Tak banyak yang mengetahui Indonesische Vereeniging, sebuah organisasi pergerakan pemuda awal, di era “Kebangkitan Nasional”, yang kemudian “mematenkan” namanya menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Perhimpunan Indonesia?! Nama yang terlalu umum untuk didengar, nama dengan dua kata yang “biasa” kita gunakan sekarang ini. Dalam sejarah pergerakan nasional pun, dua kata ini kalah populer dengan Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische Partij, Taman Siswa, PNI (Marhaenisme), atau bahkan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Padahal menurut sejarawan Sartono Kartodirjo, Manifesto Politik PI 1925 dengan penjabaran dan analisisnya, sudah melampaui makna Sumpah Pemuda 1928. Asvi Warman Adam, dalam “Seabad Kontroversi Sejarah”, juga membuka fakta bahwa ide-ide PI dalam majalah “Indonesia Merdeka” telah mengilhami para pemimpin pemuda, yang nanti akan merumuskan Sumpah Pemuda. Lebih jauh lagi, sejarawan G. Moedjanto menyatakan Manifesto Politik PI telah menjadi embrio pemikiran Soekarno, yang kemudian menggali ide dasar negara, Pancasila.
Bila dilihat dari namanya, memang Perhimpunan Indonesia terlalu sederhana, terlalu banyak digunakan berbagai komunitas. Yah, bagi kita di jaman sekarang!
Namun, nama yang sekilas sederhana ini, merupakan nama pertama di dunia, bagi organisasi politik, yang menggunakan kata “Indonesia” sebagai pengertian sebuah bangsa dan negeri yang harus dilahirkan dunia ini.