah dan interprestasi sejarah harus selalu diuji dengan metode-metode ilmiah yang paling baik<br />
<br />
Oleh: M.S.Mitchel Vinco<br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-32464488894334730652010-09-24T19:52:00.002+07:002010-10-20T15:22:13.196+07:00HISTORIOGRAFI ASIA SELATAN DAN ASIA TENGGARA (Bagian I)".... dalam sebuah kuliah Metodologi Penelitian Sejarah, di kelas (alm) Prof. Dr. P.J. Suwarno, S.H."<br />
<br />
<b>LATAR BELAKANG</b><br />
Seperti halnya di tempat-tempat lain, perkembangan historiografi Asia Selatan dan Asia Tenggara selalu berhubungan erat dengan sumber-sumber kesusastraan (literaty). Namun, sebelum abad ke-20 sumber-sumber yang terpenting adalah pelbagai agama yang selama enam abad memisahkan suatu wilayah dan menyatukan wilayah lainnya. Untuk kemudahan tinjauan mengenai ikhtisar tradisi historiografi ini, kita dapat membedakan lima wilayah yang mempunyai agama dan pengalaman baca tulis yang berbeda.<br />
Antara agama Hindu yang dianut oleh rakyat banyak di India dan agama Buddha Theravada yang tersebar di Muangthai, Birma dan Sri Lanka, tidak terdapat banyak persamaan. Kedua daerah tersebut berbeda pula dengan wilayah ketiga, yaitu daerah penyebaran agama Islam dengan pusat-pusatnya di Pakistan dan India serta masyarakat di Indonesia, Malaysia dan Filipina Selatan. Wilayah yang keempat dan kelima yaitu, Vietnam dimana terdapat suatu bentuk tertentu dari agama dan Budaya Tiongkok, dan masyarakat yang sebagian besar menganut agama Kristen di Filipina. Dalam wilayah tersebut dapat terlihat perbedaan dan tanggapan mengenai sejarah.<br />
<a name='more'></a><br />
<span class="fullpost"><br />
<b>1. Historiografi Tradisional</b><br />
Historiografi Tradisional Asia Selatan<br />
Agama yang dikenal pertama kali di India adalah agama Veda. Agama ini di India mengahasilakan tarikh-tarikh dalam bentuk Purana. Tradisi Purana ini kemudian diperluas dan tarikh-tarikh lain disusun pula, namun tetap ditandai ciri-ciri sebagai berikut: tidak dikenal umum, dibesar-besarkan, kurang data yang otentik dan pengabaian topografi dan kronologi.<br />
Epik-epik besar yaitu Mahabharata dan Ramayana, banyak berpengaruh dan dipakai sebagai sumber tradisi historiografi yang lain lagi. Sekalipun tidak menimbulkan penulisan sejarah, namun berabad-abad lamanya epik-epik itu merupakan bentuk yang paling dekat dengan sejarah dan dapat dikatakan berperan sebagai sejarah bagi orang-orang yang menggunakan cerita-cerita itu. Tambahan lagi, kedua epik tersebut bersama-sama dengan cerita Pancatantra dan Jataka dari agama Buddha menjadi sumber dari cerita-cerita jenaka dan tradisi berkisah untuk pemulisan genealogi-genealogi buddhis dan kronik-kronik di Sri Lanka serta daratan Asia Tenggara. Beberapa abad kemudian, baru kronik-kronik ini beralih dari perkembangan filsafat Gautama Buddha ke pencatatan yang dilakukan secara sadar dari peristiwa-peristiwa politik kontemporer dan peristiwa-peristiwa keagamaan.<br />
Historiografi India sangat kaya setelah masuknya agama Islam ke India pada akhir abad ke-12. Suatu tradisi pemulisan sejarah yang sudah berkembang baik diperkenalkan, dan selama enam abad lebih suatu cabang historiografi Islam menguasai Asia Selatan. Ciri-ciri utama dari penulisan historiografi Islam ini sama dengan historiografi Islam di persia, Afrika Barat dan Afrika Utara. Historiografi ini tetap terikat pada kepentingan kekuasaan yang ortodoks dan cenderung untuk mengabdi kepada Tuhan dan komuniti Islam. Karya ini ditunjukkan pada pendidikan moral dan agama melalui kisah-kisah para nabi, khalif, sultan dan orang-orang besar lainnya. Cerita-cerita tersebut berkisah menganai kemenangan dan kekalahan para penguasa Islam dan tidak pernah menyentuh orang yang menganut agama lain.<br />
<br />
<b>Historiografi Tradisional Asia Tenggara</b><br />
Di Birma, dengan tersebarnya agama Buddha Theravada orang-orang Mon-Khmer (di daaratan Asia Tenggara) mulai menyusun kronik-kronik yang memantapkan suatu tradisi penggabungan data-data mengenai dinasti, anekdot-anekdot mengenai raja-raja, serta berbagai mitos dan legenda yang memberikan arti pada setiap pemerintahan. Sebagai karya yang disusun oleh para biarawan, para brahmana terpelajar, karya-karya ini mengandung bahan-bahan yang berharga bagi tulisan-tulisan pertama dari orang-orang Eropa mengenai Birma. Demikian pula tradisi Muangthai, yang dikembangkan oleh para biarawan dan menteri-menteri yang terpelajar, diambil dari Sri Lanka, mungkin melalui bangsa-bangsa yang berbahasa Mon-Khmer yang berdiam di Lembah Menam.<br />
Keadaannya berbeda di antara orang-orang Jawa dan Melayu. Monumen-monumen dan inskripsi-inskripsi Hindu-Buddhis banyak sekali ditinggalkan, tetapi perhatian penduduk asli pada masa lampau dan penggunaan masa lampau sebagai sumber kekuatan gaib untuk memberikan kekuasaan dan mensahkan kewibawaan juga berkembang sendiri. Mulai dari sajak-sajak epik Negarakertagama sampai pada Pararaton dan Babad Tanah Jawi( abad 14-17 ) pujangga-pujangga keraton memuja-muja raja mereka, meyususn genealogi-genealogi yang mengesankan, serta menyempurnakan dalam bentuk sajak. Karya ini bukan karya sejarah, tetapi mendekati suatu tradisi asli dalam hal kesadaran sejarah.<br />
Keinginan untuk meneruskan kekuasaan yang sah dan kedaulatan para pahlawan dari masa lampau, nampak dipertahankan selam berabad-abad. Karena tidak memiliki ketepatan kronologis serta perhatian yang sekuler mengenai raja-raja, menteri-menteri, rakyat dan musuh-musuh, maka daftar tersebut lebih banyak merupakan latihan metrik serta jampi-jampi daripada penulisan sejarah. Namun, setelah abad ke-19 babad yang dihasilakan lebih mendekati sejarah, terutama Babd Diponegoro dan Sejarah Banten.<br />
Tulisan-tulisan dalam bahasa melayu, terutama kitab Sejarah Melayu dan sejumlah karya lain seperti kerjaan Johor dan Kerajaan Riau-Lingga, lebih kaya daripada cerita-cerita dalam bahasa Jawa, uraian mengenai orang dan tempatnya juga lebih hidup. Tidak banyak tekanan pada kekuatan gaib, dibandingkan tekana nilai-nilai moral seperti kepatuhan, kejujuran dan secara keseluruhan karya-karya berbahasa Melayu ini tidak saja bertujuan untuk mendidik tetapi juga menghibur.<br />
<br />
<b>Ciri-Ciri Historiografi Tradisional</b><br />
Ada beberapa tradisi yang mempunyai asal-usul sama tetapi kemudian berkembang menjadi tradisi-tradisi tersendiri dan khas di Sri Lanka, Birma, Muangthai, Jawa dan dunia Melayu. Malah tradisi Islam tidak homogen, dan apa yang muncul di India Utara berbeda sekali dengan penulisan di Aceh, Jawa, Malaka, Johor, Sulawesi Selatan dan Sulu.<br />
Ciri-ciri yang sama itu adalah: (a) kebanyakan karya-karya tersebut kuat dalam hal genealogi, tetapi lemah dalam hal kronologi dan detail-detail biografis; (b) tekanannya adalah pada gaya bercerita, bahan-bahan anekdot, dan penggunaan sejarah sebagai alat pengajaran agama; (c) bila karya-karya tersebut lebih bersifat sekuler maka nampak adanya persamaan dalam hal perhatian pada kingship (konsep mngenai raja) serta tekanan diletakkan pada kontinuitas dan loyalitas yang ortodoks; (d) pertimbangan-pertimbangan kosmologi dan astrologis cenderung untuk menyampingkan keterangan-keterangan mengenai sebab-akibat dan ide kemajuan.<br />
Perbedaan-perbedaan yang pokok adalah: (a) agama memisahkan para sejarawan Indo-Islam dari konteks sosio-ekonomi agama Hindu yang terdapat dalam sejarah India; agama juga memisahkan orang-orang Muangthai dan Kamboja dari tradisi Asia Timur dalam bentuk Vietnamnya; agama juga memisahkan dunia Melayu-Jawa dari orang-orang Muangthai dan Birma di satu pihak dan orang-orang Filipina di pihak lain; (b) persaingan nasional mempengaruhi karya mengenai bangsa-bangsa yang bertetangga, umpanya karya-karya orang-orang Birma dan Muangthai; (c) perbedaan-perbedaan bahasa di India sebelum dipakainya bahasa Persia dan daratan Asia Asia Tenggara sebelum menurunnya bahasa Pali sangat rumit: kebanyakan karya-karya itu tidak dapat dibaca di luar batas-batas negara itu sendiri; (d) kebijaksanaan-kebijaksanaan raja-raja mengenai penulisan sejarah cukup beragam: karya-karya Islam dan Melayu diedarkan di kalangan umum, sedangkan karya-karya orang Muangthai, Birma, serta Vietnam hanya untuk kepentingan pihak resmi.<br />
Ada dua hal yang perlu ditekankan di sini. Pertama, kalangan ilmiah masa kini sudah mulai menghargai karya-karya tradisional tersebut, dan telah menerapkan teknik-teknik kritik Biblikal dan Homerikal dalam penelitian-penelitian mereka. Sekarang sudah disadari bahwa kronik-kronik dapat diartikan dengan tepat dalam konteks keseluruhan sistem budaya yang menghasilkannya. Kedua, terlepas dari persoalan apakah karya-karya ini dapat dinamakan”sejarah” atau tidak, nilainya sebagai suatu dokumen sejarah telah terbukti sekarang. Yang diperlukan sekarang adalah teknik-teknik yang lebih halus dan lebih peka untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk menuliskan sejarah Asia Selatan dan sejarah Asia Tenggara.<br />
(Bersambung ke Historiografi Modern Assel dan Asteng)<br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-86095156393678496992010-05-13T18:11:00.002+07:002010-10-20T15:23:43.349+07:00MESIR KUNO SEBUAH PERADABAN DUNIAA.Sejarah Dibalik Kejayaan Peradaban Mesir Kuno<br />
Awalnya Mesir kuno terdiri dari dua daerah terisolasi yang dilalui Sungai Nil yaitu Mesir hulu atau Mesir atas yang terletak di bagian Selatan dan Mesir hilir atau Mesir bawah yang terletak di bagian Utara. Kondisi geografis kedua daerah inipun berbeda, Mesir hilir terletak bagian hilir Sungai Nil dimana terdapat tanah berawa-rawa subur dan Delta Sungai Nil yang subur pula, sedangkan Mesir hulu terletak di suatu pita sempit yang memanjang lebih dari 1000 km di tepi kedua Sungai Nil antara dua gurun pasir yang suka “mencaploknya”. <br />
<a name='more'></a><br />
<span class="fullpost"> <br />
Keadaan tersebut menimbulkan sikap berlainan antara kedua daerah, persaingan dan konflik pun sering terjadi. Hal tersebut didukung dengan latar belakang budaya berbeda dari kedua daerah disebabkan dari isolasi alam yang ketat untuk kedua daerah. <br />
<br />
3000 SM masyarakat Mesir bagian Utara telah berhasil membangun kekuatan politik untuk menguasai Mesir daerah Selatan dengan dibentuknya sebuah kerajaan. Namun, usaha untuk menguasai Mesir bagian Selatan gagal, karena ternyata Mesir bagian Selatan juga telah menyatukan diri di bawah seorang Raja. Dengan demikian timbul dua kerajaan Mesir dengan mahkotanya sendiri-sendiri. Bahkan antara 2900-2800 SM Mesir bagian Selatan di bawah pimpinan Raja Menes berhasil menyerang dan menaklukkan Mesir bagian Utara. Kemudian Menes menyatukan mahkota kerajaan dan membangun Ibukota Negara dengan nama Memphis yang terletak di antara bagian Selatan dan Utara. Di bawah pemerintahan Menes terjadi begitu banyak pemberontakan. Namun, kekuasaan Menes dapat bertahan dan dapat dikonsolidasikan kepada masyarakat.<br />
<br />
Bangsa Mesir berhasil menjadi bangsa yang kokoh kesatuannya ketika diperintah Raja Joser dan Imhotep (wesir atau patihnya), dan berhasil mendirikan jaman yang dikenal dengan jaman Kerajaan Kuno (2700-2200 SM) yang memuat empat dinasti. Pada kepemimpinan Raja Joser jugalah Piramide pertama dibangun.<br />
<br />
Sekitar 2200 SM Mesir mengalami kekacauan. Kaum petani memberontak melawan pemerasan pajak dak kerja paksa. Hasil dari pemberontakan tersebut, sejumlah penguasa bagian melepaskan diri dan mulai bersaing memperebutkan kekuasaan tertinggi. Pada masa ini terjadi perampasan harta Firaun di Piramide, bahkan peti Firaunyang berharga juga dirampas. Selama satu setengah abad hal demikian terjadi. Sejumlah percobaan untuk kembali pada kesatuan dan ketentraman selalu kandas di tengah jalan.<br />
<br />
B.Hasil-Hasil Kebudayaan Mesir Kuno<br />
Mesir sebagai salah satu pusat peradaban dunia memiliki hasil kebudayaan bernilai tinggi, baik itu budaya fisik maupun non fisik. Hasil-hasil budaya tersebut dapat dilihat pada bidang-bidang berikut.<br />
<br />
1. Religi dan Ilmu Pengetahuan<br />
Dalam bidang religi, hasil budaya Mesir yang sangat terkenal adalah Piramide. Piramide adalah makam para Firaun (Raja Mesir), dimana saat dimakamkan di Piramide mereka dibekali dengan harta selama masanya berkuasa. Munculnya Piramide diawali kepercayaan masyarakat Mesir bahwa mereka ketika mati memerlukan tempat tinggal yang kemudian dikenal dengan sebutan “gedung baka”. Tempat ini layaknya dibentuk seperti rumah duniawi mereka dan dilengkapi dengan segala hal yang bisa menyenangi mereka saat mati. Ajaran Istana baka sendiri dicetuskan oleh para wali kuil atau pemimpin agama yang sangat berpengaruh dalam pemerintahan. Piramide dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Raja Joser (2700-2200) sebagai bentuk lain dari istana baka. Pada dinding Piramide dilukiskan gambar, relief dan arca yang melukiskan riwayat para Raja, madah pujian agamawi, serta kejadian sehari-hari. <br />
<br />
Pada masa pemerintahan Raja Thebe (2000-1800) bentuk Piramide dibangun dengan bentuk lebih kecil, tetapi tulisan-tulisan dinding semakin banyak sebagai mantra pelindung makam. Selain Piramide, hasil budaya Mesir kuno yang berupa bangunan atau benda besar adalah Sphink dan Obelisk. Sphink adalah bangunan penjaga piramide dengan bentuk badan singa dan kepala sang Raja yang mati. Sedangkan Obelisk adalah tiang persegi yang amat tinggi dipotong sekaligis dari batu karang dan konon keberadaan obelisk ada hubungannya dengan penyembahan Matahari. <br />
<br />
