Sabtu, 23 Januari 2010

American Dreams: Ketika Amerika Serikat Bermimpi (Bagian I)


Pada abad 21 sekarang ini, siapa yang tidak mengenal Amerika Serikat atau United State of America (USA)? Bahkan saat ini menjadi lazim, pemuda-pemudi dari seantero negeri menjalankan budayanya dengan kiblat ke Amerika bagian Utara tersebut. Lihat saja MTV (Music Television) yang sangat digemari anak muda Indonesia, atau acara lain seperti American Idol, Fear Factor dan acara dari negara Paman Sam tersebut. Jika ingin ditelaah, gaya busana casual atau santai seperti celana jeans dan kaos oblong merupakan gaya asli Amerika Serikat, yang berkembang di sekitar tahun 1960-1970. Apa yang tidak ”Amerika” saat ini?
Di satu sisi di negara yang mengakui penjunjung HAM ini juga terjadi beberapa peristiwa yang memilukan, gambaran sebuah kebebasan yang kebablasan. Masih hangat dalam memori kita peristiwa tewasnya mahasiswa program doktoral teknik sipil Universitas Virginia asal Indonesia, Partahi Lumbantoruan, 34 tahun di Virginia, USA. Sang penembak, Cho Seung-Hui adalah orang Korea, namun lahir dan beasr di Amerika Serikat. Betapa Kedigdayaan Amerika pun ada celahnya.
<span class="fullpost">
 

Amerika Serikat memang harus diakui telah menjadi salah satu ”raksasa” dunia dalam berbagai bidang. Dalam bidang ekonomi, negeri yang menganut sistem kapitalisme ini, sudah memiliki pasar di berbagai belahan dunia. Dalam bidang pertahanan/militer, sudah tidak perlu diragukan lagi, sejarah mencatat bahwa Amerika Serikat adalah jagoannya dari kecanggihan teknologi militer dan pasukan militer khususnya. Dalam bidang sosial, Amerika Serikat merupakan negara yang sangat makmur dan sejahtera, jaminan sosialnya jelas diatur hukum dan mendapat priorotas utama, demikian pula dengan pendidikan dan kesehatan.
Meskipun demikian, sebagai sebuah negara bangsa, Amerika memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang dan cukup menarik. Bila dalam pengertian kesadaran sejarah, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan hasil dari masa lalu dan akan membentuk masa depan. Maka, perubahan yang sejati mengandaikan adanya sesuatu yang tetap sama, yang dapat dipakai sebagai tolak ukur untuk mengukur perubahan. Dengan demikian dapat dipastikan, Amerika Serikat bila dikaji secara historis akan tampak nilai-nilai sejati dari bangsa ini. Nilai-nilai yang disatu saat menjadi mimpi atau angan-angan, tetapi di satu sisi mampu menjadi arah dan kompas dalam perjalanan Amerika Serikat. American Dreams demikianlah nilai-nilai tersebut dikenal.
Mengapa dreams? Mengapa bermimpi? Tidak jelas mengapa digunakan kata dreams. Namun, menurut kami hal tersebut merupakan ungkapan romantisme, agar mimpi tersebut dapat selalu dihayati dan selalu dikejar. Mimpi bukanlah sekedar ”bunga tidur” saja. Mimpi adalah tujuan, keinginan tertinggi setiap individu, dalam hal Amerika Serikat adalah mimpi sebuah bangsa. Bukankah “sesuatu yang mungkin merupakan sesuatu yang tidak mungkin  tapi belum terwujudkan”. Dan “ Masa depan adalah milik mereka yang percaya keindahan mimpinya “.
American Dreams mewarnai perjalanan sejarah Amerika Serikat hingga saat ini. Ketika masih menjadi koloni, perang kemerdekaan, perang dunia hingga Amerika Serikat menjadi polisi dunia. Walaupun dibatasi dengan batasan waktu yang panjang, American Dreams tetap menjadi mimpi rakyat Amerika Serikat. Mungkin hal tersebut yang membuat Amerika Serikat sebagai sebuah negara menjadi begitu kokoh pendiriannya. Apakah Indonesia harus mencoba untuk merumuskan mimpinya? Mimpi yang dihayati dan didambakan setiap insan dari penghuni Zamrud Khatulistiwa. Harus diakui, angan-angan tentang Indonesia yang ideal saat ini semakin sirna, ada yang melupakan, ada yang masih memegang teguh, ada pula yang ”amnesia”.
A. Pengertian American Dreams
Tidak banyak literatur yang memberi definisi American Dreams secara ilmiah. Namun, dalam wacana umum, American Dreams memang adanya. Setidaknya itulah yang tertulis di surat kabar cetak maupun elektronik. Pada kajian budaya juga tersirat apa itu American Dreams. Perlu dicatat memang tidak secara tersurat terdapat definisi American Dreams.
Demikianlah yang dapat ditemukan mengenai definisi American Dreams: American Dream, atau "mimpi orang Amerika" (dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia, dream berarti bermimpi) dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika Serikat. Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa memperdulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah "kota di atas bukit" (atau city upon a hill"), "cahaya untuk negara-negara" ("a light unto the nations"), yang memiliki nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai generasi berikutnya.
Prinsip dasar berkebangsaan Amerika adalah ”The right to life, liberty and the pursuit of happiness”. ”Life, liberty, and happiness” itulah tujuan buat apa Amerika didirikan. Untuk mencapai mimpi itu, seorang Amerika harus memiliki ”otonomi” (individual autonomy), kebebasan individual yang besar sehingga ia mampu bersaing di masyarakat. Dengan cara begitu, ia akan merasa aman dalam mengarungi kehidupan.
Pandangan berbeda tentang American Dreams diberikan sebagai berikut: “The American dream dengan segala materialisme, konsumtifisme, hedonisme, dan liberalisme-nya telah membius banyak orang, dan memicu terjadinya gelombang kaum imigran. Sebagian berhasil meraih impian itu, sebagian tidak.”
Kiranya beberapa pandangan di atas harus digunakan pada waktu yang tepat. Pada pembahasan ini akan dibahas American Dreams yang terdiri dari: past dream, nation dream dan contemporer dream. Past berasal dari bahasa Inggris yang berarti: telah lalu; telah lampau; dahulu; lalu. Past dream dapat berarti mimpi tentang masa lalu, dalam hal ini berarti mimpi orang-orang Amerika Serikat di masa lalu. Periodenya dapat disepakati sejak masa kolonisasi hingga awal Perang Dunia ke-2. Mengapa mengambil periode tersebut? Menurut kami periode sekitar abad 18 hingga akhir paruh abad ke 20 merupakan periode khas, yang mempunyai kesamaan dalam perjalanannya, namun berbeda dengan periode dewasa ini atau contemporer. Bagaimana persamaan dan perbedaannya?akan dibahas selanjutnya. Sebelumnya baiklah disepakati pula mengenai contemporer dream.
Contemporer berasal dari kata contemporary yang berarti: sewaktu; yang hidup dalam waktu yang sama. Contemporer dream dalam Americans dreams berarti mimpi tentang masa sekarang ini, atau mimpi orang-orang Amerika Serikat pada kurun waktu di ”dekat” mereka hidup. Periodenya bila mengikuti arti contemporer dapat disepakati paruh kedua abad 20 hingga sekarang. Berarti sekaligus juga dapat disambungkan dengan periode past dream yang berakhir pada akhir paruh pertama abad 20. Peristiwa terkait pada masa contemporer adalah Perang Dunia II, Perang Dingin, hingga Amerika Serikat saat ini yang menjadi negara adi daya.
B. Past Dreams dan Nation Dreams
Masa antara kolonisasi di Amerika Utara hingga Perang Dunia I, dapat ditarik benang merah, yaitu: usaha Amerika Serikat untuk menyelesaikan masalah-masalah di dalam negeri. Bagaimana perjalanan bangsa Amerika dalam mengatasi masalah-masalah dalam negerinya? Bagaimanakah wujud dari American Dreams dalam kurun waktu tersebut?
1.      Masa Kolonisasi hingga Independent of America 1776
Awal tahun 1600-an terjadi gelombang besar perpindahan dari Eropa ke Amerika utara, selama lebih dari tiga abad, gerakan perpindahan yang tadinya beratus-ratus menjadi berjuta-juta pendatang baru. Kemudian pada abad ke-17 terbentuklah sejumlah koloni di Amerika Utara, kolonisasi tersebut berawal dari keinginan sejumlah serikat dagang untuk menanamkan modal di Amerika Utara. Keinginan itu didukung oleh parlemen Inggris berupa wewenang kepada serikat dagang untuk menanamkan modal dan mendirikan koloni di Amerika. Adapun mimpi yang ingin dicapai yaitu mencari kehidupan yang lebih baik dari asal sebelumnya dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya.