Mengenai agama, Masyarakat Mesir awalnya melihat binatang-binatang yang terdapat di sekitar Sungai Nil, lalu memproyeksikan kekuatan-kekuatan gaib padanya. Misalnya, burung (kemampuan terbang), singa (lambang kekuatan), buaya (keganasan), ular (rahasia, bahaya, cedik), burung ibis (kearifan). Karena hal-hal tersebut maka beberapa dewa diberi badan yang aneh: Sekmet (wanita berkepala singa), Sobek (berbadan buaya, dewa air), Amun (raja dari dewa, berkepala kambing.<br />
<br />
Para wali kuil tidak hanya membawa pengaruh dalam bidang kerohanian saja, tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan seperti ilmu falak dalam arti astronomi dan astrologi. Mereka mempelajari perjalanan bintang dan berhasil menyusun penanggalan berdasarkan tahun matahari yang memuat 365 hari (1230+5). Tahun ini dimulai dengan naiknya air Sungai (pertengahan Juli).<br />
<br />
2. Mata Pencaharian dan Teknologi<br />
Sifat suatu bangsa serta budayanya terutama ditentukan oleh keadaan tanah, cara khas bertani, hasil pertaniannya, luas area pertanian, iklim dan musim. Bidang-bidang tersebut menentukan perkembangan bidang Ekonomi dan Politik suatu bangsa pada masyarakat kuno. Hal-hal tersebut pula menentukan irama hidup, gaya hidup serta tingkah laku manusia.<br />
<br />
Pada masyarakat Mesir kuno keadaan tersebut dapat dilihat pada masyarakat yang mendiami Lembah Sungai Nil bagian Utara maupun bagian Selatan. Lahan-lahan di sekitar sungai Nil selalu mendapat kiriman banjir setiap tahun yang berasal dari Sungai Nil sendiri, hal ini membawa akibat suburnya tanah-tanah di sekitar Sungai Nil. Namun, suburnya daerah sepanjang Sungai Nil tidaklah sama, penduduk lembah Nil yang terisolasi memiliki lahan yang tidak kena luapan banjir Sungai Nil, maka sebagai pemecahnnya dibuatlah Irigasi. Dengan adanya Irigasi bertambahlah persediaan pangan bagi penduduk. Sehingga banyak penduduk yang tertarik bertani di Mesir.<br />
<br />
Pada waktu itu masyarakat Mesir tidak hanya hidup dari pertanian dan peternakan saja, bidang pertambangan pun sudah digeluti. Pertambangan yang ditemukan di Mesir antara lain Wadi Alaki menghasilkan tembaga dan batu pualam, tambang emas di pegunungan Sinai. Selain logam, batu-batuan seperti gamping, batu pasir merah, granit, sabak juga dicari oleh masyarakat Mesir.<br />
<br />
3. Sistem Kemasyarakatan dan Bahasa<br />
Penduduk mesir terdiri atas tiga ras yakni: Ras Mediteran, Ras Negroid dan Ras Crogmanoid. Bahasa Mesir dalam segala jaman selalu ada hubungan dengan bahasa Semit dan Hamit, tetapi karena isolasi masing-masing daerah berkembang terbentuklah bahasa baru yang khas.<br />
<br />
Tulisan Mesir mempunyai corak khusus. Menurut para ahli, wali kuil memikirkan sistem tulisan karena rangsangan dari bangsa Sumeria. Namun, jika dilihat para wali kuil tidak menulis di atas tanah liat seperti kaum Sumeria. Para walikuil menulis huruf-huruf yang merupakan gambaran (piktogram) dan diukir di batu atau dilukiskan pada dinding atau papyrus (daun semacam rotan yang tumbuh di sepanjang Sungai Nil). Tulisan Mesir kuno disebut Hieroglyph atau ukiran suci.<br />
<br />
C.Pengaruh Kebudayaan Mesir Terhadap Eropa dan Dunia<br />
Mesir berada di wilayah Laut Tengah, dimana juga berada pusat-pusat peradaban lainnya. Selain berada di Laut tengah, Mesir juga mudah di datangi bangsa-bangsa Eropa dan Asia. Untuk menuju Mesir, bangsa Asia dapat melewati Kanaan (Syria, Lebanon, Palestina), sedangkan bagi bangsa Eropa, khususnya Yunani, dapat menyeberangi Laut Tengah. Keadaan Geografis Mesir yang demikian dapat memudahkan terjadinya pertukaran budaya antar bangsa yang berbeda kebudayaan.<br />
<br />
Meskipun demikian, keadaan tersebut tidak membuat Mesir kehilangan identitas budaya khasnya, bahkan pengaruh langsung dari Asia tidak bisa mengubah corak khas Mesir. Mesir tetap tampil sebagai bangsa besar mandiri, dan menjadikannya salah satu pusat peradaban.<br />
<br />
Pengaruh Mesir pada dunia tidak dapat dipisahkan begitu saja. Sistem penggalan matahari yang ditemukan para wali kuil masih digunakan sampai saaat ini bahkan menjadi patokan penanggalan hampir seluruh dunia. Ilmu astrologi dan astronomi yang mempelajari tentang bintang dan benda langit juga masih digunakan dunia hingga saat ini. Selain itu sistem irigasi Mesir, yang membuat Mesir kaya akan hasil pertanian, sekarang juga digunakan pada pertanian modern di seluruh dunia.<br />
<br />
M.S.Mitchel Vinco<br />
Dalam kuliah Sejarah Asia Barat/Timur Tengah<br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-33692962275814705942010-04-22T22:59:00.004+07:002010-10-20T16:18:09.716+07:00Penemuan Australia: Pelayaran Belanda - Inggris<b>Pelayaran Belanda</b><br />
<br />
Sebab-sebab kedatangan orang Belanda ke dunia timur sebagai penjelajah, pedagang dan penjajah hingga akhirnya menemukan benua Australia, dapat dihubungkan dengan kejadian-kejadian penting di Eropa pada waktu itu. Diawali dengan reformasi yang dasarnya adalah masalah keagamaan, tetapi kemudian melahirkan akibat-akibat dan konsekuensi-konsekuensi di bidang politik, perdagangan dan kepentingan-kepentingan kemanusiaan lainnya.<br />
<span class="fullpost"><br />
Dalam bidang politik, yang juga bermotifkan agama, Belanda dan Spanyol terlibat dalam perang mereka yang terkenal yaitu Perang 80 Tahun (1568-1648). Perang ini muncul karena Belanda yang pro paham reformasi, tidak mau mengikuti dan tunduk lagi di bawah Kerajaan Spanyol (Philip II).<br />
<br />
Selama berlangsungnya perang, pelaut-pelaut Belanda dengan kapal yang banyak dan awak yang gagah berani, mengambil peran yang besar dalam perdagangan di Eropa. Peran para pelaut Belanda ini adalah mendistribusikan barang dagangan dari Lisabon ke seluruh Eropa. Lisabon merupakan pelabuhan terbesar yang ada di Eropa, dimana barang-barang dari Asia, terutama rempah-rempah dari Indonesia, diperdagangkan. Keuntungan dagang inilah yang menjadi modal dalam perang melawan Spanyol.<br />
<br />
Bencana bagi Bangsa Belanda justru terjadi ketika Portugal berhasil disatukan di bawah kekuasaan Spanyol. Pelabuhan Lisabon pun ditutup bagi kapal-kapal Belanda, atas perintah Raja Philip II. Bencana tersebut justru kelak memberi keuntungan bagi Belanda. Dengan ditutpnya Lisabon, maka Belanda berusaha sendiri untuk menemukan jalan sendiri ke Indonesia, sebuah wilayah kaya rempah-rempah.<a name='more'></a><br />
<br />
Bangsa Belanda yang bekerja pada kapal - kapal Portugis sangat membantu Belanda dalam usaha menemukan jalan ke Indonesia yaitu Cornells De Houtman adalah pemimpin pelayaran Belanda yang pertama sampai di Indonesia pada tahun 1596, Garis pelayaran yang diikuti oleh Houtman ke Indonesia dengan mengikuti Selat Sunda mengikuti pctunjuk yang diberikan oleh Van Linschoten dalam bukunva yang berjudul Itinerario. <br />
Kapal belanda yang pertama sekali mengunjungi pantai Australia adalah Duyfken di bawah pimpinan William Jansz melalui Selat Torres hingga maret 1606 sampai di suatu lokasi di pantai barat Semenanjung York, William Jansz bersama anak buahnya ialah orang Eropa pertama sekali melihat atau menemukan Benua Australia. <br />
Tahun 1611 Hendrik Brouwer sebagai Gubernur Jendral VOC secara kebetulan menemukan jalan laut baru untuk mencapai pulau Jawa dan Brower mencapai Pulau Jawa dalam waktu yang singkat. <br />
<br />
Kapal Belanda Eendracht yang dipimpin oleh Kapten Dirk Hartog, mengikuti rute pelayaran Brouwer dan secara kebetulan mencapai Pantai Barat Australia (dekat Shark's Bay) dan mendarat di Pulau yang sampai sekarang bernama Hartog's Island. Di pulau ini Hartog menanamkan sebuah tiang dan meninggalkan sebuah piring dipakukan pada tiang tersebut. Tanggal 25 Oktober 1616, kapal Endracht di bawah pimpinan Dirk Hartog berlayar lagi menuju Banten pada tanggal 27 bulan yang sama". Isi piring Hartog ini sangat berharga karena catatan tertua yang terdapat di Australia yang mengisahkan tentang kontak antara orang Eropa dan Australia.<br />
<br />
Pada tahun 1619 Frederick de Houtman sampai di Pantai Barat Australia di sebelah Selatan Kota Perth sekarang. Dalam pelayarannya itu Houtman hampir saja mengalami kecelakaan di sebuah tempat yang berbahaya yang diberi nama Abrolhos yang berarti "keep your eves open (buku mata) ".<br />
<br />
Tahun 1622 kapal bernama Leewin sampai di Pantai Barat Daya Australia, yang kemudian dikenal dengan nama Leewin’s Land. Pada tahun itu juga terdengar kabar bahwa ada kapal Belanda yang tenggelam di sebelah utara Hartog’s Island.<br />
Pada tahun 16 23 suatu ekspedisi yang terdiri dari dua buah kapal, Pera dan Arnhem, yang dipimpin oleh Carstenz dikirimkan untuk menyelidiki Teluk Carpentaria. Namun, ketika Cartenz hampir sampai di Teluk Carpentaria, Ia memerintahkan tim ekspedisi untuk kembali karena Cartenz meyakini bahwa apa yang dilaluinya itu adalah suatu terusan (passage) ke “Daerah Selatan”. Dalam perjalanan kembali , mereka terbawa angin ke daerah yang sekarang bernama Arnhem’s Land. Kesan mereka tentang daerah yang di datanginya adalah gersang.<br />
<br />
Pada tahun 1627 kapal bernama Gulden Zeepart berangkat dari Amsterdam menuju Indonesia. Setelah mencapai Cape Leewuin kapal ini terus menuju Great Australia Bight sampai ke tempat yang kini bernama Streaky Bay. Daerah inio diberi nama Nuyt,s Land sesuai dengan nama seorang pegawai VOC yang ikut dalam kapal tersebut. <br />
Tahun 1628 sebuah kapal Belanda yang bernama Vyanen di bawah pimpinan De Wit, dalam perjalan pulang ke negeri belanda dari Batavia mengalami kecelakaan ditanjung barat-laut Ausrtalia. Kapal ini hanya berhasil diselamatkan dengan membuang sebagian dari muatannya yaitu lada dan tembaga. Tempat ini kemudian disebut De Wit's land. Pada tahun 1629 kapal perang Belanda Batavia mengalami kecelakaan di Houtman's Abrolhos. Kaptennya Francis Pelsart, berhasil menyelamatkan diri beserta anak buahnya dan sampai di Batavia 34 hari kemudian.<br />
<br />
Hambatan - hambatan dalam pelayaran bangsa Belanda ini semakin menyadarkan pemimpin VOC di Indonesia pada waktu itu bahwa mereka harus memiliki peta yang baik tentang rute pelayaran ke dan dari Indonesia jika mereka tidak mau kehilangan kapal - kapal dan barang-barang yang berharga. Gubernur Jenderal Anthony van Deimen tercatat sebagai pemimpin VOC yang paling besar perhatiannya terhadap eksplorasi ke daerah Australia. Untuk keperluan eksplorasi itu dia memilih seorang yang pintar yang bernama Abel Tasman. <br />
<br />
Dengan menahkodai dua buah kapal, Heemskerk dan Zeehaen, Tasman meninggalkan Batavia pada tanggal 14 Agustus 1642 dan langsung menuju Mauritius untuk membelok langsung ke Australia. 21 November 1642, Tasman menemukan daerah yang diberi nama Van Diemen’s Land, yang sekarang dikenal dengan Tasmania.<br />
<br />
Setelah menyusuri separuh dari pantai bagian selatan, Tasman meneruskan pelayaran ke Timur, pada tanggal 4 Desember. Sembilan hari kemudian Tasman sampai di suatu tempat yang Ia namakan Staten Land. Laun antara Van Diemen’s Lang dengan Staten land dinamakan Abel Tasman;s Passage. Dalam pelayaran ini tiga orang anak buahnya mati oleh penduduk asli ketika berlabuh di Massacre Bay. Pulangnya Tasman menyusuri pantai utara Irian dan tiba di Batavia tanggal 15 Juni 1643.<br />
<br />
Tahun 1644 Abel Tasman memimpin ekspedisinya yang kedua. Dalam kesempatan ini Abel Tasman diperintahkan untuk menyelidiki apakah ada passage antara Irian dengan dataran disebelah selatannya. Apabila Tasman berhasil menernukannya. dia diperintahkan untuk melaluinya dan memasuki pasifik terus ke Van Diemen's land dan dari sana kembali ke Batavia melalui Het Land van de Eendracht. Seandainya Tasman berhasil melaksanakan tugas yang dibebankan padanya dalam ekspedisi yang kedua ini maka akan jelas baginya, bahwa Het land van de Eendracht adalah benua berbentuk pulau.<br />
<br />
Setelah pelayaran Abel Tasman itu, Bangsa Belanda mulai menggunakan New Holland untuk menyebut daratan Australia. Kesan mereka terhadap New Holland adalah New Holland merupakan daratan yang gersang sehingga mereka tidak tertarik untuk mengadakan pendudukan disana. Tujuan utama datang kedunia Timur adalah untuk memperoleh keuntungan material sebanyak-banyaknya. Pemberangakatan Abel Tasman tentu telah menghabiskan biaya yang cukup banyak, namun dia kembali tanpa membawa sesuatu yang berharga. Pemimpin tertinggi VOC tentu mengharapkan Van Diemen bisa membayar kembali dana yang sudah tercapai itu dengan ditemukannya Emas dan perak oleh Abel Tasman. Ternyata Abel Tasman tidak menemukan apa-apa sehingga sejak itu semua kegiatan penyelidikan dihentikan.<br />
<br />
<b>PELAYARAN BANGSA INGGRIS</b><br />
<br />
Pada tahun 1688 pelaut Inggris yang pertama kali sampai di benua Australia adalah William Dampier. Rombongan ini menggunakan kapal Cygnet. Rombongan ini mendarat dipantai barat laut dekat Melville Island dan tinggal beberapa minggu untuk istirahat. Selama tinggal ditempat itu mereka tidak menemukakan hal-hal yang yang memberikan keuntungan kepada mereka sebagai bajak laut, sehingga mereka memutuskan untuk kembali keInggris.<br />
<br />
Setelah William Dampier kembali ke Inggris, la menerbitkan tulisan tentang pelayaran. Tulisannya itu tepat sekali dengan keinginan pemerintahan Inggris saat itu, karena pemerintah Inggris sedang berusaha untuk mendapatkan daerah di sekitar Indonesia, untuk tidak membiarkan Belanda menguasai keuntungan di wilayah tersebut. <br />
Oleh karena itu pemerintah Inggris terdorong untuk menyelidiki New Holland. Pada tahun 1699 pemerintah Inggris, dalam hal ini angkatan laut Inggris mempercayakan kapal Roebuck di bawah komandan Dampier untuk menyelidiki New Holland. Pada tanggal 6 Agustus 1699 Dampier berhasil mendarat di suatu tempat yang kemudian ia menamakan Shark Bay.<br />
<br />
Pada tahun 1769 para ahli astronomi Inggris memperkirakan akan terjadi suatu peristiwa penting yaitu: "Transit Of venus"Royal Society of London. Menghendaki agar dilakukan pengamatan atas peristiwa tersebut karena peristiwa itu hanya dapat diamati dengan baik dari lautan selatan, maka Royal Society Of London meminta kepada angkatan Laut Inggris menyediakan sebuah kapal serta anak buah untuk keperluan tersebut sesuai dengan permintaan. Maka angkatan laut membeli sebuah kapal yang bermuatan 370 ton, kapal ini diberi nama Endeavour Bark. Dalam buku-buku yang mengkisahkan pelayaran Cook hanya dikenal nama endeavour (semula kapal itu bernama Earl of Pembroke), dan pemimpinnya ialah James Cook (Siboro, 1989, him. 23).<br />
<br />
Tugas yang diberikan kepada James Cook dalam pelayarannya yaitu:<br />
1. Berlayar ke Tahiti agar "Transit Of Venus " untuk dapat diamati dengan baik<br />
2. Berusaha melakukan penemuan dipasifik selatan dengan berlayar terus sampai kegaris 40 derajat Lintang Selatan. Dengan kata lain mencari "Terra Australis Incognita ", selain itu tujuan mereka datang ke benua Australia adalah dem mengembangkan ilmu pengetahuan. Daratan luas yang diyakini dekat kutub selatan. <br />
3. Bila tujuan kedua tidak tercapai, maka James Cook bisa melanjutkan menyelidiki New Zealand.<br />
<br />
James Cook berangkat dari Inggris tanggal 26 Agustus 1768 dengan tujuan pertama pelayaran Cook ke Tahiti,dimana ia akan melakukan tugasnya yang pertama yaitu mengamati "transit of venus''. Rombongan cook sampai di Tahiti pada bulan April 1769, dan menyaksikan terjadinya "transit of venus" pada permulaan bulan Juni tahun itu juga. <br />
<br />
Setelah tugas ini selesai, Cook mulai bergerak untuk melaksanakan tugasnya yang kedua, yaitu mencoba mencari "dataran selatan ". Untuk itu ia berlayar ke arah selatan sampai garis yang telah ditentukan. Namun karena tidak menemukan dataran tersebut dan karena terkena serangan udara dingin, James mundur dan beralih ke tujuan ketiga.<br />
<br />
Pada bulan oktober 1967 Cook berhasil menggapai New Zealand, ia mendarat dipantai timur North Island dari sana ia melanjutkan pelayarannya ke utara. Disini ia menyaksikan lagi peristiwa Astronomis lainnya yaitu “Transit of Marcury” ia menggunakan enam bulan untuk mengelilingi Nort Island dan south Island serta berhasil meyakinkan bahwa New Zeland bukan bagian dari darataan luas sebagai mana diduganya. <br />
<br />
Pada bulan April 1770 Cook meninggalkan New Zealand menuju van Diemen's Land Tetapi gagal hal ini dikarenakan cuaca yang kurang mendukung, namun Ia sampai kepantai timur Australia yang belum pernah didatangi oleh orang Eropa, ia mendarat disebuah tempat yang kira-kira perbatasan New South wales dengan Victoria sekarang. Mereka mendarat diteluk yang bernama Stingray Harbour, kini diubah menjadi Botany Bay . <br />
<br />
Dari Botany James Cook meneruskan pelayaran melewati ujung Semenanjung York, sebuah pulau yang diberi nama Possesion Island. Untuk dijadikan daerah Inggris kemudian Cook mengganti nama daerah itu menjadi New Wales atau South Wales. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Agustus 1770. Setelah tinggal beberapa hari di Batavia, Cook meneruskan pelayarannya kembali ke Inggris dengan melalui tanjung Pengharapan Baik. Dan mereka tiba di Inggris tanggal 13 Juli 1771 (Siboro, 1989, him. 25).<br />
Penemuan Cook ini sangat berarti. Dimana laporan - laporan mereka tentang daerah New Sout Wales menimbulkan kesan yang sangat berbeda dengan kesan pemimpm VOC, setelah menerima laporan ekspedisi Tasman. Laporan Cook beserta anggota rombongannya yang akhirnya mendorong pemerintah Inggris untuk melakukan kolonisasi disana.<br />
<br />
Setelah keberhasilan Cook menernukan benua Australia maka ia mendapat julukan Columbus Australia.<br />
<br />
M.S.Mitchel Vinco<br />
Dalam sebuah Kuliah Sejarah Australia<br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-69453161946753200932010-04-20T23:58:00.011+07:002011-01-17T21:53:49.316+07:00Perkembangan Sosial Remaja Awal (Sebuah Pembandingan Teori-Teori Psikologi)A. Latar Belakang<br />
Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang unik dan “penuh warna” dalam perjalanannya. Segala tindakan atau apresiasi remaja sangatlah beragam dan sulit untuk ditebak. Hasil dari tindakan remaja terkadang tidak “normal” untuk diartikan secara kasat mata. Disatu sisi para remaja melakukan tindakan-tindakan di luar batas kewajaran norma dan budaya di lingkungannya, misalnya: berkelahi/tawuran, mabuk, liar atau tidak bisa diatur, tidak menghargai orang tua dan sopan santun, dan sebagainya. <br />
<br />
Namun, disisi lain para remaja mampu memberikan prestasi, buah dari usaha yang biasanya dianggap tidak berarti di mata orang dewasa. Misalnya, begadang demi berlatih gitar, lupa belajar karena bermain bola, ataupun seharian di depan komputer. Kehidupan remaja yang tidak lazim tersebut, ternyata mempunyai makna bagi diri yang menjalankannya dan bukanlah hal yang sia-sia seperti anggapan orang kebanyakan. Tidak jarang dalam sebuah perjalanan kehidupan, sukses atau tidaknya manusia ditentukan oleh kondisi pada saat remajanya.<br />
<span class="fullpost"><a name='more'></a><br />
Perkembangan remaja menjadi sangat penting untuk dipelajari. Dengan memahami remaja secara psikologis membuat persepsi yang kabur terhadap remaja menjadi terjelaskan. Semua hal yang terjadi pada remaja bukanlah keinginan yang secara independent dilakukannya atau semau gue. Namun, merupakan reaksi dari rangsangan psikologis yang dipengaruhi perkembangan remaja secara fisik dan mental. Hal tersebut masih ditunjang dengan kondisi lingkungan yang ada di sekitar remaja tersebut, apakah sesuai dengan keinginan remaja? Ataukah terlalu mengekang? Ditinjau dari sudut kronologis pada suatu pembatasan yang relatif fleksibel, masa remaja ini terjadi sekitar umur 12 – 20 tahun (Rifai, 1984:1). Jelas periode ini merupakan masa pertumbuhan yang cepat, dan ini harus dialami para remaja.<br />
<br />
Salah satu bagian terpenting dari perkembangan remaja adalah perkembangan dalam kehidupan sosial. Memang perkembangan fisik tidak dapat dilepaskan, tetapi kebanyakan kasus remaja terjadi dikarenakan kurang sempurnanya proses perkembangan sosialnya. Permasalahan dalam perkembangan sosial remaja dikarenakan para remaja belum mampu menjalankan tugas perkembangan sosialnya. Tugas perkembangan sosial remaja adalah tugas yang khas dimiliki para remaja. Para remaja, disadari atau tidak merasa harus memenuhi tugasnya tersebut, tetapi di satu sisi tantangan remaja untuk memenuhi tugas tersebut sangatlah berat. Pertanyaannya adalah bagaimana korelasi antara tugas perkembangan sosial remaja dengan kenyataan remaja sebenarnya?<br />
<br />
B. Remaja dan Tugas Perkembangannya<br />
Siapa Remaja itu?<br />
Stanley Hall berpendapat bahwa “Masa remaja adalah masa ‘stress and strain’ (masa kegoncangan dan kebimbangan). Akibatnya para pemuda-pemudi melakukan penolakan-penolakan pada kebiasaan di rumah, sekolah dan mengasingkan diri dari kehidupan umum, membentuk kelompok hanya untuk ‘gangnya’. Mereka bersifat sentimentil, mudah terguncang dan bingung. Mereka menganggap dunia sudah berubah, mereka”<br />
Mereka adalah pemuda pemudi yang berada pada masa perkembangan yang disebut masa “adolesensi” (masa remaja menuju kedewasaan). Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, di mana seseorang sudah tidak dapat disebut anak kecil lagi, tetapi juga belum dapat disebut orang dewasa. (Rifai, 1984:1)<br />
<br />
Dari deskripsi Rifai di atas, jelas ada kata-kata yang membingungkan yaitu “…tidak dapat disebut anak kecil lagi, tetapi belum dapat disebut orang dewasa”. Pengertian tersebut mengartikan remaja sebagai bagian antara anak kecil dan orang dewasa, atau pengertian lebih ekstrim yaitu bukan anak kecil dan bukan orang dewasa. Membingungkan? Namun, itulah yang dirasakan para remaja. <br />
<br />
Untuk mengatasi kebingungannya, secara alami remaja akan belajar (learning) mengenai lingkungan di mana dia berada, bagaimana tanggapan orang terhadapnya dan yang terpenting remaja akan mengetahui tugas-tugas perkembangan yang harus diembannya. Seperti yang kembali diungkapkan Melly Sri Sulastri Rifai dalam bukunya Psikologi Perkembangan Remaja “Masa adolensi ini disebut juga masa ‘physiological learning’ dan ‘social learning’, hal ini berarti pada masa ini pemuda pemudi remaja sedang mengalami suatu pematangan fisik dan pematangan sosial.”<br />
<br />
Dalam pematangan fisik, remaja mengalami proses perubahan struktur dan fungsi jasmaniah mengarah pada kedewasaan fisik. Dalam pematangan sosial remaja menghadapi proses belajar mengadakan penyesuaian diri pada kehidupan sosial orang dewasa secara tepat. Hal ini berarti pula, bahwa remaja harus belajar pola-pola tingkah laku sosial yang dilakukan orang dewasa dalam lingkungan di mana mereka hidup.<br />
<b><br />
Tugas-Tugas Perkembangan Remaja</b><br />
<br />
Dalam proses pematangan atau proses belajarnya, remaja kemudian menyadari bahwa dirinya mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhinya. Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah “tugas yang muncul pada saat atau sekitar periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal, menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.” (Hurlock, 1991: 9)<br />
<br />
Lambat atau cepat remaja akan menyadari bahwa mereka diharapkan menguasai tugas-tugas tertentu. Setiap remaja juga menjadi sadar bahwa dirinya terlalu cepat, terlambat atau tepat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Kesadaran inilah yang mempengaruhi sikap dan perilaku mereka sendiri, demikian pula sikap orang lain terhadap mereka.<br />
<br />
Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat berguna. Pertama, sebagai penunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Kedua, dalam memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan akhirnya, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya. (Hurlock, 1991:9)<br />
<br />
Robert Y. Havighurst dalam bukunya Human Development and Education menyebutkan sepuluh tugas perkembangan remaja, yaitu:<br />
<br />
1. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya, baik dengan teman-teman sejenis maupun jenis kelamin lain.<br />
2. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing.<br />
3. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya seefektif-efektifnya dengan perasaan puas.<br />
4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya.<br />
5. Mencapai kebebasan ekonomi. Ia merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri.<br />
6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan.<br />
7. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga.<br />
8. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat.<br />
9. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggung jawabkan.<br />
10. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman-pedoman dalam tindakan-tindakannya dan sebagai pandangan hidupnya.<br />
<br />
Tugas perkembangan remaja juga sangat terkait dengan ciri-ciri remaja yang khas. Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Remaja dan Pola Rekreasinya, para remaja mempunyai ciri-ciri tertentu, baik yang bersifat spirirual maupun badaniah, yaitu:<br />
<br />
1.Perkembangan fisik yang pesat.<br />
2.Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa atau yang dianggap lebih matang pribadinya. Kadang-kadang diharapkan bahwa interaksi sosial itu mengakibatkan masyarakat menganggap remaja sudah dewasa.<br />
3.Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa.<br />
4.Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial, ekonomis, maupun politis, dengan mengutamakan kebebasan dari pengawasan yang terlalu ketat oleh orang tua atau sekolah.<br />
5.Adanya perkembangan tahap intelektualitas untuk mendapatkan identitas diri.<br />
6.Menginginkan sistem kaidah dan nilai yang serasi dengan kebutuhan atau keinginannya, yang tidak selalu sama dengan sistem kaidah dan nilai yang dianut oleh orang dewasa.<br />
<br />
Dari deskripsi ciri-ciri si atas terlihat bahwa semua ciri-ciri remaja juga terdapat dalam tugas perkembangan. Jadi dapat disimpulkan tugas perkembangan sosial remaja merupakan sesuatu yang khas (ciri-ciri) pada diri remaja dan harus dipahami kekhasannya itu.<br />
<br />
M.S.Mitchel Vinco<br />
(Dalam Kuliah Psikologi Remaja)<br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-52171052275936342912010-02-16T23:03:00.002+07:002010-04-22T23:48:01.943+07:00American Dreams: Ketika Amerika Serikat Bermimpi (Bagian II)(Sambungan dari artikel American Dreams:...(Bagian I)<br />
<br />
<b>3. Wilson, Perang Dunia I hingga New Deal</b><br />
<br />
Pada tanggal 22 Januari 1917 pemerintah Jerman mengumumkan perang kapal selam tak terbatas akan dilanjutkan kembali. Ketika lima kapal Amerika tenggelam di bulan April, Wilson langsung meminta konggres untuk menyatakan perang. Segera saja pemerintah memobilisasi kekuatan militer, industri, tenaga kerja dan pertanian. Di bulan Oktober 1918 sebanyak 1.750.000 tentara Amerika disebar ke Perancis.<br />
Presiden Wilson berperan besar membuat perang berakhir lebih cepat dengan mendefinisikan tujuan perang sekutu. <br />
<span class="fullpost"><br />
Empat belas pokok pikiran Wilson yang terkenal diserahkan kepada senat pada bulan Januari 1918. Empat belas pokok pikiran ini menjadi sendi utama perjanjian perdamaian yang digagas Wilson – pembentukan sebuah asosiasi bangsa-bangsa yang mengupayakan “jaminan bersama terhadap kemerdekaan politik dan keutuhan wilayah untuk semua negara, baik yang besar maupun kecil”<br />
Pada akhirnya hanya sedikit yang tersisa dari usulan Wilson bagi perdamaian abadi kecuali Liga Bangsa bangsa itu sendiri dan sang Presiden harus menanggung ironi terakhir dengan melihat bangsanya sendiri secara angkuh menolak keanggotaan di Liga ini.<br />
<br />
****<br />
<br />
Pada bulan oktober 1929 pasar saham hancur dan 40 persen nilai saham hilang. Inti masalah adalah perbedaan yang besar antara kapasitas produksi Negara dan kemakmuran rakyat untuk mengkonsumsinya. Penemuan-penemuan besar teknik produksi selama dan setelah perang meningkatkan hasil produksi industri di atas daya beli petani dan pekerja rendah di Amerika. Simpanan orang-orang kaya dan kelas menengah sudah sedemikian banyak dan tidak hanya sekedar main aman lagi, kekayaan orang-orang kaya dan kelas menengah dialihkan kepada spekulasi gila-gilaan di saham atau real estat. Karena jatuhnya pasar saham hanyalah struktur spekulasi yang lemah dan ambruk.<br />
<br />
Di tahun 1933, presiden baru Franklin Roosevelt mendatangkan rasa percaya diri dan optimisme. Hal ini dengan cepat menggalang rakyat untuk mendukung programnya yang dikenal dengan nama New Deal (janji baru). Dalam pelantikannya Roosevelt mengatakan “Satu-satunya yang harus ditakuti adalah ketakutan kita sendiri”. Prinsi New Deal ini adalah meninggalkan ekonomi bebas atau liberal dan beralih ke sistem perekonomian terpimpin oleh untuk mengatur dan kekacauan ekonomi. <b>Program New Deal</b> meliputi 3R yaitu: <br />
<br />
1. Relief : ditujukan untuk golongan bawah. Prinsipnya untuk membantu orang yang sedang menderita agar tetap bisa bertahan hidup. Realisasinya antara lain melalui program padat karya, dimana rakyat dilibatkan dalam pembangunan Tennessee, Vailly Autorty.<br />
2. Recovery : merupakan program mendorong industri ketingkat semula. Realisasinya <br />
a. Pemerintah memberikan pinjaman agar perusahaan tidak tutup dan dapat menyerap tenaga kerja. <br />
b. Menaikan harga dalam negeri, diadakannya devaliasi agar rakyat dapat menjangkau harga barang, diluar negeri dijaga harganya agar tidak anjlok. <br />
c. Dikeluarkannya $ 2 juta dollar untuk menstabilkan harga. <br />
3. Reform : merupakan perbaikan dalam sistem dimana pemerintah mengeluarkan uu jaminan sosial, realisasinya, emperhatikan usia pension, memberikan jaminan hari tua. <br />
<br />
<b>Bukti-bukti keberhasilan program New Deal : </b><br />
1. mengurangi jumlah pengangguran dengan cara membuat proyek-proyek menyerap tenaga kerja. <br />
2. harga barang dinaikan agar perusahaan-perusahaan tidak tutup dan memberikan pekerjaan bagi orang lain. <br />
3. menyusun UU untuk menjamin buruh, dengan menentukan upah minimum, menentukan 40 jam sebagi maksimum jam kerja seminggu, majikan harus mengakui dan menerima wakil-wakil buruh. <br />
Meskipun New Deal berhasil dalam program-programnya untuk mengatasi depresi hebat di Amerika walupun New Deal mendapatkan kritikan tentang program-program dari New Deal tersebut. Namun presiden Roosevelt bersikeras bahwa langkah-langkahnya untuk menyehatkan ekonomi Amerika akan memperkuat kemerdekaan dan demokrasi. Sehingga program-program dari Roosevelt menjadi mimpi Amerika. Dalam pidatonya di radio pada tahun 1938, Roosevelt mengingatkan rakyat Amerika bahwa: <br />
<br />
“Demokrasi telah lenyap di sejumlah Negara besar, bukan karena orang-orang di sana benci demokrasi, tetapi karena mereka bosan dengan tingkat pengangguran dan tiada jaminan, bosan melihat anak-anak mereka kelaparan, sementara mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena pemerintah mereka kebingungan dan karena lemah salam memimpin... akhirnya di tengah kepitus asaan, mereka memilih untuk mengorbankan kemerdekaan mereka demi mendapatkan makanan. Kita di Amerika tahu betul bahwa institusi demokrasi kita bisa dijaga dan berhasil. Namun untuk menjaganya kita perlu…membuktikan bahwa langkah praktis pemerintah yang demokratis setara dengan tugas untuk melndungi keamanan rakyat…rakyat Amerika semua sepakat menjaga kemerdekaan, apapun resikonya, dan langkah pertama pertahanan itu terletak pada perlindungan keamanan ekonomi” <br />
<b><br />
D. Contemporer Dreams</b><br />
Masa yang disebut Contemporer Dreams, ingin dibatasi menyangkut mulainya Amerika Serikat memasuki dan konsentrasi pada politik luar negeri. Sekaligus juag memberi batasan jelas antara past dream, yang orientasinya adalah America for American. Dimasa contemporer ini didorong oleh American Dreams yang berbunyi: “cahaya untuk negara-negara”. Maka Amerika Serikat aktif memasuki kancah pertarungan dunia internasional.<br />
<br />
1. Perang Dunia II dan Four Freedom<br />
Sebelum Roosevelt terpilih menjadi presiden untuk kedua kalinya, program barunya tertutup oleh bahaya baru yang tidak disadari oleh rakyat Amerika. Ekspansi rezim totaliter Jepang, Italia dan Jerman tahun 1931.<br />
<br />
Saat Jepang, Jerman dan Italia melakukan agresi secara besar-besaran rakyat Amerika cemas terkena sentiment menutup diri. Amerika masih kecewa dengan kegagalan perjuagan demokrasi di perang dunia I., mengumumkan bahwa Negara-negara yang terlibat dalam konflik tidak bisa meminta bantuan. Tujuannya ialah mencegah apapun caranya, keterlibatan Amerika dalam perang yang bukan perang Amerika. <br />
<br />
Sentimen mengisolasi diri Amerika mekin menguat ketika Nazi menyerang Polandia tahun 1939 dan perang dunia II pecah, sekalipun rakyat Amerika sama sekali tidak netral tentang peristiwa tersebut. Sentimen publik jelas tertuju kepada korban agresi militer Hitler dan mendukung kekuatan sekutu yang menentang ekspansi Jerman. Sikap menjauhkan Amerika dari keterlibatan perang akhirnya atal sesudah Jepang menyerang pangkalan militernya di Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941. bersama inggris dan Negara sekutu lainya, menggalang kekuatan untuk menghancurkan kekuatan fascist. <br />
<br />
Pada tahun 1940 Franklin. D. Roosevelt terpilih menjadi presiden Amerika ke tiga. Secara terang-terangan ia memusuhi facist dalam perang dunia II serta menjalankan kontrak bersama sekutu. Pada tanggal 14 Agustus 1941 bersama mentri inggris Winston Churchill, ia menulis deklarasi 8 pasal sebagai program perdamaian yang lebih dikenal dengan piagam Atlantik. Dalam program ini dicantumkan hak rakyat menentukan nasib sendiri, jaminan perdamaian serta bebas dari kemelaratan dan ketakutan. Program ini disebut “The Four Freedom” yang disampaikan oleh Franklin. D. Roosevelt. <br />
<br />
Hal-hal yang mendasar yang diharapkan rakyat dari sistem ekonomi dan politik mereka yaitu : <br />
1. Kebebasan berbicara dan berpendapat di mana pun di dunia<br />
2. Kebebasan setiap orang untuk beribadat kepada Allah dengan caranya sendiri di mana pun di dunia.<br />
3. Bebas dari kekurangan, yang, kalau diterjemahkan dalam istilah yang lebih umum, berarti berkaitan dengan pengertian ekonomi yang akan menjamin bahwa setiap negara mempunyai kehidupan masa damai yang sehat bagi rakyatnya di mana pun di dunia<br />
4. Bebas dari rasa takut - yang, kalau diterjemahkan dalam peristilahan umum, berarti pengurangan persenjataan di seluruh dunia sampai ke suatu tingkat tertentu dan dengan cara yang seksama sehingga tidak ada suatu bangsa yang sanggup melakukan tindakan agresif fisik terhadap negara tetangganya di mana pun di dunia<br />
<br />
2. Perang Dingin<br />
Pada masa ini Amerika lebih berorientasi kepada poitik luar negeri Amerika. Setelah perang dunia II Amerika mendominasi masalah-masalah global selama bertahun-tahun. Para pemimpin Amerika ingin mempertahankan struktur demokrasi yang telah mereka bela dengan dengan penuh pengorbanan dan membagi kemakmuran seluas mungkin. Masyarakat Amerika mendukung peningkatan kewenangan pemerintah dan menerima rancangan Negara yang sejahtera, menciptakan tingkat kekayaan baru di Amerika. <br />
<br />
Setelah perang dunia II, Uni Soviet dan Amerika terjadi permusuhan akibat dari adanya perbedaan pandangan tentang ideologi antar kedua Negara tersebut, sehingga pertentangan antara kedua Negara tersebut disebut juga dengan perang dingin. Amerika berharap bisa menciptakan stabilitas agar rekonstruksi damai bisa dilaksanakan. Amerika menempatkan posisinya sebagai pendukung utama peradagangan bebas dan ingin menghapus hambatan perdagan. <br />
<br />
Amerika juga menciptakan pasar bagi pertanian dan industri Amerika. Pengurangan hambatan dagang dapat diyakini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik dalam maupun luar negri, serta mendukung stabilitas sekutu Amerika, dengan kata lain Amerika berusaha meyakinkan Eropa untuk bangkit dari depresi hebat (1929-1940) Amerika mendukung eropa dengan cara melakukan eksport agar perumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi di Eropa cepat pulih. <br />
<br />
Uni Soviet mempuyai agenda sendiri. Tradisi lama Rusia akan pemerintahan yang terpusat dan otokrasi berlawanan dengan penekanan America yang demokrasi. Setelah membaliknya ancaman Hitler, Uni Soviet bertekad untuk bangkit. Dan kini Uni Soviet menuntut danya tapal batas yang dapat dipertahankan dan rezim yang bersimpati dengan cita-cita mereka di eropa timur. Namun Amerika telah menyatakan pemulihan kemerdekaan dan pemerintahan sendiri di polandia, cekoslowakia, dan Negara-negara lain di eropa tengah dan timur sebagai salah satu tujuan perang mereka. <br />
<br />
Kemudian Amerika membuat peryataan yang dikenal dengan doktrin Truman, ia menyatakan “ Saya percaya bahwa harus menjadi kebijakan Amerika untuk membantu rakyat merdeka yang menentang penindasan yang dilakukan oleh kaum minoritas bersenjata atau oleh pihak asing”. Akibat peryataanya mengakibatkan gelombang anti komunis diseluruh penjuru negeri. Berdasarkan asumsi bahwa “Uni Soviet berusaha keras untuk mengambil alih pemerintahan dimana saja yang memungkinkan”. dokumen tersebut mengikat Amerika untuk membantu sekutu di manapun di dunia yang terancam ancaman Soviet.<br />
<br />
<b>3. Kemunculan budaya tandingan hingga Amerika Serikat menjadi polisi dunia</b><br />
<br />
Amerika telah melewati berbagai peperangan seperti: Perang Saudara, Perang Dunia I dan II. Kini dalam masa perang Dingin secara otomatis kancah perseteruan dilakukan di luar negeri. Di dalam negeri sendiri ternyata terjadi kejenuhan. Saat itulah muncul berbagai aliran tanda-tanda yang tampak dari budaya tandingan muncul di masyarakat Amerika pada akhir tahun 1960-1970-an. Rambut panjang dan jenggot tebal menjadi lazim. Jins biru dan kaos oblong menggantikan kemeja, jas dan dasi. Pemakaian obat-obatan terlarang meningkat dalam usaha untuk membebaskan pikiran dari tekanan-tekanan masa lalu. Musik Rock And Roll berkembang dalam berbagai fariasi. Hard rock menjadi poluler dan lagu-lagu berisi kritik poltik atau sosial menjadi umum. Budaya tandingan kaum muda mencapai puncaknya pada bulan agustus 1969 di woodstock. <br />
<br />
Energi yang mendorong gerakan sipil dan menjadi katalisator budaya tandingan memancing gerakan lingkungan hidup pada pertengahan 1960-an. Gerakan ini banyak muncul setelah terbit buku karya Rachel Carson tahun 1962 berjudul Silent Spring, yang menunjukan banyaknya penggunaan pestisida kimia. Keprihatinan masyarakat terhadap lingkungan terus meningkat sekitar tahun 1960-an dengan banyaknya orang sadar akan polutan mengepung mereka. <br />
<br />
Pada tanggal 22 April 1970 seluruh Amerika merayakan hari bumi. Namun banyak yang menolak usulan untuk membersihkan udaar dan air negara ini. Solusi tersebut akan memakan biaya yang besar. Pada tahun 1970 konggres mengajukan amandemen Undang-Undang udara bersih tahun 1967 untuk mengembangkan penyeragaman standart kualitas udara. Tahun 1970 lembaga perlindungan lingkungan hidup dibentuk sebagai agen federal independen untuk pengendalian pencemaran. <br />
<br />
Pada tahun 1991 menjadi akhir dari pearng dingin. Ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet. Apa yang akan dilakukan Amerika? Masih adakah mimpinya? Amerika kemudian menjadi ”tanpa tanding”. Pada paruh pertama tahun 1990-an Amerika mulai menjadi polisi dunia. Hal itu tampak pada campur tangannya terhadap urusan dalam negri negara lain. Amerika Serikat ingin memperluas paham demokrasi-liberalnya yang dianggap sebagai pajam terbaik bagi seluruh negara.<br />
<br />
Bagaimanapun sejarah panjang Amerika, ternyata Amerika Serikat tetap menjadi impian kebebasan bagi setiap orang. Apapun bisa dilakukan di Amerika. Tidak mengherankan Amerika banyak menampung para imigran, yang legal maupun yang datang secara ilegal. Semuanya mempunyai mimpi, American Dreams: The right to life, liberty and the pursuit of happiness. Apakah semua mimpi itu tercapai? Perjalanan sejarahlah yang dapat membuktikan.<br />
<br />
M.S. Mitchel Vinco<br />
(saat kuliah Sejarah Amerika)<br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-68548992557714844842010-01-23T16:44:00.005+07:002010-04-22T22:45:05.088+07:00American Dreams: Ketika Amerika Serikat Bermimpi (Bagian I)<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-priority:99;
mso-style-unhide:no;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:purple;
mso-themecolor:followedhyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
em
{mso-style-priority:99;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-style-priority:99;
mso-style-unhide:no;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:EN-GB;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
text-align:justify;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1054233802;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-872137564 545264094 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-text:"%1\)";
mso-level-tab-stop:42.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:42.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:78.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:78.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:114.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:114.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level4
{mso-level-tab-stop:150.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:150.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:186.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:186.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:222.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:222.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level7
{mso-level-tab-stop:258.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:258.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:294.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:294.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l0:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:330.0pt;
mso-level-number-position:right;
margin-left:330.0pt;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1
{mso-list-id:2003308527;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-772139180 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l1:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Pada abad 21 sekarang ini, siapa yang tidak mengenal Amerika Serikat atau United State of America (USA)? Bahkan saat ini menjadi lazim, pemuda-pemudi dari seantero negeri menjalankan budayanya dengan kiblat ke Amerika bagian Utara tersebut. Lihat saja MTV (Music Television) yang sangat digemari anak muda Indonesia, atau acara lain seperti American Idol, Fear Factor dan acara dari negara Paman Sam tersebut. Jika ingin ditelaah, gaya busana casual atau santai seperti celana jeans dan kaos oblong merupakan gaya asli Amerika Serikat, yang berkembang di sekitar tahun 1960-1970. Apa yang tidak ”Amerika” saat ini?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Di satu sisi di negara yang mengakui penjunjung HAM ini juga terjadi beberapa peristiwa yang memilukan, gambaran sebuah kebebasan yang kebablasan. Masih hangat dalam memori kita peristiwa tewasnya mahasiswa program doktoral teknik sipil Universitas Virginia asal Indonesia, Partahi Lumbantoruan, 34 tahun di Virginia, USA. Sang penembak, Cho Seung-Hui adalah orang Korea, namun lahir dan beasr di Amerika Serikat. Betapa Kedigdayaan Amerika pun ada celahnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
text-align:justify;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
text-align:justify;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div class="MsoNormal"><span class="fullpost"></div> <span lang="SV"></span><br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Amerika Serikat memang harus diakui telah menjadi salah satu ”raksasa” dunia dalam berbagai bidang. Dalam bidang ekonomi, negeri yang menganut sistem kapitalisme ini, sudah memiliki pasar di berbagai belahan dunia. Dalam bidang pertahanan/militer, sudah tidak perlu diragukan lagi, sejarah mencatat bahwa Amerika Serikat adalah jagoannya dari kecanggihan teknologi militer dan pasukan militer khususnya. Dalam bidang sosial, Amerika Serikat merupakan negara yang sangat makmur dan sejahtera, jaminan sosialnya jelas diatur hukum dan mendapat priorotas utama, demikian pula dengan pendidikan dan kesehatan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Meskipun demikian, sebagai sebuah negara bangsa, Amerika memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang dan cukup menarik. Bila dalam pengertian kesadaran sejarah, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan hasil dari masa lalu dan akan membentuk masa depan. Maka, perubahan yang sejati mengandaikan adanya sesuatu yang tetap sama, yang dapat dipakai sebagai tolak ukur untuk mengukur perubahan. Dengan demikian dapat dipastikan, Amerika Serikat bila dikaji secara historis akan tampak nilai-nilai sejati dari bangsa ini. Nilai-nilai yang disatu saat menjadi mimpi atau angan-angan, tetapi di satu sisi mampu menjadi arah dan kompas dalam perjalanan Amerika Serikat. American Dreams demikianlah nilai-nilai tersebut dikenal.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Mengapa dreams? Mengapa bermimpi? Tidak jelas mengapa digunakan kata dreams. Namun, menurut kami hal tersebut merupakan ungkapan romantisme, agar mimpi tersebut dapat selalu dihayati dan selalu dikejar. Mimpi bukanlah sekedar ”bunga tidur” saja. Mimpi adalah tujuan, keinginan tertinggi setiap individu, dalam hal Amerika Serikat adalah mimpi sebuah bangsa. Bukankah “sesuatu yang mungkin merupakan sesuatu yang tidak mungkin tapi belum terwujudkan”. Dan “ Masa depan adalah milik mereka yang percaya keindahan mimpinya “.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">American Dreams mewarnai perjalanan sejarah Amerika Serikat hingga saat ini. Ketika masih menjadi koloni, perang kemerdekaan, perang dunia hingga Amerika Serikat menjadi polisi dunia. Walaupun dibatasi dengan batasan waktu yang panjang, American Dreams tetap menjadi mimpi rakyat Amerika Serikat. Mungkin hal tersebut yang membuat Amerika Serikat sebagai sebuah negara menjadi begitu kokoh pendiriannya. Apakah Indonesia harus mencoba untuk merumuskan mimpinya? Mimpi yang dihayati dan didambakan setiap insan dari penghuni Zamrud Khatulistiwa. Harus diakui, angan-angan tentang Indonesia yang ideal saat ini semakin sirna, ada yang melupakan, ada yang masih memegang teguh, ada pula yang ”amnesia”.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">A. Pengertian American Dreams<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Tidak banyak literatur yang memberi definisi American Dreams secara ilmiah. Namun, dalam wacana umum, American Dreams memang adanya. Setidaknya itulah yang tertulis di surat kabar cetak maupun elektronik. Pada kajian budaya juga tersirat apa itu American Dreams. Perlu dicatat memang tidak secara tersurat terdapat definisi American Dreams. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Demikianlah yang dapat ditemukan mengenai definisi American Dreams: <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=American_Dream&action=edit" title="American Dream">American Dream</a>, atau "mimpi orang Amerika" (dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia, <i>dream</i> berarti bermimpi) dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikat" title="Amerika Serikat">Amerika Serikat</a>. Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa memperdulikan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Status_sosial&action=edit" title="Status sosial">status sosial</a>, seseorang dapat mendapatkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mobilitas_sosial" title="Mobilitas sosial">kehidupan yang lebih baik</a>. Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah "<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kota_di_atas_bukit&action=edit" title="Kota di atas bukit">kota di atas bukit</a>" (atau <i>city upon a hill"</i>), "cahaya untuk negara-negara" (<i>"a light unto the nations"</i>), yang memiliki nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai generasi berikutnya. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Prinsip dasar berkebangsaan Amerika adalah ”<i>The right to life, liberty and the pursuit of happiness</i>”. ”<i>Life, liberty, and happiness</i>” itulah tujuan buat apa Amerika didirikan. Untuk mencapai mimpi itu, seorang Amerika harus memiliki ”otonomi” (individual autonomy), kebebasan individual yang besar sehingga ia mampu bersaing di masyarakat. <span lang="SV">Dengan cara begitu, ia akan merasa aman dalam mengarungi kehidupan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><i><span lang="SV">Pandangan berbeda tentang American Dreams diberikan sebagai berikut: “The American dream</span></i><span lang="SV"> dengan segala materialisme, konsumtifisme, hedonisme, dan liberalisme-nya telah membius banyak orang, dan memicu terjadinya gelombang kaum imigran. Sebagian berhasil meraih impian itu, sebagian tidak.”<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 53.85pt;"><span lang="SV">Kiranya beberapa pandangan di atas harus digunakan pada waktu yang tepat. </span><span lang="EN-GB">Pada pembahasan ini akan dibahas American Dreams yang terdiri dari: past dream, nation dream dan contemporer dream. Past berasal dari bahasa Inggris yang berarti: telah lalu; telah lampau; dahulu; lalu. Past dream dapat berarti mimpi tentang masa lalu, dalam hal ini berarti mimpi orang-orang Amerika Serikat di masa lalu. </span><span lang="SV">Periodenya dapat disepakati sejak masa kolonisasi hingga awal Perang Dunia ke-2. Mengapa mengambil periode tersebut? Menurut kami periode sekitar abad 18 hingga akhir paruh abad ke 20 merupakan periode khas, yang mempunyai kesamaan dalam perjalanannya, namun berbeda dengan periode dewasa ini atau contemporer. Bagaimana persamaan dan perbedaannya?akan dibahas selanjutnya. Sebelumnya baiklah disepakati pula mengenai contemporer dream. <o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 53.85pt;"><span lang="SV">Contemporer berasal dari kata contemporary yang berarti: sewaktu; yang hidup dalam waktu yang sama. Contemporer dream dalam Americans dreams berarti mimpi tentang masa sekarang ini, atau mimpi orang-orang Amerika Serikat pada kurun waktu di ”dekat” mereka hidup. Periodenya bila mengikuti arti contemporer dapat disepakati paruh kedua abad 20 hingga sekarang. Berarti sekaligus juga dapat disambungkan dengan periode past dream yang berakhir pada akhir paruh pertama abad 20. Peristiwa terkait pada masa contemporer adalah Perang Dunia II, Perang Dingin, hingga Amerika Serikat saat ini yang menjadi negara adi daya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">B. Past Dreams dan Nation Dreams<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Masa antara kolonisasi di Amerika Utara hingga Perang Dunia I, dapat ditarik benang merah, yaitu: usaha Amerika Serikat untuk menyelesaikan masalah-masalah di dalam negeri. Bagaimana perjalanan bangsa Amerika dalam mengatasi masalah-masalah dalam negerinya? Bagaimanakah wujud dari American Dreams dalam kurun waktu tersebut?</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><b>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Masa Kolonisasi hingga Independent of America 1776<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Awal tahun 1600-an terjadi gelombang besar perpindahan dari Eropa ke Amerika utara, selama lebih dari tiga abad, gerakan perpindahan yang tadinya beratus-ratus menjadi berjuta-juta pendatang baru. Kemudian pada abad ke-17 terbentuklah sejumlah koloni di Amerika Utara, kolonisasi tersebut berawal dari keinginan sejumlah serikat dagang untuk menanamkan modal di Amerika Utara. Keinginan itu didukung oleh parlemen Inggris berupa wewenang kepada serikat dagang untuk menanamkan modal dan mendirikan koloni di Amerika. Adapun mimpi yang ingin dicapai yaitu mencari kehidupan yang lebih baik dari asal sebelumnya dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Realisasi mimpi yang dicapai didalam kehidupan koloni :</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>a)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Ekonomi<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="IT">Sebagian besar tanah pertanian di Irlandia ditanami kentang sebagai makanan pokok. Namun pada tahun 1830-an terjadi gagal panen yang sangat besar sehingga terjadi kelaparan. Orang-orang Irlandia banyak yang meninggal karena terserang penyakit epidermis, sebagian yang hidup memilih meninggalkan negeri mereka dan pindah ke Amerika.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>b)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Agama<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">.Pergolakan-pergolakan keagamaan terjadi di Inggris pada abad ke-16 dan ke-17, sekelompom pria dan wanita yang dinamakan kaum puritan berusaha merombak gereja dari dalam. Mereka ingin menuntut protestanisasi yang lebih menyeluruh terhadap bentuk ibadah agar menjadi lebih sederhana. Pemberontakan bermotif agama yang menjadi klimaks terjadi pada tahun 1641. beribu orang protestan dibantai dalam peristiwa tersebut. Kemudian pda masa pemerintahan Cromwel, beribu orang katolik Irlandia dibunuh. Siapa yang berkuasa berhak menentukan hidup dan mati seseorang yang menganut agama tertentu.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>c)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Politik<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Meskipun secara hukum orang-orang Irlandia bebas, namun mereka hidup seperti dalam keadaan terjajah di negerinya sendiri. Penguasa Inggris mengendalikan kehidupan politik mereka, dan para pendatang Inggris mendominasi perekonomian agraris setelah merampas semua tanah dan kemudian disewakan kepada petani Irlandia. Pada abad ke-18, kekuasaan orang-orang Inggris telah terlampau besar, mereka berkuasa untuk menjatuhkan hukuman kepada para petani yang melakukan perlawanan. Bahkan mereka berhak mengambil istri atau anak gadis petani untuk menemani mereka tidur.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Dengan demikian banyak emigran dari Eropa meninggalkan tanah air mereka karena melarikan diri dari penindasan politik, demi mencari kemerdekaan menjalankan ibadah atau untuk petualangan dan peruntungan yang lebih baik. Inilah <b>American Dreams saat tumbuhnya koloni di Amerika Utara, yang menjadi cikal bakal Amerika Serikat.<o:p></o:p></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">###</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Pemerintah Inggris membutuhkan lebih banyak uang guna memelihara imperium yang semakin bertumbuh. Maka pemerintah inggris menginginkan koloni-koloni untuk membayar pajak. Pada tahun 1964 dikeluarkan undang- undang gula yang bertujuan untuk meningkatan pendapatan serta mengatur perdagangan. Dalam tahun yang sama parlemen juga mengesahkan undang- undang mata uang untuk mencegah agar surat – surat kredit yang dikeluarkan tidak dijadikan alat pembayaran yang sah. Berhubung koloni-koloni yang merupakan daerah perdagangan yang defisit dan selalu kekurangan “uang keras,” peraturan itu menambahkan beban yang berat pada perekonomian koloni. Yang juga tak bisa diterima dari segi perdagangan ekonomi, adalah undang-undang Uang Kertas yang dikeluarkan pada tahun 1765 mengharuskan koloni-koloni menyediakan perumahan serta persediaan bagi pasukan-pasukan kerajaan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Kemudian perang berlanjut dan pada akhirnya pihak koloni memperoleh kemenangan dan kemerdekaan. Deklarasi kemerdekaan pun segera diresmikan pada tanggal 4 Juli 1776 yang merupakan kelahiran sebuah negara baru dan kemudian akan menjadi kekuatan yang dinamis di seluruh dunia barat.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;">Apakah mimpi Amerika atau <b>American Dreams pada masa perang kemerdekaan</b> tersebut? Kiranya dapat dilihat dari isi Declaration of Independence : </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><i><span style="font-size: 11pt; line-height: 150%;">“Kita anggap kebenaran-kebenaran ini hakiki adanya, ialah bahwa semua manusia diciptakan sederajat, bahwa oleh sang pencipta mereka dikaruniai hak-hak tertentu yang tak dapat dicabut, bahwa diantaranya adalah kehidupan, kemerdekaan, dan usaha mencari kebahagiaan. Bahwa untuk menjamin hak-hak ini, didirikan pemerintah diantara rakyat, dengan kekuasaannya yang adil yang diperoleh atas izin mereka yang diperintah; bahwa manakala bentuk pemerintahan yang bagaimanapun menjadi merusak bagi tujuan-tujuan ini, maka hak rakyat untuk mengubah atau menghapuskannya, dan untuk mendirikan suatu pemerintahan yang baru, yang dibangin atas dasar prinsip-prinsip sedemikian, dan kekuasaannya disusun dalam bentuk sedemikian, yang bagi mereka nampak paling mungkin mendatangkan keamanan dan kebahagiaan.”</span></i><b><span style="font-size: 11pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><b><span lang="SV">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b><span lang="SV">Dari Doktrin Monroe hingga Perang Saudara<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Pada bulan Desember 1823 setelah mengetahui bahwa angkatan laut Inggris akan membela Amerika latin dari Persekutuan Suci dan Perancis. Presiden Monroe menggunakan kesempatannya pidato tahunannya ke konggres untuk menyatakan apa yang dikenal sebagai Doctrin Monroe, penolakam untuk mentolerir perluasan lebih lanjut dominasi Eropa di Amerika.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Tanah Amerika… mulai sekarang tidak boleh lagi dijadikan ajang kolonisasi oleh negara-negara Eropa. Kita harus menganggap setiap usaha mereka memperluas sistem politik di bagian manapun di benua ini sebagai bahaya bagi kedamaian dan keselamatan kita.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><i><span lang="SV" style="font-size: 11pt; line-height: 150%;">”Terhadap setiap koloni atau tanah jajahan penguasa Eropa yang ada, kita tidak dan tidak akan ikut campur. Tetapi pemerintah yang telah menyatakan kemerdekaan mereka dan mempertahankannya, serta yang kemerdekaannya kita … akui, langkah negara Eropa manapun yang bertujuan menindas, atau yang mengatur nasib mereka dengan cara yang lain, tidak bisa kita lihat dengan cara lain kecuali sebagai pernyataan permusuhan terhadap Amerika”. </span></i><span lang="SV" style="font-size: 11pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Doctrin Monroe ini menyatakan semangat solidaritas dengan republik Amerika latin yang baru merdeka. Bangsa-bangsa ini pada gilirannya menghormati ikatan politik mereka dengan Amerika Serikat dengan melandaskan konstitusi baru mereka, dalam banyak hal, pada model Amerika Utara. Bangsa Amerika Serikat, semakin menegaskan cirnya yang liberal, bebas tidak terikat. Inilah <b>American Dreams pada masa Monroe</b>.<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="SV">***<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Pada tahun1786, George Washington menulis bahwa ia sepenuh hati menginginkan adannya rancangan agar perbudakan bisa diakhiri dengan cara yang tak tergesa-gesa, pasti, dan tak menimbulkan guncangan. Jefferson, Madison dan Monroe, semuanya dari Virginia menyatakan hal yang serupa. Namun harapan tersebut keliru karena selama generasi berikutnya, wilayah selatan bersatu padu mendukung lembaga perbudakan saat faktor ekonomi baru membuat perbudakan jauh lebih menguntungkan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Faktor yang paling utama yang menimbulkan ini adalah meningkatnya perkembangan di bidang industri khususnya industri kapas. Orang Selatan yang marah melihat keuntungan besar yang didapat pelaku bisnis Utara, sebaliknya orang Utara menyatakan bahwa perbudakan merupakan penyebab utama terjadinya kemunduran di daerah tersebut. Padahal bagi orang Selatan perbudakan sangat penting untuk perekonomian mereka (pertanian kapas).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Abraham Lincoln sudah lama menganggap perbudakan sebagai suatu kejahatan. Dalam suatu pidatonya di Peoria, Illinois tahun 1854, ia menyatakan bahwa semua peraturan negara mesti disusun atas prinsip perbudakan harus dibatasi dan akhirnya dihapuskan. Pidato inilah yang menyebabkan Ia dikenal masyarakat luas. Abraham Lincoln juga melontarkan ucapan:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><i><span lang="SV" style="font-size: 11pt; line-height: 150%;">“Sebuah rumah yang terbelah tak akan bisa bertahan. Saya percaya bahwa pemerintahan ini tak bisa selamanya menganut setengah perbudakan dan setengah bebas. Saya tidak mengharapkan Union pecah – saya tak ingin rumah – tapi saya ingin perpecahan ini berhenti.” <o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><span lang="SV">Setelah perang saudara selesai Abraham Lincoln terpilih lagi untuk kedua kalinya sebagai presiden, dalam pidato pelantikannya yang kedua Lincoln menutupnya dengan kata-kata :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54pt;"><i><span lang="SV" style="font-size: 11pt; line-height: 150%;">“…Janganlah menaruh dendam pada siapapun, berbuat baiklah kepada semua orang, yakinlah pada sesuatu yang benar, karena Tuhan telah memberikan kita pengelihatan untuk melihat kebenaran, marilah kita berjuang untuk menyelesaikan tugas kita, untuk mengobati luka bangsa: merawat mereka yang telah berjuang dalam pertempuran, dan menyantuni para janda dan anak yatim mereka… melakukan semua yang bisa kita raih dan <b>menghargai kedamaian yang adil dan abadi di antara kita sendiri dan dengan semua bangsa</b>”.</span></i><span lang="SV" style="font-size: 11pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="SV">American Dreams demikianlah yang terjadi pada masa Lincoln. Kebebasan untuk semua!<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><b>(Bersambung: American Dream II)</b><br />
<span style="font-size: 10pt;">M.S. Mitchel Vinco<br />
Sejarawan, Pendidik, Budayawan</span></div><div class="MsoNormal"><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
text-align:justify;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
text-align:justify;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div class="MsoNormal"></span></div> <span style="font-size: 10pt;"><br />
</span><br />
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-3203605249358188992010-01-11T21:17:00.001+07:002010-01-11T22:06:17.339+07:00Memandang Kuba dalam Demokrasi<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-unhide:no; mso-style-link:"Footnote Text Char"; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} span.MsoFootnoteReference {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-unhide:no; vertical-align:super;} span.FootnoteTextChar {mso-style-name:"Footnote Text Char"; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-unhide:no; mso-style-locked:yes; mso-style-link:"Footnote Text"; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} /* Page Definitions */ @page {mso-footnote-separator:url("file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") fs; mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") fcs; mso-endnote-separator:url("file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") es; mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_header.htm") ecs;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><span lang="SV" style="font-size:100%;">Setelah kekalahan Spanyol dari Amerika Serikat dalam perang tahun 1898, Kuba berada di bawah pengaruh Amerika Serikat. Kuba diberi kemerdekaan tahun 1902 setelah menerima apa yang disebut Amandemen Platt sebagai bagian dari konstitusi militer Amerika Serikat di Kuba (Guantanamo adalah pangkalan Amerika Serikat hingga sekarang). Amandemen tersebut berbunyi ”Pemerintah Kuba sepakat untuk m</span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_3YLsdcXNUxI/S0s9sFBOZkI/AAAAAAAAAK4/LME6e4i3LUA/s1600-h/bendera+kuba.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 124px; height: 111px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_3YLsdcXNUxI/S0s9sFBOZkI/AAAAAAAAAK4/LME6e4i3LUA/s200/bendera+kuba.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5425498003568748098" border="0" /></a><span lang="SV" style="font-size:100%;">emperkenankan Amerika Serikat memperoleh hak-hak untuk melakukan intervensi untuk melindungi kemeredekaan Kuba, pelestarian suatu pemerintahan yang layak untuk melindungi perikehidupan, hak milik dan kebebasan </span><span lang="SV" style="font-size:100%;">perseorangan...”<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--></span></span></a>.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><span lang="SV" style="font-size:100%;">Sepenggal catatan sejarah di atas menunjukkan usaha peletakan batu demokrasi pertama di Kuba. Seperti halnya <i>Australia Collonies Act</i>, sebuah negara bangsa diberi kebebasan untuk mengatur pemerintahan sendiri. Namun, catatan sejarah juga menyatakan bahwa ”...Amerika memperoleh hak-hak untuk melakukan intervensi...”, berarti seketika itu pula demokrasi telah dinodai – seperti yang dikatakan John Markoff di atas – terlebih lagi klaim terhadap demokrasi telah menggunakan nama rakyat ” ...melindungi perikehidupan, hak milik dan kebebasan perseorangan...”.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><span lang="SV" style="font-size:100%;">Berikutnya pemerintahan Kuba seringkali diwarnai pemberontakan dan kudeta. Tahun 1920-an melahir</span><span lang="SV" style="font-size:100%;">kan ke</span><span lang="SV" style="font-size:100%;">diktatoran Gerardo Machado y Morales. Pemerintah Machado kemudian berhasil digulingkan oleh golongan revolusioner yang dipimpin Sersan Muda Fulgencio Batista y Zalvidar. Namun, yang naik ke kursi presiden justru Ramon Grau San Martin. Batista kemudian pada tahun 1934 mampu mengambil alih pimpinan sebagai diktator dengan bantuan Amerika Serikat. Pada tahun 1944 rezim Batista digeser dan selama delapan tahun Kuba memiliki demokrasi perwakilan. Tetapi pada tahun 1952, Batista kembali mengambil alih pemerintahan<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><!--[endif]--></span></span></a>.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><span lang="SV" style="font-size:100%;">Dalam periode awal kemerdekaan ini, dapat dilihat bahwa di Kuba sering terjadi perebutan kekuasaan yang </span><span lang="SV" style="font-size:100%;">diwarnai kudeta oleh militer. Pihak militer selalu turun tangan mengatasnamakan rakyat, dan dengan kekuatan militernya menggulingkan penguasa yang ada. Sebuah catatan dapat diberikan pada kurun waktu 1944-1952 di mana Kuba berhasil melaksanakan demokrasi perwakilan. Inilah demokrasi model Barat yang pertama kali dilaksanakan di Kuba, meskipun di kemudian hari rezim Batista kembali melakukan perebutan kekuasaan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_3YLsdcXNUxI/S0s9sunlhRI/AAAAAAAAALI/xwnyIdR-7Kc/s1600-h/castro2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 128px; height: 126px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_3YLsdcXNUxI/S0s9sunlhRI/AAAAAAAAALI/xwnyIdR-7Kc/s200/castro2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5425498014735500562" border="0" /></a><span lang="SV" style="font-size:100%;">Pada tahun 1953 muncul sosok pemimpin, yang dikemudian hari akan dicintai rakyat Kuba. </span><span lang="IT" style="font-size:100%;">Dia adalah Fidel Castro, seorang ahli hukum muda dari Havana. Di dorong atas kediktatoran Batista dan penderitaan rakyat, dia menyerbu barak-barak tentara Kuba di Santiago dan kemudian tertangkap dan diadili. Di pengadilan Castro melakukan pembelaan dan didukung oleh rakyat, maka Castro pun dibebaskan. Selepas dari penjara, Castro pergi ke Meksiko untuk mempersiapkan organisasi dalam rangka melawan Batista<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--></span></span></a>.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><span lang="IT" style="font-size:100%;">Pada tahun 1956, Castro mulai menjalankan strateginya tahap demi tahap. Fidel Castro bersama sahabatnya Che Guevara memulai perang gerilya dengan pendaratan di Sierra Maestra hingga kemenangan di Havana<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--></span></span></a>.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><span lang="IT" style="font-size:100%;">Pemerintahan Castro adalah pemerintahan revolusioner, pemerintahan yang dikatator-otoriter, namun Castro mengklaim bahwa pemerintahannya adalah semata-mata demi kepentingan rakyat. Selama pemerintahannya Castro berhasil melakukan pendidikan gratis, kebijakan agraria dengan sistem pembagian tanah, peningkatan penghasilan pertanian, dan peningkatan kesehatan.
<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><span lang="IT" style="font-size:100%;"><a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><span lang="IT" style="font-size:100%;">Namun sikapnya yang tidak menyenagi Amerika menyebabkan Castro menasionalisasikan perusahaan – perusahaan asing di Kuba. Bidang-bidang industri yang diambil alih negara mencakup nyaris seluruh bidang; sektor-sektor produksi dan pengilangan minyak, perusahaan telepon dan listrik, pabrik-pabrik gula yang besar, industri kimia, perusahaan perkeretaapian, pabrik pengolahan karet, pabrik sabun, hingga pabrik rokok dan tekstil. Pada tahun 1960, 80 % GNP (gross National Product) Kuba dikontrol oleh negara, di tangan Fidel Castro<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><!--[endif]--></span></span></a>.
<br /></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><span lang="IT" style="font-size:100%;">Selain itu jaminan untuk kalangan menengah menjadi terkorbankan akibat konsentrasi Castro untuk menyejahterakan golongan bawah. </span><span lang="SV" style="font-size:100%;">Sekelompok orang Kuba dari kalangan menengah ke atas merasa terancam. Mereka memilih melarikan diri ke Miami. Kaum borjuis ini mendapat teman senasib ketika kelompok agama dan kaum konservatif marah besar karena Castro mengambil alih sekolah-sekolah Katolik dan membubarkan upacara keagamaan. Natal tidak lagi menjadi hari libur resmi</span><span style="font-size:100%;"><a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="" lang="IT"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--></span></span></span></a></span><span lang="SV" style="font-size:100%;">.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><span lang="SV" style="font-size:100%;">Berikutnya Fidel Castro merasa perlu membendung kekuasaan yang kini ada digenggamannya. Untuk melakukan pembersihan politik, pemerintahan Castro memenjarakan semua orang yang menentangnya. Ia juga membatalkan seluruh pemilihan umum dan mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--></span></span></a>.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><span lang="SV" style="font-size:100%;">Karena tindakan Fidel Castro yang memusuhi Amerika Serikat maka Amerika Serikat tanggal 17 April 1961 melakukan invasi di <span style=""> </span>teluk babi yang ternyata kemudian gagal. Kegagalan ini justru membuat Fidel Castro memperoleh 53 juta dolar dalam bentuk makanan dan obat-obatan, dengan imbalan Castro harus membebaskan 1000 lebih tawanan akibat invasi di teluk Babi<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--></span></span></a>. Makanan dan obat-obatan tersebut sangat dibutuhkan rakyat Kuba yang menderita kelaparan dan sakit. Popularitas Fidel Castro yang sempat menurun kembali meningkat.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_3YLsdcXNUxI/S0s9sRHUrjI/AAAAAAAAALA/zdn08itEwnw/s1600-h/castro.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 132px; height: 137px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_3YLsdcXNUxI/S0s9sRHUrjI/AAAAAAAAALA/zdn08itEwnw/s200/castro.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5425498006815551026" border="0" /></a><span lang="SV" style="font-size:100%;">Tanggal 1 Mei 1961 Castro mengumumkan bahwa dirinya adalah komunis. Hal ini disebabkan karena rasa marah dan jengkel Fidel Castro terhadap perlakuan Amerika Serikat terhadap Kuba<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--></span></span></a>. Bahkan Weisboard berkata ”terima kasih untuk kebijakan AS yang tolol, yang mendorong Kuba bergerak ke orbit Soviet...”</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;font-family:times new roman;"><span lang="SV" style="font-size:100%;"><a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--></span></span></a><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%; font-family: times new roman;"><span lang="SV" style="font-size:100%;">Setelah kita menelusuri sejarah pada pemerintahan Fidel Castro, maka tidak tampak adanya demokrasi konstitusional, seperti juga yang dikehendaki Amerika Serikat. Bahkan Castro mengangkat dirinya menjadi Presiden seumur hidup, melakukan nasionalisasi perusahaan asing, melakukan kebijakan agraria dengan pembagian tanah, menangkap lawan politik, bahkan membunuh mereka. Jelas semua itu tidak termasuk dalam sistem demokrasi konstitusional.</span></p> <p class="MsoNormal" face="times new roman" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-size:100%;">Meskipun demikian, jika dipandang dari sudut demokrasi komunisme atau demokasi otoritarian (bila Castro belum menjadi komunis), kebijakan – kebijakan Fidel Castro dapat dikatakan memenuhi nilai demokrasi. Fakta pertama adalah bahwa Fidel Castro dicintai rakyatnya, pendidikan dan pelayanan kesehatan gratis, kehidupan para petani dan para buruh meningkat. Dalam pendidikan bahkan angka melek huruf mencapai 100% (bandingkan dengan Indonesia). Fakta kedua adalah perkataan-perkataan Fidel Castro yang keluar dari mulutnya sekan-akan sudah mendapat legitimasi dari rakyat. Rakyat seakan-akan sudah menyerahkan kekuasaan pada Fidel Castro<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><!--[endif]--></span></span></a>. Misalnya dalam sebuah perkataannya ” Obatku adalah rakyat!”, ”Aku harus bekerja keras; mengerti dan berbicara kepada rakyat”.</span></p><p class="MsoNormal" face="times new roman" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-size:100%;"><a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style=";font-family:";font-size:85%;" ><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:times new roman;">Meskipun demikian, Fidel Castro tidak pernah mengklain dirinya dan negaranya sebagai demokrasi. Seperti dalam ucapannya ”Tak ada lagi pemerintahan demokratis di Amerika Latin, yang ada hanya pemerintahan revolusioner.”, ”Jika Tuan Kennedy tidak senang dengan sosialisme, kami juga tidak senang dengan imperialisme dan kapitalisme" </span></span>
<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style=";font-family:";font-size:85%;" >
<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style=";font-family:";font-size:85%;" >Ditulis oleh: M.S. Mitchel Vinco (Sejarawan, Pendidik, Budayawan)</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-size:85%;"><a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6735655419866292273&postID=320360524935818899#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style=";font-family:";" lang="SV"></span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <div style=""><!--[if !supportFootnotes]--><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="ES-TRAD" style="font-size:85%;"><span style="font-weight: bold;">Daftar Pustaka</span>
<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="ES-TRAD" style="font-size:85%;">Guevara, Che. 2007. <b><i>Dari Sierra Maestra hingga Havana.</i></b> Narasi: Yogyakarta.</span><span lang="IT" style="font-size:85%;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 150%;"><span lang="IT" style="font-size:85%;">Mukmin, Hidayat. 1980. <b><i>Pergolakan di Amerika Latin</i></b>. Ghalia Indonesia:Jakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 150%;"><span lang="IT" style="font-size:85%;">Pambudi, A. 2007. <b><i>Fidel Castro 60 Tahun Menentang Amerika</i></b>. Narasi: Yogyakarta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="IT"><span style="font-size:85%;">Prasetyo, Eko. 2006. <b><i>Inilah Presiden Radikal!</i></b><i><u>. </u></i>Resist Book: Yogyakarta.</span><o:p></o:p></span></p> </div><span class="fullpost">
<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6735655419866292273.post-57540182000424521122010-01-02T15:34:00.000+07:002010-01-11T21:46:15.864+07:00KESADARAN HISTORIS DAN KETERLIBATAN<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><link rel="themeData" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:842012190; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1736601836 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:72.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:72.0pt; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman","serif";} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman","serif";} </style> <![endif]--> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">Sampai sekarang ini, kita hanya meninjau pengkajian sejarah “dari dalam”; yang dibicarakan hanya hubungan antara pengkajian sejarah dan masyarakat, sejauh nilai-nilai yang hidup di masyarakat, ada konsekuensinya bagi sejarawan yang membuata suatu gambaran historis mengenai masa silam. Akan tetapi, pengkajian sejarah tidak hanya menerima sesuatu dari masyarakat, melainkan juga menyumbangkan sesuatu.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">Seorang sejaerawan memberikan sumbangan pokok, bagi caranya orang-orang sejaman membayangkan diri mereka sendiri. Dalam arti yang paling umum, seorang sejarawan melakukan hal itu dengan menyadarkan sesama mengenai masa silam dan bagaimana masyarakat dan kebudayaan berakar dalam masa silam itu. Ia mengembangklan dan merangsang kesadaran historis orang-orang sejaman.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">Sering disangsikan, apakah dapat ditulis sejarah yang obyektif dan bebas nilai. Mengapa kita lalu tidak memandang masa silam dari perspektif itu? Bila penulisan sejarah yang obyektif tidak mungkin, mengapa kita lalu tidak menggunakan masa silam sebagai sarana untuk memperbaiki dunia. Bila kita memilih pendirian ini, bila kita mengharap sejarah dari pengkajian sejarah, agar ia dapat memberi sumbangan bagi suatu masyarakat yang lebih baik dan bila kita bersedia mengendurkan tuntutan akan obyektifitas setinggi mungkin, ini berarti kita membela penulisan sejarah yang terlibat. Ini tidak berarti, bahwa setiap penulisan sejarah yang terlibat niscaya juga akan menghasilkan buah penelitian yang subyektif. Yang diminta dari seoranbg sejarawan, agar ia selaku sejarawan, tidak mengambil jarak terhadap masalah-masalah sosial yang berkecamuk dalam masyarakat dewasa ini.</p> <p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="" lang="SV">A. Pengertian Kesadaran Sejarah<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Menurut Oakeshott konsep perubahan sebetulnya merupakan sebuah konsep yang paradoksal, karena memperpadukan pengertian mengenai perbedaan, dengan pengertian mengenai sesuatu yang tetap sama. Bila ada yang berubah maka ada juga unsur-unsur yang sama di dalam perubahan itu. Perubahan yang tidak dibarengi oleh sesuatu yang tetap sama, merupakan kekacauan belaka, tak adanya tata tertib dan, aneh bin aneh, justru menimbulkan kesan mengenai sesuatu yang sama, tetap dan statis. Perubahan yang sejati mengdaikan adanya sesuatu yang sama, yang dapat dipakai sebagai tolak ukur untuk mengukur perubahan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Tetapi masih ada paradoks lain, yaitu makin banyak keterkaitan dan makin banyak yang tak berubah, makin besar juga sifat perubahan yang kita amati pada masa silam. Bila kita menyadari perubahan-perubahan dalam masyarakat, kita menjadi sadar pula akan tradisi-tradisi. Singkatnya baik sifat perubahan historis, maupun usaha-usaha untuk menyusun perubahan-perubahan itu menurut skema yang agak tetap, merupakan bagian-bagian dalam kesadaran historis.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">
<br /><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="" lang="SV">B. Perkembangan Pemahaman Kesadaran Sejarah<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Para ahli mempunyai pendapat berbeda-beda mengenai kapan munculnya kesadaran sejarah? Biasanya dikatakan, bahwa kesadaran historis dibangkitkan karena perubahan-perubahan sosial dan politik yang mendalam di Eropa Barat, akibat Revolusi Perancis dan Revolusi Industri. Ditandai dengan lahirnya pengkajian sejarah modern.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Meinecke memperlihatkan, bahwa segala konsep yang kita kaitkan dengan kesadaran historis dan historisme, sudah kita jumpai dalam tulisan-tulisan Montesquieu Moser atau Herder. Tak lama berselang, P.H. Reill menunjukkan hal yang sama dalam tulisan sementra sejarawan dan filsuf abad ke-18, yang tidak begitu terkenal.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">D. Kelley dan J. Franklin yang mengadakan penelitian mengenai tulisan sementara ahli sejarah hukum pada abad ke-16 seperti Jacques Cujas (1522-1590), Francois Hotman (1524-1590) dan terutama Jacques Beaundoin (1520-1573) menunjukkan, bagaimana pada abad itu para ahli sejarah hukm telah menyadari bahwa setiap kurun waktu dalam sejarah mempunyai norma-norma hukum tersendiri dan bagaimana norma-norma tersebut selalu tergantung pada bentuk masyarakat yang menjadi sasaran tata hukum itu. Dalam kasusu ini, dilihat bagaimana pengakuan terhadap unsur perubahan (dalam norma hukum), dibarengi oleh suatu pengakuan terhadap sifat-sifat yang tidak berubah (keberkaitan antara norma hukum dan masyarakat).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">J.G.A. Pocock merumuskan sebuah analisis yang sangat orisinal mengenai tumbuhnya kesadaran historis. Yang menjadi titik pangkalnya adalah perbedaan antara pandangan abad pertengahan mengenai kenyataan sosio-historis dengan pendapat-pendapat yang dipaparkan oleh para pengerang Renaissance, seperti Niccolo Machiavelli (1469-1527) dan Francesco Guicciardinni (1483-1540). Secara singkat abad tengah menawarkan pemikiran bahwa manusia hidup sebetulnya hanya ada kaitan ”vertikal” dengan Kerajaan Allah (Civitas Dei). Tidak ada tempat bagi hubungan horozontal antara orang perorang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Pandangan ini semakin kentara dalam gagasan Fortuna pada abad pertengahan (= kebetulan, nasib). </span><span style="" lang="ES-TRAD">Segala sesuatu yang terjadi pada Civitas Terrena tunduk pada unsur kebetulan. Orang yang satu ditinggikan Fortuna, sedangkan yang lain dijatuhkannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="ES-TRAD">Gagasan Fortuna ini ditentang pada jaman Renaissance dengan konsep virtu. Virtu adalah kekuatan, kekuasaan, keunggulan alami, ketrampilan, serta perasaan halus untuk saat yang tepat, pada umumnya, kemampuan beberapa orang untuk mengatur kenyataan politik dan historis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="ES-TRAD">Menurut Machiavelli dalam konflik antara Fortuna dan Virtu, msnudis mrmpunyai dua pilihan. Bila manusia menyerah pada Fortuna, akibatnya adalah benturan-benturan antara hal-hal yang kebentulan terjadi, lalu terjadi suatu tata tertib sosial yang baru, alami dan hirarkis. Tetapi bila kita ingin membangun suatu masyarakat, sebuah republik, seperti dengan sadar dikehendaki manusia, maka diperlukan Virtu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="ES-TRAD">Dalam pertentangan terus menerus antara Fortuna dan Virtu, tampaklah untuk pertama kali kesadaran historis. Kesadaran tersebut memperlihatkan betapa segal ihwal-ihwal di dunia ini terus berubah. Selalu ada kecenderungan untuk bertambah liar, maka kita tidak boleh meninggalkan pengawasan begitu saja. Konsep ini membawa penafsiran yang dramatis, mengapa demikian? Karena pembinaan dunia historis dan pilitik menuntut perhatian dan ketekunan terus menerus dengan bantuan Virtu. Bila manusia ingin membuat sejarah atau membentuk negaran dan masyarakat, maka ia harus mengikat pinggangnya, siap melakukan perlawanan terus menerus terhadap kecenderungan kemunduran, desintegrasi, serta kekuasaan Dewi Fortuna.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">
<br /><span style="" lang="ES-TRAD"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="" lang="ES-TRAD">C. Kesadaran Sejarah Masa Kini<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="ES-TRAD">Pada umumnya ada aura pemistis dalam memandang kesadaran historis dewasa ini. Bertambahnya kuantitas dan kualitas sejarah pada abad 20, menurut Nietzsche membuat masa silam hany menjadi obyek belaka, yang terletak di depan muka kita seperti benda yang mati. Jumlah buku dan karangan sejarah yang demikian banyak, membuat kita acuh tak acuh terhadap masa silam. Menurut Th. Schieder, manusia Barat sekarang ini, tidak merasa terikat lagi dengan masa silam, karena kesadaran akan unsur perubahan dan kelestarianayang demikian pokok bagi kesadaran historis telah punah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="ES-TRAD">Pendapat lain menyatakan bahwa ini tidak benar, bila hanya pengkajian sejarah dewasa ini yang menyebabkan kesadaran historis punah. Ada pendapat bahwa segala kemungkinan dan bahaya yang terbentang di hadapan kita tidak ada taranya dalam masa silam. Dengan demikian, kita dengan sendirinya menyadari, makin memusatkan diri kita pada masa kini dan sikap ini berlawanan dengan kesadaran historis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="ES-TRAD">Akhirnya saintisme pada pertengahan abad ini masih demikian dielu-elukan, rupanya kini kalah dengan suatu bentuk historisme gaya batu. Iklim intelektual dewasa ini, menurut banyak segi, mirip dengan iklim Romantik awal.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">
<br /><span style="" lang="ES-TRAD"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="" lang="ES-TRAD">D. Keterlibatan H. Zinn Dalam Penulisan Sejarah <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="ES-TRAD">H. Zinn, seorang sejarawan dari Kanada, membela penulisan sejarah yang moderat-terlibat, lalu menelusuri, apa konsekuensinya bagi penulisan sejarah. Ia mulai menandaskan bahwa kita terhadap ilmu pengetahuan ialah supaya bermanfaat. Ia merasa heran, mengapa banyak sejarawan memperlihatkan sikap acuh tak acuh terhadap masalah-masalah sosial di dalam masyarakat. Menurut dia, seorang sejarawan, bila memilih sebuah obyek bagi penelitian sejarah harus dituntun oleh kebutuhan-kebutuhan sosial pada masa kini. Dalam perspektif ini sejarah emansipasi wanita di Indonesia lebih relevan daripada suatu penelitian mengenai silsillah raja-raja Kediri.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="SV">Zinn menandaskan bahwa opsinya tidak mempengaruhi hasil penelitin historis. Usul-usul Zinn dapat kita ringkas menurut empat butir yaitu:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pengkajian sejarah hendaknya menimba ilham dari cita-cita Fajar Budi. Pada abad itu, pengkajian sejarah baru dianggap relevan, kalau mengabdi kepada kemajuan. </span>Seperti Voltaire dan Gibbon memerangi takhayul dan dogma-dogma.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span><!--[endif]-->Seterusnya Zinn minta dari seorang sejarawan, agar ia memaparkan sejarah dari perspektif orang-orang yang menjadi korban proses sejarah. Agar penderitaan para korban itu dapat dihayati, Zinn menganjurkan metode hermeneutis. Baru metode hermeneutis akan berhasil melukiskan penderitaan mereka itu, seolah-olah merupakan penderitaan kita sendiri.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span><!--[endif]-->Seorang sejarawan terus-menerus harus menyadarkan kita, bahwa tata tertib dalam masyarakat dewasa ini kebetulan saja terjadi begini dan bahwa itu terikat akan keadaan pada suatu waktu tertentu. Keadaan sekarang ini bukanlah ditentukan oleh nasib yang tak terelakkan, melainkan merupakan hasil dari suatu pertarungan antara kekuatan-kekuatan sosial.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">4.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span><!--[endif]-->Akhirnya sejarah membuka jalan, agar kita dapat belajar dari kesalahan-kesalahn dan sukses-sukses manusia dahulu kala. Sejarah Revolusi Industri di Inggris mengajarkan kepada kita, kesalahan-kesalahan mana yang harus kita hindarkan dalam melaksanakn industialisasi.</p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;">
<br /></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><i style="">Masalah-masalah Sekitar Penulisan Sejarah Yang Terlibat<o:p></o:p></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">Kebanyakan sejarawan dan filsuf sejarah sepakat, bahwa suatu spesialisasi yang ekstrem dalam pengkajian sejarah, memang harus dihindarkan. Menyadari hal itu sudah membuka pandangan seorang sejarawan bagi masalah-masalah sosial dan politik yang memberi corak kepada zamannya sendiri. Maka dari itu, kita dapat menyetujui keinginan Zinn, supaya seorang sejarawan tetap sadar akan tanggung jawab sosial dan kultural terhadap zamannya. Tetapi sering seorang sejarawan yang terlibat menyaksikan dengan rasa heran, bagaimana kelompok-kelompok sosial tertentu sangat terikat akan suatu tata masyarakat yang menurut pendapatnya, bertentangan dengan kepentingan obyektif kelompok itu.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">Nipperdey masih melihat suatu bahaya lain yang dapat dihasilkan oleh penulisan sejarah yang terlibat. Bahaya itu adalah bahwa kita hanya menggunakan masa silam untuk melaksanakan, dihari depan, norma-norma dan nilai-nilai yang sekarang kita terima. Tetapi penulisan sejarah yang tidak terlibat, rupanya merupakan jaminan yang lebih baik bagi hari depan yang lebih cerah daripada penulisan sejarah yang terlibat. Seorang sejarawan yang terlibat, bertitik tolak pada suatu pendapat yang masih harus dibuktikan. Dengan kata lain, seorang sejarawan terlibat mengandaikan suatu wawasan historis, yang baru dapat diperoleh lewat suatu penelitian yang tidak berat sebelah. <st1:place st="on">Para</st1:place> sejarawan pada umumnya agak skeptis terhadap cita-cita mengenai penulisan sejarah seperti dibela oleh Zinn. Menurut mereka, satu-satunya keterlibatan yang berlaku bagi seorang sejarawan ialah keterlibatan dengan kebenaran historis.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">
<br /></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style="">E. Bagaimana Perjalanan dari Pemikiran Tentang Keterlibatan Dalam Penulisan Sejarah<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><st1:place st="on">Para</st1:place> sejarawan yang terlibat mengutarakan, bahwa sikap melibatkan diri pada kebenaran mempunyai implikasi politik. Hal ini menjadi jelas, bila kita ingat akan dwifungsi akal budi dan ilmu pengetahuan dalam dunia modern. Akal budi dan ilmu dipergunakan secara instrumental murni. Tetapi, ilmu sendiri tidak memilih tujuan, manusialah yang memilih tujuan itu. Pada hakekatnya akal budi dan ilmu bersifat “kritis”, artinya secara implisit mengandung sebuah kritik terhadap tata masyarakat kita yang tidak sempurna. Mereka yang mengkritik sikap para sejarawan yang terlibat, hanya melihat sifat instrumental yang terkandung dalam ilmu dan menutup mata terhadap sifat kritis dalam ilmu itu.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">Adapun Horkheimer (1895-1973) dan Th. Adorno (1903-1069) mendirikan Mazhab Frankfurt, yakni pada tahun 1929, yang terhimpun dalam mazhab itu ialah sejumlah ahli sosiologi yang melancarkan kritik neo-marxis terhadap kapitlisme Barat modern, serta terhadap filsafat ilmu yang positivistis yang menurut mereka merupakan pengungkapan teoritis mengenai sistem kapitalis itu. Marxisme yang dianut Habermas, terutama berakar dalam perhatiannya untuk gagasan marxis mengenai ideologi-ideologi. Yang menjadi tujuan Habermas bukan pertama-tama untuk merombak susunan masyarakat yang ada, melainkan untuk mengkritik ideologi yang menopang tata masyarakat yang sedang berlaku. Menurut Habermas sendiri, sautu masyarakat dimana kebenaran mengenai kenyataan sosial dapat dicari dan dapat ditemukan dalam suatu diskusi yang bukan ideologi dan yang bebas dari perbudakan.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">
<br /></p> <span style="font-weight: bold;">Penutup</span>
<br /><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><link rel="themeData" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CUsers%5Cacer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="footer"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="page number"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="Body Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter {mso-style-unhide:no; mso-style-link:"Footer Char"; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; tab-stops:center 216.0pt right 432.0pt; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} span.FooterChar {mso-style-name:"Footer Char"; mso-style-unhide:no; mso-style-locked:yes; mso-style-link:Footer; mso-ansi-font-size:12.0pt; mso-bidi-font-size:12.0pt;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:70.9pt 3.0cm 70.9pt 3.0cm; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-page-numbers:0; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman","serif";} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">Menurut Oakeshott konsep perubahan sebetulnya merupakan sebuah konsep yang paradoksal, karena memperpadukan pengertian mengenai perbedaan, dengan pengertian mengenai sesuatu yang tetap sama. Bila ada yang berubah maka ada juga unsur-unsur yang sama di dalam perubahan itu. Perubahan yang tidak dibarengi oleh sesuatu yang tetap sama, merupakan kekacauan belaka, tak adanya tata tertib dan, aneh bin aneh, justru menimbulkan kesan mengenai sesuatu yang sama, tetap dan statis. Perubahan yang sejati mengdaikan adanya sesuatu yang sama, yang dapat dipakai sebagai tolak ukur untuk mengukur perubahan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><st1:place st="on">Para</st1:place> ahli mempunyai pendapat berbeda-beda mengenai kapan munculnya kesadaran sejarah? Biasanya dikatakan, bahwa kesadaran historis dibangkitkan karena perubahan-perubahan sosial dan politik yang mendalam di Eropa Barat, akibat Revolusi Perancis dan Revolusi Industri. Ditandai dengan lahirnya pengkajian sejarah modern.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">Pada umumnya ada aura pemistis dalam memandang kesadaran historis dewasa ini. Bertambahnya kuantitas dan kualitas sejarah pada abad 20, menurut Nietzsche membuat masa silam hany menjadi obyek belaka, yang terletak di depan muka kita seperti benda yang mati. Jumlah buku dan karangan sejarah yang demikian banyak, membuat kita acuh tak acuh terhadap masa silam. Menurut Th. Schieder, manusia Barat sekarang ini, tidak merasa terikat lagi dengan masa silam, karena kesadaran akan unsur perubahan dan kelestarianayang demikian pokok bagi kesadaran historis telah punah.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;">Kebanyakan sejarawan dan filsuf sejarah sepakat, bahwa suatu spesialisasi yang ekstrem dalam pengkajian sejarah, memang harus dihindarkan. Menyadari hal itu sudah membuka pandangan seorang sejarawan bagi masalah-masalah sosial dan politik yang memberi corak kepada zamannya sendiri. Maka dari itu, kita dapat menyetujui keinginan Zinn, supaya seorang sejarawan tetap sadar akan tanggung jawab sosial dan kultural terhadap zamannya. Tetapi sering seorang sejarawan yang terlibat menyaksikan dengan rasa heran, bagaimana kelompok-kelompok sosial tertentu sangat terikat akan suatu tata masyarakat yang menurut pendapatnya, bertentangan dengan kepentingan obyektif kelompok itu.</p> (M.S. Mitchel Vinco/ dalam sebuah kuliah filsafat sejarah)
<br /><span class="fullpost">
<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0