Realisasi mimpi yang dicapai didalam kehidupan koloni :
a)      Ekonomi
Sebagian besar tanah pertanian di Irlandia ditanami kentang sebagai makanan pokok. Namun pada tahun 1830-an terjadi gagal panen yang sangat besar sehingga terjadi kelaparan. Orang-orang Irlandia banyak yang meninggal karena terserang penyakit epidermis, sebagian yang hidup memilih meninggalkan negeri mereka dan pindah ke Amerika.
b)     Agama
.Pergolakan-pergolakan keagamaan terjadi di Inggris pada abad ke-16 dan ke-17, sekelompom pria dan wanita yang dinamakan kaum puritan berusaha merombak gereja dari dalam. Mereka ingin menuntut protestanisasi yang lebih menyeluruh terhadap bentuk ibadah agar menjadi lebih sederhana. Pemberontakan bermotif agama yang menjadi klimaks terjadi pada tahun 1641. beribu orang protestan dibantai dalam peristiwa tersebut. Kemudian pda masa pemerintahan Cromwel, beribu orang katolik Irlandia dibunuh. Siapa yang berkuasa berhak menentukan hidup dan mati seseorang yang menganut agama tertentu.
c)      Politik
Meskipun secara hukum orang-orang Irlandia bebas, namun mereka hidup seperti dalam keadaan terjajah di negerinya sendiri. Penguasa Inggris mengendalikan kehidupan politik mereka, dan para pendatang Inggris mendominasi perekonomian agraris setelah merampas semua tanah dan kemudian disewakan kepada petani Irlandia. Pada abad ke-18, kekuasaan orang-orang Inggris telah terlampau besar, mereka berkuasa untuk menjatuhkan hukuman kepada para petani yang melakukan perlawanan. Bahkan mereka berhak mengambil istri atau anak gadis petani untuk menemani mereka tidur.
Dengan demikian banyak emigran dari Eropa meninggalkan tanah air mereka karena melarikan diri dari penindasan politik, demi mencari kemerdekaan menjalankan ibadah atau untuk petualangan dan peruntungan yang lebih baik. Inilah American Dreams saat tumbuhnya koloni di Amerika Utara, yang menjadi cikal bakal Amerika Serikat.
###
Pemerintah Inggris membutuhkan lebih banyak uang guna memelihara imperium yang semakin bertumbuh. Maka pemerintah inggris menginginkan koloni-koloni  untuk membayar pajak. Pada tahun 1964 dikeluarkan undang- undang gula yang bertujuan untuk meningkatan pendapatan serta mengatur perdagangan. Dalam tahun yang sama parlemen juga mengesahkan undang- undang mata uang  untuk mencegah agar surat – surat kredit yang dikeluarkan tidak dijadikan alat pembayaran yang sah. Berhubung koloni-koloni yang merupakan daerah perdagangan yang defisit dan selalu kekurangan “uang keras,” peraturan itu menambahkan beban yang berat pada perekonomian koloni. Yang juga tak bisa diterima dari segi perdagangan ekonomi, adalah undang-undang Uang Kertas yang dikeluarkan pada tahun 1765 mengharuskan koloni-koloni menyediakan perumahan serta persediaan bagi pasukan-pasukan kerajaan.
Kemudian perang berlanjut dan pada akhirnya pihak koloni memperoleh kemenangan dan kemerdekaan. Deklarasi kemerdekaan pun segera diresmikan pada tanggal 4 Juli 1776 yang merupakan kelahiran sebuah negara baru dan kemudian akan menjadi kekuatan yang dinamis di seluruh dunia barat.
Apakah mimpi Amerika atau American Dreams pada masa perang kemerdekaan tersebut? Kiranya dapat dilihat dari isi Declaration of Independence :
“Kita anggap kebenaran-kebenaran ini hakiki adanya, ialah bahwa semua manusia diciptakan sederajat, bahwa oleh sang pencipta mereka dikaruniai hak-hak tertentu yang tak dapat dicabut, bahwa diantaranya adalah kehidupan, kemerdekaan, dan usaha mencari kebahagiaan. Bahwa untuk menjamin hak-hak ini, didirikan pemerintah diantara rakyat, dengan kekuasaannya yang adil yang diperoleh atas izin mereka yang diperintah; bahwa manakala bentuk pemerintahan yang bagaimanapun menjadi merusak bagi tujuan-tujuan ini, maka hak rakyat untuk mengubah atau menghapuskannya, dan untuk mendirikan suatu pemerintahan yang baru, yang dibangin atas dasar prinsip-prinsip sedemikian, dan kekuasaannya disusun dalam bentuk sedemikian, yang bagi mereka nampak paling mungkin mendatangkan keamanan dan kebahagiaan.”

2.      Dari Doktrin Monroe hingga Perang Saudara
Pada bulan Desember 1823 setelah mengetahui bahwa angkatan laut Inggris akan membela Amerika latin dari Persekutuan Suci dan Perancis. Presiden Monroe menggunakan kesempatannya pidato tahunannya ke konggres untuk menyatakan apa yang dikenal sebagai Doctrin Monroe, penolakam untuk mentolerir perluasan lebih lanjut dominasi Eropa di Amerika.
Tanah Amerika… mulai sekarang tidak boleh lagi dijadikan ajang kolonisasi oleh negara-negara Eropa. Kita harus menganggap setiap usaha mereka memperluas sistem politik di bagian manapun di benua ini sebagai bahaya bagi kedamaian dan keselamatan kita.
”Terhadap setiap koloni atau tanah jajahan penguasa Eropa yang ada, kita tidak dan tidak akan ikut campur. Tetapi pemerintah yang telah menyatakan kemerdekaan mereka dan mempertahankannya, serta yang kemerdekaannya kita … akui, langkah negara Eropa manapun yang bertujuan menindas, atau yang mengatur nasib mereka dengan cara yang lain, tidak bisa kita lihat dengan cara lain kecuali sebagai pernyataan permusuhan terhadap Amerika”.
Doctrin Monroe ini menyatakan semangat solidaritas dengan republik Amerika latin yang baru merdeka. Bangsa-bangsa ini pada gilirannya menghormati ikatan politik mereka dengan Amerika Serikat dengan melandaskan konstitusi baru mereka, dalam banyak hal, pada model Amerika Utara. Bangsa Amerika Serikat, semakin menegaskan cirnya yang liberal, bebas tidak terikat. Inilah American Dreams pada masa Monroe.
***
Pada tahun1786, George Washington menulis bahwa ia sepenuh hati menginginkan adannya rancangan agar perbudakan bisa diakhiri dengan cara yang tak tergesa-gesa, pasti, dan tak menimbulkan guncangan. Jefferson, Madison dan Monroe, semuanya dari Virginia menyatakan hal yang serupa. Namun harapan tersebut keliru karena selama generasi berikutnya, wilayah selatan bersatu padu mendukung lembaga perbudakan saat faktor ekonomi baru membuat perbudakan jauh lebih menguntungkan.
Faktor yang paling utama yang menimbulkan ini adalah meningkatnya perkembangan di bidang industri khususnya industri kapas. Orang Selatan yang marah melihat keuntungan besar yang didapat pelaku bisnis Utara, sebaliknya orang Utara menyatakan bahwa perbudakan merupakan penyebab utama terjadinya kemunduran di daerah tersebut. Padahal bagi orang Selatan perbudakan sangat penting untuk perekonomian mereka (pertanian kapas).
Abraham Lincoln sudah lama menganggap perbudakan sebagai suatu kejahatan. Dalam suatu pidatonya di Peoria, Illinois tahun 1854, ia menyatakan bahwa semua peraturan negara mesti disusun atas prinsip perbudakan harus dibatasi dan akhirnya dihapuskan. Pidato inilah yang menyebabkan Ia dikenal masyarakat luas. Abraham Lincoln juga melontarkan ucapan:
“Sebuah rumah yang terbelah tak akan bisa bertahan. Saya percaya bahwa pemerintahan ini tak bisa selamanya menganut setengah perbudakan dan setengah bebas. Saya tidak mengharapkan Union pecah – saya tak ingin rumah – tapi saya ingin perpecahan ini berhenti.”
Setelah perang saudara selesai Abraham Lincoln terpilih lagi untuk kedua kalinya sebagai presiden, dalam pidato pelantikannya yang kedua Lincoln menutupnya dengan kata-kata :
“…Janganlah menaruh dendam pada siapapun, berbuat baiklah kepada semua orang, yakinlah pada sesuatu yang benar, karena Tuhan telah memberikan kita pengelihatan untuk melihat kebenaran, marilah kita berjuang untuk menyelesaikan tugas kita, untuk mengobati luka bangsa: merawat mereka yang telah berjuang dalam pertempuran, dan menyantuni para janda dan anak yatim mereka… melakukan semua yang bisa kita raih dan menghargai kedamaian yang adil dan abadi di antara kita sendiri dan dengan semua bangsa”. American Dreams demikianlah yang terjadi pada masa Lincoln. Kebebasan untuk semua!
(Bersambung: American Dream II)
M.S. Mitchel Vinco
Sejarawan, Pendidik, Budayawan
</span>
 

Tidak ada komentar: